Bab 94 : Tantangan.

272 24 1
                                    

Sore hari itu Doyoung masih di rumah sakit, dia belum boleh pulang karena takut jika dia akan demam tinggi lagi.

Taeil sedang tak ada disana namun hanya ada Yangyang dan Winter saja, Winter memikirkan suatu ide dan memberitahukannya kepada Doyoung.

" Bun? aku punya tantangan buat buna " kata Winter dengan semangat.

" Tantangan apa kak? " tanya Doyoung yang heran.

" Buna kalau manggil daddy jangan pakai nama, tapi langsung daddy gitu mau ga? " tawar Winter yang membuat Doyoung benar-benar merasa aneh.

" Dihh buna ga mau " balas Doyoung yang menolaknya dengan cepat.

" Ayo dong bun, masa ga berani sih? atau ngga manggil mas gitu " lanjut Winter yang memohon.

" Ishh ngga ah, buna ga mauu " timpal Doyoung yang masih juga menolaknya.

Yangyang tak mendengarnya, dia sibuk bermain game di hp dengan headphone yang terpasang di kepalanya saat itu.

" Ayo dong bun, masa kalah sama keluarga Haechan sih?? " ucap Winter yang membuat Doyoung kesal.

" Mana ada tante Ten itu manggil suaminya daddy atau apa, paling nama depannya aja " balas Doyoung yang membuat Winter heran.

" Lah emang gitu? kalau tante Taeyong sama tante Winwin? " tanya Winter lagi yang masih kepo.

" Sama aja kak, mereka juga manggil pakai nama kok " sahut Doyoung yang membuat Winter tersenyum.

" Nah gini deh, buna manggil pakai kata daddy seharian jangan pakai nama nanti dapet buah strawberry banyak banget " jelas Winter panjang lebar.

" Buna mau buahnya aja, tantangannya ngga dulu deh " ujar Doyoung yang membuat Winter pasrah.

" Ya harus jalanin tantangannya dulu buna, baru dapet buahnya " balas Winter dengan cepat.

Mau tak mau Doyoung harus melakukannya, akhirnya dia setuju akan hal itu dengan Winter dan Winter sangat senang.

" Kalau buna berhasil, besok bakalan dapet buahnya " ujar Winter dengan senyumnya itu.

Doyoung hanya mengangguk dan akhirnya memilih tidur karena kelelahan, dan juga cairan infus itu membuat dia kesakitan sebenarnya.

Namun dia menahannya, dia berharap bisa cepat sembuh dan keluar dari sini sejujurnya lalu kembali ke rumahnya.

Tak lama datanglah Taeil yang memang baru pulang dari kantor langsung kesana, dia masuk sambil membawa jas dan tas kantornya.

Yangyang dan Winter berada di luar saat itu, mereka mengintip apakah Doyoung akan melakukannya atau tidak?

Doyoung ingin memanggil Taeil namun dia tak berani karena memanggilnya dengan 'daddy' sejujurnya.

" Eumm... " lirih Doyoung yang benar-benar tak bisa mengatakannya.

Taeil yang mendengarnya langsung menghampiri Doyoung yang masih bingung saat itu, dia tersenyum kepada Doyoung.

" What babe? u wanna say something? " tanya Taeil yang membuat Doyoung semakin tak berani memanggilnya.

" D-dad? " tanya Doyoung dengan takut.

" U call me dad? " tanya Taeil yang terkejut mendengarnya.

Dengan cepat Doyoung membuang wajahnya dan langsung menyelimuti dirinya sendiri, dia saja sudah keringat dingin memanggil seperti itu.

" Babe " panggil Taeil yang membuat Doyoung langsung menoleh.

" Kenapa? " tanya Doyoung dengan cepat.

" Kamu memanggil saya daddy? " tanya Taeil yang heran sejujurnya.

" Eumm... itu.... " lanjut Doyoung yang terputus-putus.

" Itu apa sayang? " tanya Taeil yang menunggu jawabannya.

" E-eh ngga kok, aku mau manggil aja " balas Doyoung dengan cepat.

Winter dan Yangyang saat itu masih mengamatinya dari luar jendela secara pelan-pelan, Doyoung benar-benar merasa bersalah mengiyakan permintaan Winter tadi.

