Phase.

272 33 8
                                    




Wendy terbangun dari tidur panjangnya, setelah terjaga hingga dini hari untuk mendengarkan cerita-cerita kecil tentang Taeyeon. Sejujurnya ia jadi mengerti kenapa alasan dibalik kegemaran wanita yang lebih tua itu gonta ganti pasangan tanpa kejelasan, karena masalalu yang bikin trauma membekas, cukup mirip dengan cerita cinta nya.

Tubuhnya ia renggangkan untuk menghilangkan rasa pegal yang ada, lalu dengan langkah berat di pun melangkah menuju dapur untuk minum, maklum efek minum-minum bikin tenggorokan kering.

"Good morning, sweetheart" ucapan selamat pagi yang riang dari sang kakak lebih tua, di iringi dengan senyuman dengan gigi yang terlihat jelas. Jujur, satu kalimat barusan berhasil bikin mood Wendy jadi lebih baik, bahkan terbilang lebih baik dari sebelumnya.

"Morning, kak. Kamu masak apa? Tumben rajin"
"Yeee, emang aku rajin ya! Kamu aja yang gak pernah lihat"
Wendy hanya mengangguk sembari tersenyum, ternyata gangguin sang CEO lucu juga.

Ia segera duduk di kursi, tepat setelah satu piring berisi english breakfast berhasil terletak di depan meja. Wendy mengendus makanan itu dengan perasaan riang, dengan buru-buru ia mengambil cuttlery untuk memotong sosis, salah satu cemilan kesukaannya.

Taeyeon memperhatikan wanita itu dengan perasaan yang ikut menghangat, diam-diam dia makin mengagumi bagaimana perubahan ekspresi wanita itu yang berubah-ubah, gemas!

"Nanti sore temenin aku meeting ya?" Suara barusan berhasil bikin Wendy mau kesedak telur yang baru aja di kunyah.

"Lagi? Jangan bilang ke gedung penyiaran"
Wajahnya langsung muram, dan Taeyeon udah bisa nebak soal ini.
"Tentu aja, kan mereka bakal merger jadi anak perusahaan kita, Wen"
"Dari sekian banyak orang, kenapa harus aku sih kak?"

"Kamu doang yang bisa aku andelin, Wen. Dan aku rasa cuma kamu yang pantas buat di posisi ini, aku diem-diem perhatiin kualitas kerja kamu loh, dan aku lihat kamu emang punya potensi gede"
"Tapi kan.." belum sempat Wendy melanjutkan protesnya, Taeyeon sudah lebih dulu berdiri kearah wanita itu, lalu memeluk tubuhnya dari arah samping.
"Kamu tenang aja ya? Apapun yang terjadi aku bakal jagain kamu kok"

Senyuman tulus dari Taeyeon bikin Wendy tak bisa berkutik, meski ada sedikit keraguan di dalam dirinya.



Dan bener aja,

 
Firasat nya selalu benar. Sore ini keadaan ruangan meeting jadi super panas. Padahal sih, para anggota majelis pemegang saham biasa aja, mereka ngobrol dengan lebih santai di pertemuan kali ini, yang bikin panas itu, tatapan tajam dari Irene yang duduk di kursi sebrang, pada Wendy yang sedari tadi hanya menunduk ke bawah meja.

Jujur, Wendy agak senang bisa ketemu sang pujaan hatinya, tapi di sisi lain rasa sedih nya lebih mendominasi, terutama saat keingat kata-kata nyelekit Irene tempo hari.

Dengan berat hati, dia berusaha buat gak kontak mata dengan mantan nya itu, enggan membuat prasangka lain dan juga takut membuat orang-orang di sekeliling mereka curiga.

Disisi lain, Taeyeon sadar sama kejadian itu. Diam-diam dia juga memperhatikan mereka di sela presentasinya. Jujur Taeyeon ikut gak nyaman sama kehadiran Irene, takut kalo wanitanya akan kembali.

Satu persatu, para kolega meninggalkan ruangan meeting hingga hanya tersisa Irene dan Wendy di ruangan ini.

Dengan perasaan gusar, Wendy mempercepat gerakannya untuk membereskan beberapa barang miliknya dan sang CEO.

Suara heels orang yang tak di inginkan pun kian menggema, semakin dekat kearah nya.

"Kamu ngikutin aku ya?" Ujar wanita berambut panjang itu dengan pede nya.

Air muka Wendy langsung berubah, dia gak suka di tuduh tanpa alasan begini. Toh kalo bukan karena Taeyeon, dia gak akan mau ketemu perempuan ini lagi,

"Kamu gak tau kalo perusaan kita merger? Aku cuma perwakilan perusahaan, gak lebih"

Denger pernyataan barusan bikin hati Irene sedikit kecewa, entah kenapa.

"Oh gitu, aku kaget lihat kamu disini. Berarti kita bakal sering ketemu dong? Duh nyebelin"

Aduh, Wendy makin muak sama situasi ini. Memang beberapa hari lalu dia masih diselimuti rasa bersalah, tapi makin kesini, omongin Irene juga bikin dia benci sama wanita itu.

"Wen, kamu masih disini?" Ucap Taeyeon lembut dari sebrang pintu, dengan elegan dia datang menghampiri Wendy, lalu sedikit mengelus kepala wanitanya.


"Yuk pulang, biar aku aja yang nyetir"

Wendy hanya mengangguk pasrah, gak terlalu peduli karena rasa marahnya udah di ujung kepala.

"Eh kamu, sekretarisnya Jonathan kan? Salam kenal, saya CEO baru di perusahaannya Wendy bekerja. Kedepannya pasti kita bakal sering bertemu" jabatan tangan Taeyeon di sambut dengan malas dari wanita berambut panjang itu, jujur dia kaget dengan perkenalan tak terduga barusan.

"Saya Irene Bae, salam kenal"

Taeyeon sedikit tersenyum menanggapi, lalu mengambil beberapa barang dari tangan Wendy.

"Ayo sweetheart, kita makan malam dulu" ucapnya sangat lembut kali ini, bikin Irene tertegun melihat aksi barusan.

Sepeninggalan Taeyeon dan Wendy dari ruangan ini, Irene masih terpaku dalam lamunannya, bagaimana bisa gadis yang lebih muda tadi melupakannya dalam hitungan hari? Jujur di satu sisi Irene lega, tapi disisi lain ia ikut kecewa mengetahui fakta posisi nya di gantikan oleh orang yang lebih baik dari nya baik dari sisi status sosial dan kecantikan.

Namun tak berapa lamunannya terpecah oleh sebuah suara berat seorang pria.

"Sayang, mau balik sekarang?"

Tbc.

Hard PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang