Pagi itu Doyoung udah bangun dan masak buat sarapan mereka berbeda dengan Taeil yang masih tidur karena dia lembur untuk mengerjakan beberapa berkas kantornya itu.
Dia hanya membuat roti bakar dengan selai coklat dan teh hangat sebagai minumnya, Doyoung pun kembali ke kamar dan menghampiri Taeil yang masih tidur.
Memang tak enak membangunkannya tetapi mau tak mau harus dia bangunkan, awalnya Doyoung hanya memainkan pipi Taeil karena kepo dan pada akhirnya tangannya di pegang oleh Taeil.
" Mau ngapain main pipi saya? " tanya Taeil yang menatapnya.
" Hehe mau bangunin kamu lah, ayo sarapan dulu baru tidur lagi " jawab Doyoung sambil tersenyum ke arahnya.
Taeil tertawa kecil melihat sikap Doyoung yang memperlihatkan senyum manisnya itu, Taeil pun bangun lalu mencuci mukanya dan turun bersama Doyoung untuk sarapan.
" Tae? kamu kerja hari ini? " tanya Doyoung dengan lembut.
" Buat kali ini ngga, saya masih cape " balas Taeil yang meminum tehnya.
" Kirain kamu kerja tadi, udah habis ini tidur aja kalau mau " lanjut Doyoung yang menghabiskan roti miliknya.
Tak lama roti Doyoung pun habis, Taeil tak sengaja melihat ada selai tertinggal di dekat bibir Doyoung dan dia pun langsung mengelapnya dengan jarinya itu.
" E-eh mau ngapain? " tanya Doyoung yang kaget melihat Taeil.
" Nih ada selai yang tertinggal makannya saya lap " jawab Taeil yang menunjukkan bahwa memang adanya selai yang tertinggal.
Taeil pun membersihkannya dengan tisu dan membantu Doyoung membereskan semuanya, setelah selesai Doyoung milih buat nonton sedangkan Taeil pergi buat tidur karena masih capek.
Taeil tertidur pulas karena kelelahan, dia akui bahwa belakangan ini banyak sekali pekerjaan yang harus dia selesaikan baru dia kirim kepada sekretarisnya itu.
Doyoung menghampiri Taeil ke kamar karena dia merasa bosan saat menonton tv tadi, dia melihat bahwa Taeil masih tidur lalu dia pun menghampirinya.
Doyoung memang tak tidur tapi dia malah mengelus kepala Taeil dan membaca buku online sekaligus menggunakan headset, hingga dua jam berlalu dan Taeil masih saja tertidur berbeda dengan Doyoung yang baru selesai membaca tiga buku dalam dua jam dan melepaskan headset lalu tidur bersama Taeil.
Doyoung memang tak memeluknya namun dia tidur menghadap kepada Taeil, hingga sore pun tiba dan Doyoung terbangun begitu saja dan melihat Taeil yang masih tidur.
" Tae? bangunn ini udah soreee " kata Doyoung yang menggoyangkan badan Taeil.
" Saya masih ngantuk " balas Taeil yang belum membuka matanya sama sekali.
" Oke ga ada peluk sama cium, aku mau kebawah " ucap Doyoung tiba-tiba yang membuat Taeil terbangun.
" Iya-iya saya bangun, dasar bawel " ujar Taeil yang ikut ke bawah padahal dia sendiri masih ngantuk.
" Aku ga bawel ya tapi kamu aja yang kebo " jawab Doyoung dengan ketus.
" Maaf deh maaf " lanjut Taeil agar Doyoung tak marah lagi.
Taeil duduk di kursi sofa sambil memegang bantal kursi itu berbeda dengan Doyoung yang buat minuman panas buat mereka berdua.
" Nih minum dulu, nanti lagi tidurnya " kata Doyoung yang menyajikan minuman itu di depan Taeil.
" Makasih, udah duduk sini saya mau senderin kepala saya " jawab Taeil yang tiba-tiba menarik tangannya Doyoung dan membuatnya duduk di samping Taeil.
" Taee! ga perlu di tarik juga kalii!! " bentak Doyoung yang melihat tangannya yang merah karena bekas tarikan Taeil tadi.
" Maaf tapi saya pengen nyender di bahu kamu " lanjut Taeil yang menyenderkan kepalanya di bahu milik Doyoung.
" Iya-iya aku maafin " balas Doyoung yang mencoba menenangkan dirinya agar tidak marah lagi.
Mereka berdua nonton dan Taeil masih saja menyenderkan kepalanya di bahu Doyoung, Taeil membisikkan sesuatu di telinga Doyoung yang membuatnya geli.
" Doy? saya gpp kan tidur di paha kamu, leher saya sakit " bisik Taeil dengan lembut.
" I-ishh geli Taee, b-boleh Taee " balas Doyoung yang mengusap telinganya itu.