" Dad? " tanya Doyoung sekali lagi dengan panggilan yang membuat Taeil langsung menjawabnya.

" Yes babe? " tanya Taeil balik dengan senyumnya itu.

Hal itu membuat pipi Doyoung menjadi merona, benar-benar merah hingga membuat Taeil tertawa jadinya.

" Aku pengen minum boleh? " tanya Doyoung yang membuat Taeil mengangguk kecil.

Taeil pun mengambil air putih untuk Doyoung, dan memberikan segelas air putih kepada Doyoung yang menunggunya akhirnya.

" Kenapa kamu memanggil saya daddy? " tanya Taeil yang membuat Doyoung bingung menjawabnya.

" Ahh gpp kok aku pengen aja tau manggilnya, emang ga boleh? " tanya Doyoung yang membuat Taeil tertawa.

" Haha boleh babe, saya hanya terkejut saja " lanjut Taeil yang mengelus kepala Doyoung.

Mereka mengobrol banyak saat itu, Taeil juga masih juga mengelus kepala  Doyoung dengan lembut kala itu dan Doyoung tersenyum manis.

" Ayolah babe jangan membuat saya merasa lemas " lirih Taeil yang menunduk setelah Doyoung tersenyum manis.

Doyoung masih saja berbincang saat itu dan dia tak mendengarnya, Taeil juga menjadi pendengar yang baik kala itu.

" Bang? seru ga sih liat mereka gini terus? " tanya Winter yang berada di luar kamar itu.

Mereka masih mengintip dari jendela, Winter menyukai kedua orang tuanya yang bisa berbicara dengan hangat dan manis.

Dia benar-benar menyukai hal itu, namun di satu sisi Taeil membisikkan sesuatu di telinga Doyoung dan membuat Doyoung terdiam.

" Kenapa kamu tak mau memanggil saya dengan kata daddy? " bisik Taeil yang membuat Doyoung terdiam.

" A-ahh... " ujarnya yang terhenti karena tak tahu harus menjawab apa.

Taeil memberikan waktu kepada Doyoung yang memikirkan jawaban itu, dia paham jika kelinci bawelnya itu jarang memanggilnya seperti itu.

" Because I'm like u " jawab Doyoung dengan cepat akhirnya.

" R u sure? now kiss me " lanjut Taeil yang membuat Doyoung langsung melakukannya.

Yangyang dan Winter masih mengintip akan hal itu, dia langsung menutup mata Winter dengan kedua tangannya.

" Bang awas ih!! " ujar Winter yang ingin menyingkirkan tangan Yangyang.

" Jangan dulu, ada yang harus ga lo liat sekarang " balas Yangyang dengan c0epat kala itu.

Taeil melakukan hal itu dengan Doyoung, mereka melakukan itu lama sekali dan untungnya Doyoung duduk karena kasurnya di naikkan saat itu.

Doyoung melenguh pelan karena nafasnya mulai habis, Taeil memberikan celah untuk Doyoung saat itu.

Taeil juga melumat bibir Doyoung saat itu, akhirnya Yangyang mengajak Winter untuk membeli cemilan agar Winter tak melihat adegan itu.

Mereka pun selesai berciuman namun Doyoung masih merindukannya, dengan wajah gemasnya Doyoung meletakkan jari telunjuknya di bibir dia sendiri.

Taeil agak sedikit merasa aneh ketika melihatnya, dia tak memahami maksud dari Doyoung yang sebenarnya.

" What u mean babe? " tanya Taeil yang membuat Doyoung kesal.

" Ah kamu ga peka, yaudah ga usah minta kiss " ujar Doyoung yang tak mau lagi.

Taeil langsung memeluk pinggangnya erat saat itu, dia meminta maaf karena tak memahami akan hal itu sejujurnya.

" I'm sorry babe, saya tak paham akan hal itu " kata Taeil yang membuat Doyoung langsung mengelus kepalanya.

" Iya deh gpp " balas Doyoung yang mengelus kepala Taeil saat itu.

Taeil pun tertidur di paha Doyoung yang di atasnya selimut saat itu, Doyoung membiarkannya karena dia paham jika Taeil kelelahan.

" My 🔞 + Possessive Husband " | Ilyoung. [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang