33

791 39 0
                                    


"Beneran udah mau pulang?" sindirku pada Reinard ketika ia sudah membereskan peralatan mandinya. "Enggak mau nginep lagi? Tuh mukanya belum sembuh." Aku menunjuk-nunjuk wajahnya yang masih ada sedikit sisa lebam.

"Kamu lagi ngejekin aku ya?" ia meraih jemariku lantas menarik tubuhku ke dalam pelukannya. "Nginep semalam aja sayang.... Kan kita udah baikan."

Aku terkekah sambil melepaskan pelukannya. Sejak kapan Reinard punya kebiasaan manja seperti ini. Semalaman ia benar-benar tidak mau menjauh dariku, alhasil ranjang rumah sakit yang sempit ini harus kami bagi berdua. Himpit-himpitan, namun rasanya tetap saja nyaman.

"Terus hari ini kita mau ngapain?" aku mentap Reinard yang kini sedang memasukkan ponselnya ke dalam saku celana jeans.

"Kamu enggak sibuk hari ini?" dia balik bertanya.

Aku menggeleng. "Demi kamu, aku enggak akan sibuk." Tawaku.

Pria itu mencubit hidungku lembut.

"Mau aku ajak ke suatu tempat?" tanyanya kemudian.

"Kemana?"

"Emm....kasih tau sekarang enggak ya?" godanya yang langsung mendapatkan pelototan kesal dariku.

"Kasih tau doong.....!" aku menarik-narik ujung kausnya.

Reinard menggeleng. "Surprize aja yang sayang.." ia merangkulku dan salah satu tangannya meraih tas jinjing yang berisi peralatan mandi tadi. "Aku suka bikin kamu terkejut kok." Ia lantas menarik tubuhku keluar dari dalam kamar inap ini.

*****

Aku terdiam beberapa saat ketika Reinard menghentikan mobilnya di sebuah halaman. Beberapa meter di depan kami, terlihat sebuah papan bertuliskan 'Panti Asuhan Kasih'. Aku menarik nafas perlahan, aku kira Reinard tak akan pernah membawaku ke mari dan memperkenalkannya dengan anak-anak serta ibu panti. Atau aku kira ia tak akan pernah membawaku secepat ini.

"Jul, kok bengong?" suara Reinard membuyarkan lamunanku.

Aku menoleh. "Emm....aku cuma....terkejut aja." Sahutku jujur.

Suamiku tersenyum lalu mengelus rambutku perlahan. "Aku ingin kamu kenalan sama ibu Ayu."

"Ibu Ayu?" tanyaku.

Reinard mengangguk. "Seorang wanita yang menemukanku di depan pintu panti asuhan ini ketika aku bayi, yang merawatku dan menjagaku sampai aku besar."

Aku tak menjawab. Perasaan haru tiba-tiba melingkupi hatiku. Mengertilah aku kenapa Reinard tak menceritakan masa lalunya padaku. Aku tahu itu berat, ketika kita harus membuka masa lalu pedih kita di depan orang lain. Jikapun sekarang Reinard terlihat baik-baik saja, aku yakin ia butuh waktu sangat lama untuk membiasakannya.

"Ayo turun....." ia meremas tanganku. Dari dalam panti asuhan aku melihat seorang wanita berusia enam puluh tahunan berjalan ke arah kami. "itu Ibu udah menyambut kita."

Aku mengangguk. Mengikutinya turun dari dalam mobil. awalnya aku ragu-ragu harus menyapa ibu Ayu dengan kalimat pembuka seperti apa. Namun wanita itu seolah tahu apa yang sedang aku pikirkan, beliau langsung memelukku dan menciumiku.

"Pasti Julia kan?" Ibu Ayu mengusap-usap lenganku. "Akhirnya Reinard membawamu kemari nak....."

Aku tertegun dan ku toleh Reinard yang berdiri di sampingku. Ia hanya mentapaku dengan senyuman. Rupanya, ia sudah menceritakan semua hal pada ibu Ayu, seorang wanita yang pasti sudah Reinard anggap seperti ibu kandungnya sendiri.

Wanita bernama Ayu itu terlihat sederhana. Rambutnya yang sudah memutih disanggul ke belakang dengan rapi. Meskipun kerut di wajahnya tidak bisa membohongi usianya, namun gurat cantik masih terlihat jelas di wajahnya

Klandestin (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang