Setelah pernikahan mereka, Taeil dan Doyoung pergi ke rumah baru mereka yang agak jauh dari tempat pernikahannya.
Sepanjang perjalanan tak ada yang membuka suara atau memulai topik satu pun, Taeil tak terbiasa mencari topik jika awalnya tak ada yang berbicara.
Berbeda dengan Doyoung yang memang tidak mau adanya percakapan, dia malas menanggapinya dan dia tak ingin berbicara kepada Taeil.
Setalah mereka sampai disana, mereka membereskan barang-barang sendiri dan memutuskan hal-hal yang ada disana.
" Doyoung, maunya gimana? tidur satu kamar atau pisah? " tanya Taeil yang duduk di kursi.
" Gue maunya tidur pisah dan gue ga akan pernah mau seranjang sama lo. " balas Doyoung dengan datar dan mata sinis ke arah Taeil.
" Kita akan seranjang tanpa melakukan hal yang aneh-aneh. " jelas Taeil yang mendengar perkataan Doyoung tadi.
Doyoung tak mampu menjawab perkataan dari Taeil tadi dan mau tak mau dia harus tidur seranjang dengan Taeil yang keras kepala.
Malam itu mereka tidur sambil menghadap arah yang berbeda dan hujan datang beserta petir menggelegar kencang.
Doyoung selalu takut jika hal ini terjadi dan dia hanya bisa menahan rasa takutnya itu agar Taeil tidak curiga sama sekali.
Taeil tau bahwa Doyoung selalu takut dengan suara petir karena dia di beritahu dari ibunya Doyoung bahwa dia memiliki ketakutan yang parah jika mendengar petir.
" Udah jangan takut, peluk saya biar tenang " kata Taeil yang ada di belakang badan Doyoung.
" N-ngga gue ga takut, jugaan tau dari mana lo kalau gue takut denger yang beginian " jawab Doyoung dengan cepat lalu menutup dirinya dengan selimut.
Tanpa aba-aba Taeil langsung memeluk Doyoung dari belakang untuk menenangkannya, Doyoung tak bisa berkata-kata dan dia hanya bisa diam membisu.
Taeil tau Doyoung diam saja dari tadi dan dia tak berani untuk bertanya atau melihat Doyoung sudah tertidur atau tidak.
Ternyata Doyoung tertidur pulas saat Taeil mencoba melihatnya, Taeil pun melepaskan pelukannya itu dan berjalan ke luar kamar lalu mengurus berkas-berkas kantornya itu.
Dia bekerja hingga jam dua dini hari baru dia tidur di sebelah Doyoung meskipun berbeda arah, Taeil hanya bisa menatap langit-langit sebelum dia terlelap tidur.
Pagi harinya Doyoung bersiap-siap untuk pergi ke kampus dan begitu juga dengan Taeil yang sudah duduk di ruang tamu sambil menunggu Doyoung selesai semuanya.
" Ayo gue udah, ngebut ya? gue takut telat " ucap Doyoung yang memeriksa tasnya itu.
" Iya, tenang saja " balas Taeil yang keluar dari rumah dan disusul dengan Doyoung yang mengikutinya.
Sepanjang perjalanan tak ada yang membuka topik dan Taeil menuruti perkataan Doyoung tadi untuk ngebut ke kampusnya.
Tak lama mereka sampai di kampus Doyoung, tanpa perkataan apapun Doyoung turun dari sana dan langsung berlari ke arah kelasnya sedangkan Taeil hanya bisa tertawa kecil melihat hal itu.
" Dia lucu sekali, aku berharap bisa mendapatkan hatinya " ucap Taeil yang tak sadar akan waktu yang terus berjalan.
Taeil pun ke kantornya dan mengirimkan sejumlah uang ke Doyoung melalui transfer.
" Sudah saya tf, habiskan untuk apa saja dan saya tidak akan marah. "
Doyoung langsung kaget saat melihat uangnya karena Taeil mengirimnya terlalu banyak, di lain sisi dia bisa membeli barang yang dia inginkan bukan?
Doyoung pun pergi ke mall bersama yang lain lalu berbelanja, makan, foto bersama dan lainnya hingga sore tiba, Doyoung tak berani menelepon Taeil karena takut menganggu dan juga dia memang malas meneleponnya.
( anggap yang dibawa sedang chattingan. )
" Taeil? lo sibuk? bisa jemput gue ga? "
" Saya sedang senggang, sharelock saja dan saya akan kesana "
" Oke gue tunggu "
Doyoung pun membagikan lokasinya dan tak lama Taeil langsung datang, Doyoung memasukkan begitu banyak barang' sedangkan Taeil hanya bisa tersenyum tipis setidaknya Doyoung mau memakai uangnya.
Doyoung melihat ke arah jalanan yang basah karena hujan, Taeil menyadari hal itu dan dia bertanya dengan pelan-pelan agar Doyoung tak marah.
" Kamu suka hujan? " tanya Taeil yang melihat ke arah Doyoung.
" Suka aja kalau ga ada petir " balasnya yang masih menatap hujan dari jendela mobil.
" Tunggu sampai rumah nanti kamu bisa mandi hujan " kata Taeil dengan tenang.
" Serius? akhirnya gue bisa mandi hujan " jawabnya kegirangan layaknya anak kecil ketika mandi hujan deras.
Taeil menahan ketawanya agar tidak ketahuan bahwa Doyoung terlalu lucu menurutnya, hampir Taeil salah tingkah ketika mengingat Doyoung yang girang tadi.
Saat sampai di rumah Doyoung langsung mandi hujan sedangkan Taeil menurunkan semua barangnya, Doyoung senang sekali karena sudah lama dia tidak mandi hujan apalagi deras.
Taeil duduk di luar dan sibuk dengan laptopnya, yang penting dia menjaga Doyoung saat seperti ini dan Doyoung berlari-lari seperti anak kecil pada umumnya.
Taeil tak sengaja melihat Doyoung bertingkah seperti anak kecil yang sedang memainkan jarinya di pasir, Taeil tak kuat melihatnya hingga dia menutupi mukanya sendiri saking tak kuatnya.
Tak lama Doyoung selesai mandi hujan dan Taeil pun memberikan handuk kecil kepadanya untuk mengelap kepalanya.
Doyoung langsung mandi dan Taeil masih sibuk dengan kerjaannya, Doyoung memakai baju dan celana panjang karena dingin.
Taeil pun masuk ke kamar dan melihat Doyoung tidur sambil menggunakan selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Awalnya Taeil mengira bahwa Doyoung hanya tidur saja tapi makin lama dia makin gelisah saat dia membuka selimut untuk melihat muka Doyoung yang pucat sekali.
Taeil langsung menggendongnya dan memasukkan ke dalam mobil lalu berjalan ke rs terdekat, Taeil paling benci hal seperti ini, paling benci. Doyoung langsung di periksa waktu itu dan untungnya Doyoung hanya terkena demam dan pilek saja.
Taeil orangnya paling mudah gelisah atau khawatir yang berlebihan, dia pun membawa Doyoung pulang dan menidurkannya lagi di kasur dengan kompres di dahinya dan sedikit minyak kayu putih di oleskan di hidung dan lehernya Doyoung.
Saat bagian lehernya di sentuh sontak Doyoung langsung bangun dan melihat Taeil yang memegang minyak kayu putih serta melihat obat-obatan lainnya.
" Ngapain lo? " tanya Doyoung begitu saja.
" Kamu sedang sakit jadi saya mengobati kamu " jelas Taeil yang meletakkan minyak kayu putih di meja kecil dekat kasur mereka.
" Gue sakit? " tanya Doyoung balik lalu memegang sesuatu di dahinya dan itu kompres yang di letakkan Taeil di dahinya.
" Iya kamu sakit, sudah tidur saja dan saya akan mengobati kamu " ujar Taeil yang beranjak dari sana.
Taeil pun memberikan segelas air putih ke Doyoung yang masih pucat tadi, sikap Doyoung masih seperti itu saja ke Taeil yang memperhatikannya sejak tadi.
Doyoung pun tidur sambil di temani Taeil yang duduk di kasur sembari mengerjakan sesuatu di laptopnya, tak sengaja Doyoung meletakkan wajahnya di kaki Taeil.
Taeil langsung tak bisa bergerak dan dia mencoba melepaskannya pelan-pelan, dia pun mematikan laptopnya, melepaskan kacamatanya dan tidur di sebelah Doyoung meskipun tak searah karena hal ini Taeil hampir tak bisa tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
" My 🔞 + Possessive Husband " | Ilyoung. [ END ]
Roman pour AdolescentsINI BUKU AKU YANG FIRST TENTANG ILYOUNG, I HOPE YOU LIKE AND ENJOY READ THIS BOOK GUYS. Doyoung terpaksa menikahi seorang lelaki yang lebih tuanya darinya karena keluarganya bangkrut dan membutuhkan banyak dana atau uang untuk perusahaan mereka. Doy...