Taeil pun tidur di paha Doyoung yang masih nonton, memang belum tidur karena menonton dan entah mengapa Taeil memutar badannya menjadi berhadapan dengan perut datar milik Doyoung saat itu.
Tangan Taeil masuk ke dalam baju Doyoung secara pelan-pelan dan mengusapnya, Doyoung merasa geli hingga memukul tangan Taeil.
" Taeil!! jangan main elus dong, geli tau! " kata Doyoung yang sudah emosi.
" Oh jadi sekarang berani manggil nama? oke gpp siap-siap bibir kamu bengkak " lanjut Taeil yang tersenyum miring lalu bangun dan mengangkat badan Taeil menjadi berhadapan dengannya layaknya memangku seseorang.
Doyoung tak menjawab namun dia takut, dia sadar bahwa dia melakukan sesuatu yang salah dan meneguk ludahnya secara kasar.
Taeil langsung mencium bibir Doyoung dengan kasar tanpa aba-aba membuat Doyoung membuka matanya secara tiba-tiba.
" U-umhh.. " sela Doyoung yang berusaha mengambil nafas.
Taeil menghiraukannya begitu saja dan memainkan saliva miliknya dan Doyoung secara kasar, Doyoung hanya bisa mengikuti apa yang dilakukan Taeil saat itu.
Hingga Taeil turun ke area leher Doyoung yang berwarna polos waktu itu, wajah Doyoung bersemu merah dan nafasnya tak karuan sama sekali karena permainan bibir tadi.
" U-udah T-tae.. a-akuhh m-minta m-maafhh... " ucap Doyoung dengan terbata-bata lalu menjatuhkan dirinya ke badan Taeil.
" Lain kali perhatikan cara bicara mu, saya bisa saja membuat parah lebih itu dan untungnya saya tidak membuat tanda di leher mu " jelas Taeil kepadanya.
" N-ngga.. a-aku g-gamau.. " balas Doyoung yang masih terengah-engah karena nafasnya itu.
" Jadi perhatikan cara bicara oke? " ujar Taeil yang mengelus kepala Doyoung dengan lembut dan tersenyum kepadanya.
" H-hu'um.. " lanjut Doyoung dengan anggukan kepala kecil dan tidur di badan Taeil saat itu.
Taeil tak menggendongnya ke kamar malahan dia membiarkan Doyoung tidur seperti itu karena baru pertama kali Doyoung tidur di badannya secara terduduk seperti ini.
Tangan Taeil masih saja mengelus kepala Doyoung dengan lembut, Doyoung sendiri tertidur karena hal tadi membuatnya kelelahan.
" Sudah sangat terlambat untuk berdusta bahwa aku tak mencintaimu, kenyataannya malah engkau yang mencintai aku meskipun aku tak menyangka karena aku tau itu sulit " gumam Taeil seorang diri waktu itu.
" Baru ku sadari bahwa engkau mencintai aku sedari dulu dan mengapa engkau tak mengatakannya? aku memang tak mencintaimu dulunya namun karena sikap dan sifat mu membuat ku tertarik dan mencoba untuk mencintaimu " jawab Doyoung yang mendengar perkataan Taeil dan tersenyum manis kepadanya.
Taeil tak kuasa menahan wajahnya yang salah tingkah karena ulah Doyoung yang memberikan dia senyuman manis di sore itu.
" Menipu sanubari memang tak mudah tapi aku yakin semakin lama engkau akan mencintai diriku juga pada akhirnya, aku bersyukur bisa mengenal mu sampai saat ini dan maafkan aku atas hal-hal yang mungkin membuat mu kesal atau apapun itu " kata Taeil tiba-tiba sambil menatap ke arah Doyoung yang ternyata menatapnya sedari tadi.
" Aku memaafkan atas sifat mu yang sulit di mengerti namun akan aku yakin kan bahwa engkau benar-benar teman hidup ku untuk selamanya " jawab Doyoung yang menatap langit-langit rumah mereka.
" Ternyata kamu bisa berbicara seperti itu juga ya? aku berjanji akan selalu menjaga mu sampai akhir hidup ku, kelinci. " ujar Taeil kepadanya.
" Anggap saja aku mengatakan hal yang sama kepada mu, and i really love you " balas Doyoung kepadanya.
" I will always love you dear, i'm promise that " sahut Taeil dengan pelan.
Mereka pun pelukan hangat sore itu dan kembali bercanda ria lalu membantu Doyoung membersihkan rumah tak lupa menyiram bunga karena hujan tak membasahi rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
" My 🔞 + Possessive Husband " | Ilyoung. [ END ]
Ficção AdolescenteINI BUKU AKU YANG FIRST TENTANG ILYOUNG, I HOPE YOU LIKE AND ENJOY READ THIS BOOK GUYS. Doyoung terpaksa menikahi seorang lelaki yang lebih tuanya darinya karena keluarganya bangkrut dan membutuhkan banyak dana atau uang untuk perusahaan mereka. Doy...