"Kamu beneran enggak mau ikut?" sungutku sambil memasukkan beberapa baju ke dalam koper dengan sedikit membanting-banting. Mataku beralih pada Reinard yang berdiri tidak jauh dariku, menatapku sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada sambil bersandar pada kusen pintu. Sejak tadi ia hanya senyam-senyum sendiri.
"Kamu yang bahagia dong, kan mau liburan." Entah kalimatnya itu mengejek atau memang sebuah dukungan untukku agar aku tidak terus saja menekuk muka seperti ini sejak semalam.
"Bahagia, kalau kamu ikut!" aku memasukkan barang terakhirku—satu set peralatan mandi, lalu menutup koper yang berukuran tidak terlalu besar itu rapat-rapat. Rencananya aku dan Rosa hanya akan menginap dua sampai tiga malam, jadi aku tidak perlu membawa banyak barang. Lagipula, jika nanti mood-ku membaik di sana, aku pasti akan kelayapan untuk shopping. Tapi dengan catatan, kalau moodku baik lho ya! Kalau tidak, aku paling cuma akan berguling-guling saja di hotel tanpa melakukan apapun.
Reinard berjalan kearahku dan duduk berjongkok di depanku. Sejak tadi memang aku hanya duduk lesehan di lantai.
"Apa aku pura-pura lagi meriang aja ya yank, biar gak jadi pergi?" senyumku melebar, mendapat ide sebagus itu.
"Jangan!" geleng Reinard. "Memang Rosa juga bakalan percaya?"
Aku termenung. Iya juga ya. Meski aku sakit beneran, gadis itu pasti tetap akan memaksaku untuk berangkat.
"Itung-itung nyenengin adik kamu Jul. jarang kan liburan bersama?"
"Tapi aku maunya sama kamu....!" Sungutku lagi. "Kenapa sih kamu enggak bisa ikut!" padahal Reinard sudah menjelaskan bahwa minggu ini dia sibuk karena ada beberapa acara, juga mengisi sebuah talkshow dan seminar serta ada beberapa kelas untuk para mahasiswanya di kampus.
"Kan aku udang bil—"
"Enggak usah diterusin, aku udah tahu." Aku beranjak dari tempatku dan berdiri untuk segera mandi.
"Mau dipeluk dulu?" Reinard juga berdiri. "Biar kamu enggak galau."
Aku nyengir, lalu membuka lenganku lebar-lebar untuk menerima pelukan suamiku.
"Kamu jangan nakal ya di rumah..." kataku ketika kami sudah saling berpelukan.
"Iya..."
"Janji?"
"Janji...!"
"Okeee. Aku inget-inget janji kamu!"
Aku mendengar Reinard tertawa.
"Akh....bakalan kangen sama bau enaknya suamiku nih."
"Sama!"
"Kalau gitu, gimana kalau aku gak jadi pergi aja?"
"Juliaaa...."
"Hehehehe....." tawaku pelan. "Mau mandi akh...."
"Aku anterin!" serta merta Reinard mengangkat tubuhku ala bridal style.
"Lho....?" Pekikku histeris.
"Mandi bareng!" serunya lalu membawaku masuk ke dalam kamar mandi.
******
Dua jam kemudian, aku sudah bersiap untuk keberangkatanku ke Singapura. Reinard akan mengantarku sampai bandara, karena Rosa bakalan menunggu di sana. Gadi itu bilang, akan terlalu banyak makan waktu jika ia harus menjemputku di apartement.
"Udah gak ada yang kelupaan kan?" tanya Reinard sambil mengunci pintu.
"Enggak." Sahutku sambil membenarkan letak tas selempang yang aku pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin (Selesai)
ChickLitaku menikah dengan pria yang mempunyai segudang rahasia di dalam hidupnya.