49

657 35 0
                                    

"Kamu ngapain disini Rei?" tanyaku dengan heran. Aku tak bisa memungkiri bahwa aku terkejut sekarang.

Bukannya menjawabku, Reinard justru menghambur ke arahku dan duduk di pinggir tempat tidur pasien. Mengacuhkan Rangga yang masih duduk dengan gaya santainya di kursi sampingku.

"Kamu sakit apa Jul? Udah aku bilang kan, kalau semalem kamu harus ganti baju biar nggak masuk angin. Lagian, semalem kamu kemana Jul? Aku nyari'in kamu kayak orang gila!" Serentetan kalimat terus meluncur dari bibir Reinard. Seakan apa yang terjadi kemarin, dan semua hal yang menguras emosiku itu tidak ada apa-apanya lagi. Seakan ia adalah suami paling perhatian di dunia dan selalu menomor satukan istrinya. Meskipun pada kenyataannya.........

Ah, sudahlah. Aku tak perlu membahasnya.

"Aku....aku...." Tangan Reinard terulur, telapak tangannya membingkai kedua pipiku.

"Aku cemas Julia!" sorot matanya tajam padaku, penuh kekhawatiran.

"Eheem....!" suara deheman Rangga yang aku yakin itu bukan karena tenggorokannya gatal mengurai konsentrasi kami.

Aku menoleh, begitu juga dengan Reinard.

"Gue pergi dulu ya Jul. Kan suami lo udah dateng."

Aku mengangguk. merasa sedikit bersalah karena belum membalas kebaikan Rangga padaku sepanjang hari ini.

"Makasih ya Ngga." Sahutku.

Pria itu mengangguk, lantas bangkit dari kursinya. Setelah berpamitan denganku dan tentu saja Reinard, ia segera berangsur pergi. Aku tahu Rangga merasa sedikit kurang nyaman setelah kehadiran Reinard. Tatapan mata suamiku terkesan sangat dingin padanya. Padahal bukankah seharusnya ia berterimakasih pada seseorang yang sudah membantu istrinya ke rumah sakit?

"Kenapa kamu bersama pria itu? Siapa dia?" Tanya Reinard ketika Rangga sudah pergi dari hadapan kami.

"Dia sahabatku. Pemilik cafe di depan apartment kita."

"Sahabat? Sejak kapan?" Suamiku benar-benar tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

"Sudah lama. Lagipula kenapa jika aku bersahabat dengan lawan jenis? Kamu sendiri menjaga wanita lain di rumah sakit tanpa sepengetahuanku!" Julia, apa yang membuatmu berubah drastis dalam satu malam? Kalimatmu benar-benar luar biasa!

Dalam hati aku histeris memuji diriku sendiri.

"Ayolah Julia!" Reinard mengusap wajahnya frustasi. "Hubunganku dan Rena tak seperti yang kamu pikirkan!"

"Hubunganku denga Rangga juga tak seperti yang kamu pikirkan!" sahutku sewot.

Reinard menghela nafas pelan. Mungkin ia sudah tidak tahu kalimat apalagi yang bisa ia keluarkan untukku.

"Aku mohon Jul, jangan marah kepadaku. Aku tahu, apa yang aku lakukan selama ini memang sebuah kesalahan. Tapi apakah kamu tidak bisa memaafkan diriku?"

Aku tidak menyahut, sebenarnya aku bisa memaafkan Reinard untuk masalah ini. Hanya saja aku tidak ingin terlihat 'gampangan' di depan dia. Aku takut jika memberinya maaf dengan mudah hanya akan membuat Reinard kembali mengulangi kesalahannya lagi.

"Rei....apakah kamu bisa mengantarku pulang sekarang?" tanyaku kemudian. Aku sudah cukup lelah dengan bahasan tanpa ujung ini.

"Pulang? Apakah keadaanmu sudah membaik? Apa tidak seharusnya kamu tinggal di sini sehari dua hari lagi sayang?" pria itu mendekat ke arahku, lalu mengusap pipiku dengan lembut.

Aku menggeleng, lantas menegakkan tubuhku. "Aku mau bekerja." Sahutku. Lagipula jika aku menginap di rumah sakit ini, tidak jaminan bukan Reinard akan terus berada di sisiku untuk menjagaku. Aku yakin jika wanita bernama Rena itu memanggilnya, suamiku pasti akan pergi untuk menemuinya.

Klandestin (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang