mengambil keputusan bercerai bukanlah hal yang mudah bagiku. Sementara aku sangat mencintai suamiku, namun di sisi lain aku juga terluka dengan apa yang sudah dilakukannya kepadaku. Dia memang tidak selingkuh, namun apa yang sudah dilakukannya membuat luka hatiku lebih dari itu. Dia memang tidak berkhianat, bahkan dia mengatakan bahwa sangat mencintaiku. Namun sikapnya kepada perempuan itu membuktikan bahwa ia juga memiliki kasih sayang yang besar, sikap peduli yang ia tujukan kepada perempuan selain istrinya.
"Aku mohon Julia, jangan mengatakan hal semacam itu." Ia erat memegang jemariku. Isak tangisnya terdengar jelas, menandakan ia tidak siap dengan permintaanku.
"Aku tidak bisa melanjutkan hubungan menyakitkan ini Rei...." Sahutku. "Aku mohon lepaskanlah aku."
"Aku tidak bisa, aku mencintaimu Julia."
"Tapi apa yang kamu lakukan sekarang menyakitiku Rei. Sangat!" aku mengelus perutku, kembali batinku terasa perih saat mengingat jika tak ada lagi bayiku di sana. "Dan aku juga sudah kehilangan anakku."
"Kita bisa program lagi Jul." sahutnya cepat. "Kita bisa konsultasi dengan dokter paling bagus nanti."
Aku menggeleng. "Pernikahan kita tidak akan pernah bahagia jika kamu masih terus berada di sisi perempuan itu. Perempuan yang diam-diam akan merebutmu dariku, perempuan yang aku yakin akan terus mencari celah agar bisa bersamamu."
"Rena tidak akan mungkin melakukannya Julia."
Aku menyeka air mataku. Mengatakan hal buruk tentang perempuan itu saja membuat ia sudah tidak terima. Bukankah sudah jelas sekarang bahwa aku dan Reinard memang tidak akan mungkin bersama.
"Jadi, beginilah keputusan yang ku ambil Rei. Aku membebaskanmu, dan katakan pada perempuan itu, bahwa tidak perlu bersusah payah mencari celah untuk bersamamu karena aku sudah tidak ada urusannya lagi dengan kalian. Aku lelah Rei.....aku capek." Aku tidak kuasa mengatakan hal ini, namun aku juga tidak bisa menahan perasaanku jika masih bersama reinard dengan bayang-bayang perempuan itu di antara kami.
"Jul...kita bisa mencari cara lain."
Aku menepis tangan Reinard dan membuang pandang ke luar jendela. Pagi ini terasa begitu menyegarkan dan indah. Langit biru membentang dengan cerah. Namun tidak dengan perasaanku.
"Ini sudah keputusanku Rei....." isakku lemah. "Keputusanku sudah bulat."
*******
Mama menangis mendengar keputusanku bercerai, begitupun papa yang tampak terpekur di sudut ruang rawat inapku. Aku tahu, mereka begitu kehilangan sosok menantu yang baik seperti Reinard. Bahkan ketika aku menceritakan keadaan pernikahanku, tentu saja dengan bersikap netral dengan tidak menjelek-jelekkan Reinard, mereka masih berusaha agar aku mengubah keputusanku.
Namun, ini adalah pernikahanku. Aku bersedia menikah dengan Reinard juga dari keputusan yang ku ambil sendiri, aku yang tahu baik buruknya meskipun tidak menjamin setelah bercerai aku juga akan lebih bahagia.
Setelah dirawat sekitar satu minggu di rumah sakit, aku diperbolehkan pulang oleh dokter. Aku pikir Reinard tidak akan pernah muncul lagi di hadapanku setelah ajakanku bercerai itu, namun ternyata ia sudah menunggu kami di pintu lobi.
"Kamu sudah makan?" Tanya mama berusaha mencairkan suasana.
"Sudah ma, tadi baru aja." Ia mengambil tasku dari tangan mama. "Biar Reinard aja yang bawa ma."
"Oh ya, kamu libur hari ini?" Tanya mama lagi, sementara aku hanya diam.
"Enggak ma, ini Cuma ngambil ijin sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin (Selesai)
ChickLitaku menikah dengan pria yang mempunyai segudang rahasia di dalam hidupnya.