17

936 41 0
                                    

"Jadi, lo ngundang kita berdua kemari cuma mau kasih tau kalau lo sama suami lo udah ngelewatin malam pertama di Paris dengan dramatis gitu?" Reza menatap nanar padaku, di sampingnya Eli juga menatapku dengan melipat kedua tangannya di dada.

Aku tak mengangkat wajahku dari lembaran dokumen yang ada dihadapanku, namun aku berhasil mengedikkan pundakku.

"Yep!"

"Sialan lo Jul!" Reza menghentakkan kakinya kesal. "lo tau enggak apa yang gue lakuin tadi?"

"Enggak." Jawabku dan Eli serentak.

"Gue lagi sibuk nyusun acara buat party gitu. Pas lo telepon dan nyuruh gue ke kantor lo karena ada hal teramat sangat penting, gue tinggalin semua itu. Gue pikir, sahabat baik gue kena masalah, KDRT atau semacamnya. Enggak taunya....."Reza mendengus. "Sialan deh pokoknya."

Aku tergelak sambil menutup stopmapku.

"Makanya lo tanya dulu dong seharusnya, gue ada masalah penting apa." aku ingat bagaimana setengah jam lalu aku menelpon Reza dengan menyuruhnya datang cepat karena ada hal mendesak.

"Rez, udah berapa lama sih lo sahabatan sama Julia?" Eli menghadap kea rah pria berkaus polo biru itu.

"Ya lamalah!" sahut Reza sewot, sepertinya dia memang benar-benar kesal kepadaku.

"Kalau udah lama, lo seharusnya tau kan kalau Julia itu adalah manusia paling berlebihan sedunia?"

Reza tidak menjawab, ia hanya melengos dengan kemayu.

"Tapi, by the way.....gue ucapin selamat deh Jul. Akhirnya lo enggak galau lagi kan, perihal enggak dijamah sama suami lo?"

Aku tergelak dengan bahasa Reza yang terkesan melebih-lebihkan. Aku bukan wanita yang benar-benar tidak pernah dijamah laki-laki, hanya saja untuk masalah keperawanan aku bisa menjaganya sampai sekarang, ralat! Sampai akhirnya Reinard memintanya padaku malam itu itu Paris.

"Jadi, apa rencana lo sekarang Jul? Punya anak?" Tanya Eli kemudian ketika tawaku mereda.

"Anak?" aku mengerutkan kening. Memang selama ini papa terus memintaku memberinya cucu. Namun bukan itu keinginan utamaku. Alih-alih punya anak, aku justru ingin terus bersama dengan suamiku seperti ini. Mirip orang pacaran, namun dengan status suami istri. Hubungan seperti ini sangat menyenangkan bagiku. Setiap pagi aku akan melihat wajah suamiku terlelap di sampingku, kami berpamitan ketika berangkat kerja, saling mengirim pesan rindu dan bertemu kembali dengan debaran jantung yang tak terkendali. Dan aku rasa semua ini sudah lebih dari cukup.

"Jangan bilang lo enggak mau punya anak!" imbuh Reza. "Ya ampun Jul. setiap orang nikah ya pengennya punya keturunan loh." Pria kemayu itu mengambil sebuah biscuit dari toples depannya lalu memasukannya ke dalam mulut.

"Ih...." cengirku. "Siapa yang bilang enggak mau punya anak. Gue mau dong, tapi nanti-nanti aja. Jangan sekarang."

"Kenapa enggak mau sekarang?"

"Ya gue belum siap lah."

"Idih.....lo tuh udah tua. Sebentar lagi juga menopause, tau rasa lo!" cecar Reza.

"Enak aja. Usia gue masih kepala tiga. Lo pikir gue nenek-nenek usia delapan puluh tahun?" Sahutku kesal. "Daripada nguber-uber gue segera punya anak. Mending lo ikut acara reality show biar lo bisa jadi cowok tulen terus bisa ngehamili anak orang!"

"Enggak jadi cowok tulen aja, gue juga bisa kok bikin hamil anak orang!"

"Hah, mana buktinya?"

"Pengen bukti?" Reza mengangkat alis. "Ayok El!" ia menarik-narik tangan Eli.

Klandestin (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang