> Memories

4.6K 359 7
                                    

Haechan menatap keluar jendela helikopter.

Iya helikopter, saat tiba di bandara mereka langsung menaiki helikopter.

"Untuk apa kita ke sini?" tanya Haechan yang masih bingung.

Mark tersenyum kecil.
"Kau akan tahu nanti." ucapnya.

~

~

Tidak lama dari itu, mereka mendarat di sebuah helipad. Dahi Haechan langsung mengerut begitu menyadari mereka ada di mana.

"Kenapa kita disini? Untuk apa kita kerumah mu yang lama?" tanya Haechan bingung.

Pintu helikopter terbuka. Mark turun lebih dulu lalu menggenggam tangan Haechan untuk membantunya turun.

Haechan melihat sekelilingnya. Di sini ia tumbuh, tempat ini penuh dengan kenangan.

"Kenapa kita ke sini, Mark?" tanya Haechan lagi. Ia benar benar penasaran dengan apa alasan Mark yang membawanya kemari.

"Ayo sini." Mark menarik tangan Haechan.

Haechan hanya menurut. Haechan menatap lagi sekelilingnya, tidak ada yang berubah.

Di sana masih terdapat ayunan di mana Haechan dan Mark dulu sering bermain. Haechan tersenyum kecil. Tidak lama kemudian, mereka sampai di sebuah kabin.

"Masih ingat ini?" tanya Mark.

Haechan tersenyum, lalu mereka berdua masuk ke dalam kabin tersebut.

Haechan melihat sekelilingnya, di sana ada banyak foto masa kecil mereka. Haechan ingat ia menempelkan semua foto itu ketika akan pindah ke China.

Haechan menyentuh salah satu foto masa kecil mereka. Di dalam foto itu mereka tersenyum lebar seolah dunia hanyalah milik mereka.

"Aku kira tempat ini sudah tidak ada." ucap Haechan.

"Aku tidak akan membiarkan tempat ini lenyap, bahkan setiap hari ada yang membersihkannya." jawab Mark.

Haechan baru sadar jika kabin itu begitu bersih dan  terawat.

"Kenapa kau membawa ku kesini?" tanya Haechan.

Mark menarik Haechan ke sebuah pintu, dulu Haechan tahu kalau di balik pintu itu adalah sebuah kamar. Mark membuka pintu tersebut. Dan mempersilahkan Haechan masuk terlebih dahulu.

Ketika Haechan masuk, betapa kagetnya ia saat melihat ratusan foto dirinya tertempel di dinding kamar tersebut. Di kamar itu tidak ada apa pun selain foto dirinya.

Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat di hadapannya, bahkan Haechan sendiri tidak memiliki foto dirinya sebanyak ini.

Haechan menoleh ke belakang, di situ Mark menatapnya sambil bersandar di dinding dengan kedua tangan yang di silangkan di dada.

"Sejak kau pergi tanpa mengucapkan apa apa, aku menghabiskan hari hariku di sini. Aku sempat membencimu karena menghilang tanpa jejak. Tapi setelah itu, aku mulai memaafkanmu. Aku meminta bantuan anak buah Daddy untuk mencarimu, dan di situ aku tahu kalau kau pindah ke China."

"Sejak saat itu aku menyewa paparazi untuk mengambil gambarmu secara diam diam. Setiap Minggu foto tersebut datang ke rumah, dan aku selalu memandangi dirimu yang tumbuh begitu cantik dari hari ke hari."

"Dulu aku terlalu bodoh untuk menyadari perasaanku. Aku hanya berpikir, aku merindukanmu sebagai teman. Hari ke hari, perasaanku untuk dapat bertemu denganku semakin besar."

"Sebenarnya aku bisa saja langsung datang ke rumah mu. Tapi egoku terlalu besar." ucap Mark panjang lebar mencurahkan segala isi hatinya.

Haechan tidak percaya dengan apa yang baru saja Mark ucapkan.

"Kalau kau menyewa paparazi, berarti selama ini kau tahu tentang Drake?" tanya Haechan.

"Tidak, aku tidak tahu. Aku berhenti melakukannya ketika ulang tahunmu yang keenam belas. Di mana paparazi mengirim fotomu bersama pria sialan bernama Huang Renjun." ucap Mark.

Haechan terdiam sejenak kemudian berbicara lagi.

"Tunggu... Jangan bilang selama ini kau yang mengirim kado misterius itu di setiap ulang tahunku? Aku sangat ingat ketika umurku sudah tujuh belas tahun, hadiah itu tidak datang lagi." ucap Haechan.

Haechan mengingat ketika ia masih kecil, di hari ulang tahunnya pasti selalu ada paket datang ke rumahnya tanpa ada nama pengirimnya.

Setiap tahun kadonya selalu berisi barang barang mewah dengan kartu ucapan Happy Birthday.

Seperti Handphone terbaru,laptop, liontin berlian, emas dan lain sebagainya. Haechan tidak berani memakainya, ia akhirnya menyimpan semua barang barang tersebut. Hingga ayah tirinya tahu dan merampas semuanya.

Haechan mengerti kenapa Mark tidak mengetahui tentang Drake sebelumnya, karena kejadiannya saja ketika umurnya tujuh belas sampai delapan belas tahun.

Entah kenapa rasanya Haechan ingin menangis sekarang juga.

"Iya, aku yang mengirim semua kado itu." ucap Mark, ia menarik pinggang Haechan.

Haechan tidak tahu ingin bahagia atau kesal karena selama ini Mark memata matainya dari jauh.

Haechan dari dulu selalu berpikir perasaannya tidak akan pernah terbalaskan.

Akhirnya Haechan tidak dapat menahannya, ia menangis.

"Kenapa kau baru bilang sekarang?" tanyanya kesal.

"Apa kau marah?" tanya Mark sambil mengecup pipi Haechan Han sudah banjir oleh air matanya.

"Aku membencimu." ucap Haechan sambil menangis.

Mark tersenyum, kemudian mencium kening Haechan.

"Aku juga mencintaimu." jawab Mark.

"Aku membencimu karena sudah membuatku berpikir selama ini hanya aku yang mencintaimu." ucap Haechan.

Mark terusan sejenak.

"Maafkan aku, tapi apa kau mau tahu sesuatu?" seru Mark.

"Apa?"

"Tidak ada manusia di dunia ini yang membuatku seperti ini selain dirimu." ucap Mark.

"Seperti apa?" tanya Haechan penasaran.

"Membuatku gila ketika kau tidak ada di sisiku sehari saja, membuatku ingin menonjok semua pria yang memandangimu, membuat ku tidak dapat berhenti memikirkan mu dari pagi hingga malam."

Jantung Haechan berdebar, ia tahu kalau ini bukan pertama kalinya Mark menyatakan perasaannya seperti ini. Tapi entah kenapa, jantungnya tidak bisa tenang.

Haechan berjinjit dan mengecup lembut bibir Mark.

"I love you, Jerk." ucap Haechan. Mark menyeringai.

Tiba tiba saja pintu terbuka lebar.










BERSAMBUNG

𝙈𝙞𝙧𝙖𝙜𝙚 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚 | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang