22

797 38 0
                                    


Kami sama-sama terdiam di dalam mobil. Aku yang duduk di belakang kemudian harus memfokuskan diriku pada jalan di depan, meskipun sejak tadi pikiranku tidak tenang. Sedangkan Reinard juga tak mengatakan satu kalimatpun sejak mobil kami meninggalkan basement hotel. Kami mungkin memang sedang bermonolog dengan pikiran kami masing-masing sekarang.

"Apa lukamu terasa sakit?" tanyaku memecah keheningan. Sejaka awal aku sudah ingin menegobati luka-luka itu agar tidak terjadi infeksi dan lebamnya semakin parah. Namun aku belum melakukannya selain karena belum menemukan mini market, aku juga masih ingin membiarkan Reinard menenangkan dirinya dulu.

"Sedikit." Jawab Reinard dengan suara rendah.

Aku menghela nafas pelan. Mataku tiba-tiba melihat sebuah plakat minimarket beberapa meter di depan kami. Tanpa meminta peretujuan Reinard, aku membelokkan mobilku ke pelataran minimarket yang terlihat sepi. Melihat Reinard yang tak melayangkan protes, berarti suamiku itu tak keberatan jika aku ingin berhenti sebentar untuk membeli minum dan beberapa obat antiseptic untuk membersihkan lukanya.

"Tunggu sini ya, aku beli betadine dulu." Kataku sambil menaikkan hand rem. Ketika tanganku terulur untuk membuka pintu mobil, tiba-tiba Reinard menarikku ke dalam pelukannya.

"Aku cinta sama kamu Jul..." Reinard memelukku dengan erat.

Aku tidak menjawab. Meskipun hatiku luar biasa bahagia, namun keadaan sekarang bukan waktunya untuk termehek-mehek mendengar Reinard menyatakan perasaannya padaku untuk kesekian kalinya ini.

"Aku turun dulu beli obat buat luka kamu dulu ya?" kataku.

Reinard melepaskan pelukannya, lalu membuka jas yang dipakainya.

"baju kamu terlalu terbuka Jul." ia membungkus tubuhku dengan jas yang tadi dipakainya. "Juga dingin."

Aku tersenyum kecil. Pakaianku memang sedikit terbuka sekarang, dan aku begitu menghargai perhatian Reinard meskipun kondisinya sedikit kurang baik.

Bergegas aku turun dari mobil dan masuk ke dalam minimarket. Kuambil kasa steril, betadine dan cottonbut, tak lupa juga kuambil air mineral dan beberapa roti karena kami belum makan sama sekali.

Ketika aku keluar dari pintu minimarket, kulihat Reinard sudah ada di luar dan duduk di sebuah bangku di depan minimarket ini.

"Ngapain kaluar keluar?" angin malam menerpa wajahku. "Dingin Rei."

Ia menoleh. "Aku butuh udara segar." Katanya.

Aku menghela nafas, lantas menyusul dan duduk di sampingnya.

"Kalau begitu aku bersihkan lukamu di sini." Kataku sambil berusaha membuka tutup air mineral yang sekarang aku pegang. Namun bagaimanapun kondisinya, aku tetap paling kesulitan melakukan hal itu. Reinard yang bisa membaca maksudku, langsung mengambil alih air mineral itu dan membukanya dengan mudah.

"Terimakasih." Ucapku menerima botol yang sekarang tutupnya sudah mengendur itu.

Kutuangkan sedikit air diatas kasa lalu aku gunakan untuk membersihkan beberapa luka di wajah Reinard. Setelah itu aku baru mengeringkannya dan mengoleskan betadine tipis-tipis di area luka tersebut. Beberapa kali aku melihat Reinard meringis, namun aku tidak peduli. Bukankah semua ini adalah hasil yang didapatkannya sendiri?

"Rei...." Panggilku pelan sambil mengoleskan betadine di lukanya.

"Hmm....."

"Boleh aku tanya?"

Reinard tak menjawab, dan aku bisa mengartikannya sebagai persetujuan.

"Apa kamu kenal sama Daniel?"

"Tidak."

Klandestin (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang