> Next Time

6K 502 2
                                    

Haechan tidak tahu mengapa ia mengatakan itu. Sepertinya ia sudah gila. Ia akan membuat Mark  jatuh cinta padanya? Haechan tahu itu mustahil. Banyak submissiv diluar sana yang lebih dari dirinya. Tidak mungkin Mark akan jatuh cinta padanya.

Mark masih menatap Haechan.
Haechan menjadi risih dan bingung mau berkata apa. Untunglah mobil berhenti, tanda jika mereka sudah sampai di rumah. Ia segera keluar dan masuk ke dalam rumah.

~

~

Haechan mendinginkan kepalanya di bawah shower. Setelah selesai mandi, ia mencari pakaian ganti di lemari.

Haechan terbelalak menatap lemari yang tadi di rapikan oleh Patricia. Di antara semua pakaian yang dibawakan Patricia tadi, tidak ada yang benar benar di sebut pakaian rumah. Isinya hanya pakaian mewah dan—Haechan terbelalak—lingerine??

"What the hell!!"

"Kenapa hanya dilihat? Ayo pakai" Haechan mendengar suara Mark di belakangnya.

Ia menoleh dan mendapati Mark berdiri bersandar di ambang pintu sambil tersenyum miring ke arahnya.

"Ini pasti ulahmu." tuduh Haechan langsung.

"Aku sudah percayakan semuanya pada Patricia. Aku tidak mengurusi itu." jawab Mark.

"Tapi kau bilang pada Patricia kalau aku ini calon istrimu! Maka dari itu dia pikir tidak apa apa jika aku memakai ini di depanmu!" kesal Haechan.

"Memang kenapa kalau kau memakai itu?"

Kesal, Haechan membuka lemari Mark dan menyambar salah satu kausnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia masuk ke kamar mandi untuk mengganti baju.
Ia mengunci pintunya rapat rapat!

~

~

Haechan mencoba menggapai tali yang terikat di punggungnya tapi tidak bisa. Ia terus berkutat mencoba membuka tali di bagian belakang bajunya itu, namun tidak juga berhasil. Tadi ia di bantu oleh Patricia untuk mengikat tali tali itu. Tapi sekarang Patricia tidak ada, lalu ia harus bagaimana?

Haechan tidak mau membuka paksa bajunya, takut malah merusak baju cantik nan mahal itu. Apa kata Mark nanti kalau ia merusak pakaian mahal itu?

"Fuck! Bagaimana ini?" keluh Haechan frustasi.

Solusinya adalah membuka paksa bajunya atau meminta tolong Pada Mark. Haechan segera mengenyahkan pikiran itu jauh jauh.

Tapi setelah dua puluh menit mencoba hasilnya tetap nihil. Haechan menghela napas kesal.

Ia membuka pintu kamar mandi pelan. Mark sedang berbaring di tempat tidur sambil mengetik sesuatu di ponselnya. Ia sudah mengganti pakaiannya dengan kaus hitam polos dan boxer.

'Dia terlihat tampan!' batin Haechan.

Tiba tiba Mark menoleh ke arahnya. Haechan gugup dipergoki Mark sedang menatapnya.

"Kenapa belum ganti baju?" tanya Mark sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Um... Ada masalah—" cicit Haechan.

Mark menunggu Haechan melanjutkan ucapannya.

"Baju ini sedikit merepotkan. Bisakah kau bantuku untuk membuka tali dibelakang ini? " tanya Haechan cepat cepat.

Mark langsung tersenyum lebar.
"Apa kau mencoba menggodaku?" tanyanya. Ia langsung bangkit dan berjalan mendekati Haechan.

Haechan sangat malu. Ia menyesal sudah meminta tolong hal seperti ini ke Mark, tapi bagaimana lagi? Mereka hanya berdua di rumah ini.

𝙈𝙞𝙧𝙖𝙜𝙚 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚 | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang