Taeyeon percaya cinta pada pandangan pertama itu nyata ada nya, bahkan hanya dengan satu kali pejaman mata dia masih ingat gimana sosok cantiknya Wendy waktu ngerokok di taman gedung perusahaan mereka, Taeyeon juga masih ingat gimana seriusnya mimik wajah dan kerutan dahi wanita itu waktu itu. Bisa di bilang memang dirinya dilanda mabuk kepayang, entah pelet apa yang di pake wanita lebih muda, tapi yang pasti Taeyeon percaya rasa cintanya nyata.Taeyeon sadar dari awal konsekuensi mencintai secara sepihak itu gak pernah berakhir dengan ending yang baik, temasuk pada orang yang gak pernah selesai sama masalalu nya. Taeyeon tau pasti lambat laun dia akan berada di posisi sekarang, tergantikan.
Sakit? Pastilah.
Bahkan buat nangis juga dia udah gak bisa, Taeyeon udah kebal sama cerita beginian, soalnya dulu pernah ngalamin hal yang lebih parah, di tinggal mati sama pasangan sendiri udah berhasil bikin hidup dia hancur berkeping-keping.
Jadi, waktu denger kata Wendy mau pergi dari rumahnya aja dia udah tau kalau emang gabakal ada lagi tempat buat dia, semua perjanjian Friend with benefit mereka di awal juga bakal jadi omong kosong belaka.
Hidup harus berlanjut, dia keinget kata Tiffany dulu sebelum mereka benar-benar di pisahkan oleh maut,
"Apapun yang terjadi kedepannya, kamu harus berani buat ambil keputusan. Termasuk untuk hidup dengan bahagia"
Duh kalau keinget lagi perihal mendiang pacarnya itu, Taeyeon total kalah, dia gak bisa membendung air mata yang sejak tadi dia tahan. Alhasil malam itu dia cuma nangis selama berjam-jam setelah selama bertahun-tahun berusaha buat terlihat kuat di depan semua orang.
...
Beberapa hari ini Taeyeon putuskan buat ambil kesibukan yang banyak biar gak terlalu larut sama rasa galaunya, beberapa list kerjaan yang harusnya di bantuin Wendy pun terpaksa dia ambil alih sendiri, alasannya klasik, biar dia gak sering-sering lagi satu frame sama wanita yang dia cintai itu.
Contohnya pagi ini, setelah satu malaman dia habiskan buat bergadang ngerjain project dan milih kandidat yang bakal jadi sekretarisnya itu, Taeyeon ngerasa seluruh badannya remuk. Makanya tadi subuh dia udah mandi di toilet pribadi di ruangan sendiri, biar rileks nanti ketemu sama asisten barunya.
Setelah selesai make up seadanya, Taeyeon duduk sebentar di sofa sembari memejamkan matanya sebentar, jujur dia ngantuk banget, tapi kalau di tinggal gitu aja gak enak juga kan? Takut ntar si sekretaris baru itu malah gak betah punya bos macam dia.
Suara ketukan pintu membangunkan Taeyeon dari tidur ayamnya itu, dengan suara deheman ia mempersilahkan seorang wanita untuk masuk.
"Silahkan duduk, tolong perkenalkan diri"
Wanita bertubuh langsing dan berambut coklat terang itu mengikuti arahannya, dengan senyuman penuh rasa percaya diri, ia pun mencoba memperkenalkan diri.
"Selamat pagi Bu Taeyeon, saya Jessica Jung biasa di panggil Jessi. Mohon arahannya selama berkerja"
Taeyeon menatap wanita itu dari atas sampai bawah, lalu mengangguk pelan seolah setuju dengan isi pikirannya. Jessica memiliki wajah dengan karakter yang tegas dan Taeyeon cukup suka dengan rasa pede wanita itu. Mungkin kedepanya mereka bisa cocok untuk jadi parnert kerja yang solid karena karakter yang cukup mirip.
"Baik, sesuai ekspetasi. Setelah ini kamu bisa pakai meja di ruangan depan, dan saya mau kedepannya segala urusan saya dengan semua kepala divisi harus melalui kamu dulu, baru serahkan ke saya, termasuk divisi pemasaran. Sampai sini paham?"
"Baik bu, saya pamit dulu kalau gitu"
Taeyeon mengangguk, membiarkan wanita itu benar-benar pergi dari ruangannya. Lalu ia bangkit dari sofa meski agak malas, perutnya udah teriak dari tadi pengen diisi makanan, mau gak mau emang kudu cari breakfast meski udah agak telat.
![](https://img.wattpad.com/cover/341778783-288-k804691.jpg)