"Babe, mami minta kita makan malam dirumah. Kamu bisa gak?" Tanya sebuah suara di sebrang telpon, sementara Irene sedikit menimang-nimang jawaban apa yang harus dia lontarkan sebagai jawaban.
"Iya, ntar aku kesana abis pulang kerja" balasnya singkat.
"Aku jemput ya? Aku gak enak sama papi mami kalau kamu dateng sendiri, ntar dikira kita lagi berantem, please ya?" Nada yang di buat memohon itu bikin Irene gak bisa nolak.
"Iya, aku balik kerja dulu kalau gitu. Bye Love" belum sempat suara di sebrang menjawab, telpon pun di putus sepihak.
Irene duduk di meja kerjanya sembari memijit kepalanya yang agak pusing. Belakangan ini pikirannya semrawut, terutama saat pertemuan tak sengaja dari sang mantan, bikin hari-harinya jadi total berantakan.
Sushi yang hanya dua tertelan kini ia buang sisa nya yang masih hampir utuh itu ke tempat sampah. Dengan langkah yang berat, ia pun keluar dari ruangan menuju coffee shop di lantai bawah, dia lebih butuh kafein sekarang, agar pikirannya bisa fokus.
Saat sampai di lobby, ia tak sengaja melihat punggung seorang yang ia paling benci, walaupun disisi lain ia juga sedikit rindu, makin ia mendekat aroma parfum wanita ini makin menyeruak di hidungnya, aroma yang sama sejak bertahun-tahun lalu, tentu saja jenis parfum yang sama yang ia hadiah kan di hari wisuda wanita lebih muda.
Irene menyentuh pundah wanita itu, yang di sentuh jadi kepalang kaget melihat siapa pelaku nya.
"Biasa aja dong, gausa kayak ngeliat setan gitu" ucapnya cuek. Sementara raut muka Wendy agak sedikit berkerut sedih denger kata-kata barusan, meskipun niat Irene becanda doang.
"Sorry,Rene. Gak maksud gitu" ucapnya serius.
Duh, Irene salah ngomong kan.
"Kalo kamu emang ngerasa salah, traktir aku makan" alasannya jelek banget anjir, terkesan bossy, Rene.
"Uh oh? Yakin?" Tanya Wendy ragu, sementara Irene mengangguk, lalu menarik tangan wanita itu menuju parkiran.
"Mobil kamu yang mana?" Mata nya menerawang, mencari keberadaang sang mobil sedan tua yang paling dia kenal, namun nihil keberadaannya.
"Si gerry maksud kamu? Udah aku jual tahun lalu karena rusak abis kecelakaan, aku beli mobil ini deh buat ganti nya" tunjuknya pada sebuah mobil suv putih keluaran terbaru, tentu nya warnah putih juga. Maklum Wendy suka warna itu.
"Oh, bagus deh. Mobil kamu udah layak di ganti sih dari dulu, kamu nya aja bebal"
Maksud Irene, dia emang khawatir sama kondisi mobil yang sering mogok itu, takut Wendy kenapa-kenapa di jalan, tapi Wendy emang selalu nangkep pernyataan itu beda, contohnya sekarang. Dia ngerasa Irene selalu berusaha ngerendahi dia."Yauda kamu mau masuk apa engga?" Tanya nya dimgin, Irene yang menyadari dia salah ngomong kini cuma bisa pasrah, ngikutin wanita itu masuk kedalam mobil baru itu. Jujur Irene senang dengan pencapaian mantannya itu sekarang, jauh lebih baik setelah mereka berpisah.
"Ini mau makan dimana?"
"Gatau aku gak tau mau makan apa"
"Kebiasaan deh, selalu aku yang harus nentuin"
Kedua nya diam, mulai teringat sama kata-kata barusan yang terlihat gak asing sama kisah dulu, kedua nya kini larut sama pikirannya masing-masing yang entah mikirin apa.