🍁(26) Happy Family 🍁

1.1K 53 2
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Hampir seminggu Prilly dirumah sakit akhirnya ia di perbolehkan pulang dengan anaknya, Ali membereskan barang bawaannya untuk pulang, sedangkan Prilly mengancingkan bajunya yang selesai menyusui anaknya. 

“Alva tidur sayang?” kata Ali.

“Iya mas baru selesai nyusu langsung tidur lagi dia,” kata Prilly yang menatap Alva.

Ali pun selesai berkemas barang-barang dan ia letakkan di meja. Pintu ruangan pun terbuka.

“Hello adik ipar!” kata Kaia yang datang dengan Alvan dan juga Arif.

“Hai kakak,” kata Prilly.

“Aduh maaf ya kakak baru nengokin kamu sama keponakan kakak,” kata Kaia.

“Iya kak gapapa kok,” kata Prilly.

“Ganteng banget sih ponakan kakak,” puji Kaia melihat Alva digendongan Prilly.

“Tentu dong, papi nya aja ganteng gini,” timpal Ali.

“Dih, nyambung aja lo!” cibir Kaia, “kakak mau gendong ya, Pril,” Prilly pun mengangguk dan memberikan Alva pada Kaia. Dengan hati-hati Kaia menggendong Alva, Alvan yang di samping Kaia terus memperhatikannya dengan wajah bingung.

“Mama ini siapa?” tanya Alvan.

“Ini dedek bayi, sepupunya Alvan namanya Alva,” kata Kaia.

“Alva?” ucap Alvan yang diangguki Kaia.

“Namanya sama kayak Al, mama,” katanya yang diangguki Kaia, lalu Alvan menatap Alva yang penasaran, “kenapa Alva tidur terus mama?”

“Karena dedek Alva masih bayi, jadi banyak tidur,” kata Kaia.

“Apa mama mau bawa dedek Alva pulang?” tanya Alvan.

“Nggak sayang, dedeknya kan dibawa pulang tante Illy sama om Ai,” jawab Kaia menjelaskan.

“Alvan mau punya dedek bayi kayak dedek Alva mama, biar bisa Alvan bawa pulang ke rumah,” kata Alvan dengan polos yang membuat Kaia membulatkan matanya kebingungan.

“Memangnya kenapa Alvan mau dedek bayi?” tanya Arif.

“Biar bisa Al ajak main pah,” jawab Alvan.

“Al kan banyak mainan di rumah yang suka Al mainin,” ujar Arif.

Alvan menggeleng, “Al maunya dedek bayi papah!”

“Minta aja sama mama papa Al, nanti biar dibuatin dedek bayinya,” timpal Ali yang membuat Kaia melotot pada adiknya.

“Mama ayo buatin dedek bayi untuk Al!” pinta Alvan.

“Iya sayang nanti ya, kan gak langsung ada dedek bayinya,” kata Kaia.

“Al harus banyak berdoa biar Al bisa punya dedek bayi ya,” kata Arif.

“Kalo Al berdoa terus nanti Al bakal punya dedek bayi pah?” 

“Iya, nanti papa sama mama bakal berusaha untuk kasih Al adik ya,” kata Arif tanpa sadar. Kaia langsung melayangkan cubitan di perut suaminya.

“Aww—sakit sayang!” keluhnya.

“Kamu ngapain ngomong gitu sih sama Alvan!?” 

“Ya gapapa kan Alvan yang minta, kasihan dia kesepian sayang,” kata Arif.

“Kesepian, kesepian! Kesempatan buat kamu itu mah!” kata Kaia yang sewot.

“Udah lah kak, buat adik untuk Al aja nanti dirumah. Kasian ponakan Ali,” kata Ali.

Happy Family [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang