39

584 33 0
                                    


Aku menatap Reinard yang tampak memikirkan sesuatu sebelum akhirnya pria itu menggeleng padaku.

"Aku juga tidak kenal Rena." Katanya kemudian. Ia lalu berpamitan padaku untuk pergi ke minimarket.

"Mbak beneran enggak ikut nonton konser?" Rosa mendekat padaku dan mengambil duduk di depanku. Kursi tempat Reinard duduk tadi.

Aku menggeleng. "Ya enggak lah..." aku mengambil cangkir kopiku lalu menyesapnya dengan sepenuh hati. "Mbak udah punya rencana sendiri."

"Nyesel lho, enggak bisa lihat oppa-oppa tampan nanti."

Aku tertawa penuh dengan ejekan.

"Kamu pikir mbak tertarik?" aku menaikkan salah satu alisku dan menatap Rosa dengan tegas. "Kurang tampan apa sih mas Reinard?!"

Rosa mencebik namun tidak membalas kalimatku, mungkin dalam hati ia juga mengamini apa yang aku katakan. Reinard memang benar-benar pria tampan yang akan membuat banyak orang tergila-gila. Buktinya sejak tadi aku bisa melihat jika teman-teman Rosa sering mencuri pandang pada suamiku.

Selepas sarapan, aku kembali ke kamar. Hari ini rencananya aku akan mengunjungi beberapa tempat dengan suamiku.

Aku segera mandi dan mengenakan pakaian santaiku. Hanya hotpants jeans beserta kaos oblong putih bergambar mickey mouse dan itu membuatku nyaman.

"Udah mandi?" tanya Reinard ketika ia baru kembali dari minimarket. Ia menenteng sebuah tas belanja yang berisi kertas HVS.

"Iya." Aku mematikan televisi yang sejak tadi ku tonton.

"Jul....." panggil Reinard kemudian.

Aku menoleh.

"Kita balik sekarang aja ya?"

"Ha?" aku masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan suamiku.

"Balik? Jakarta maksud kamu?" aku menegakkan dudukku dan bersiap untuk penjelasan panjang lebar dari suamiku.

Reinard mengangguk, lalu duduk di sampingku.

"Ada masalah di rumah sakit." Katanya meremas tanganku. "Maaf ya, kita enggak jadi jalan-jalan."

Aku menelan ludah kecewa. Bagaimanapun juga aku sudah ber-ekspektasi tinggi tentang perjalanan menyenangkan kita hari ini. Tapi tidak taunya, ia malah mengajakku untuk kembali ke Jakarta.

"Enggak bisa ditunda ya?" tanyaku pelan-pelan. "Nyuruh orang lain gitu, atau apa...." Aku masih berusaha menahannya agar kami tidak jadi pulang.

Reinard menggeleng. "Kamu tahu sendiri kan, posisi aku di rumah sakit?"

Aku menunduk, memainkan jemariku. Bagaimanapun juga aku tetap merasa kecewa.

"Maafin aku ya Jul. aku janji kapan-kapan kita kembali ke sini lagi ya?" meskipun aku tidak sepenuhnya percaya dengan apa yang dikatakannya.

"Yaudah, aku siap-siap sekarang." Aku beranjak dari tempatku lalu mengambil koper.

"Maafin aku ya sayang...." Reinard memelukku dari belakang, sambil menciumi rambutku.

Aku tidak menjawab, dan hanya mengangguk pelan. Dan dengan kesal tentu saja.

******

Pesawat mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pukul tiga sore. Reinard tidak mampir rumah dulu, melainkan ia langsung menuju rumah sakit.Ia bahkan tidak sempat mengantarku pulang.

Aku pulang naik taksi, sedangkan ia mengendarai mobilnya sendiri yang memang ditinggal di bandara sejak kemarin.

Aku sebenarnya merasa kasihan melihat air mukanya yang begitu lelah harus langsung ke rumah sakit tanpa istirahat dulu. Namun inilah resiko dari pekerjaannya, dan aku tidak bisa berbuat banyak selain memberinya semangat.

Klandestin (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang