Bonfire.

214 20 13
                                    

Gak ada yang tau sama masa depan yang bakal bawa kita ke ending cerita yang gimana, dengan keadaan apa dan dengan adanya plottwist atau bukan.

Yang pasti Wendy gak mau terlalu mikirin hal itu, dia yakin setiap keputusan yang dia ambil bakal jadi kenangan manis sekaligus manis di hidupnya, selingkuh misalnya.

Kalau dia ingat lagi, tentang percakapan bulan lalu di mobil nya, ia jadi senyum-senyum sendiri. Apalagi ngebayangi gimana wajah sedih mereka berdua waktu tangis-tangisan, dan wajah berseri-seri keduanya waktu mengakhiri obrolan berati itu dengan memadu cinta di parkiran basement kantor Irene.

Gila? Wendy udah cukup kenyang sama hal itu, toh dia yang mutusin buat jadi orang gila setelah mengalami berbagai hal gak mengenakan selama hidupnya, terutama pasca putus.

Tapi, adegan senyam senyum itu gak berlangsung lama, soalnya Taeyeon tiba-tiba masuk kedalam ruangannya, tentu aja tanpa ngetuk pintu lebih dulu.

"Lagi bahagia banget, ada apa?" Tanya nya heran, sementara Wendy cuma senyum kikuk sambil membalas pelukan Taeyeon. Ia menenggelamkan kepalanya di perut wanita yang berdiri tepat di hadapannya, sementara tangan wanita itu dengan lihai mengelus pucuk kepalanya.

"Gimme kiss, please" ucapnya mencoba mengalihkan pembicaraan. Tentu aja Taeyeon menyambut bibirnya dengan senang hati, maklum yaaa mereka udah lama gak ketemu setelah sempat berpisah karena kesibukan sang CEO.

Setelah memberikan kehangatan di bibir satu sama lain selama beberapa menit, keduanya membereskan make up dan rambut masing-masing, soalnya posisi masih di kantor dan ini masih jam kerja. Bisa kacau kan? Beda kalau dirumah, pasti Taeyeon gak bakal biarin wanita ini pakai sehelai benangpun di tubuhnya.

Skip soal pembahasan mesum tadi, karena kita mau fokus ke hal apa yang mau di sampaikan Taeyeon dari tadi yang sempat ketahan.

"Bulan depan aku mau ke Aussie buat opening anak perusahaan. Kamu ikut ya? Biar aku urus cuti buat kamu dari sekarang" ucap Taeyeon dengan nada tegas, maklum lah kalau urusan pekerjaan dia memang demikian.

Sementara dengan Wendy, dia tampak menimang-nimang tawaran itu.

"Berapa lama?"

"Paling sebulan, soalnya ada beberapa hal yang harus kita urus, kamu kan berperan sebagai kepala divisi pemasaran. Jadi kamu di butuhkan untuk project mereka, visi misi perusahaan ini harus melekat juga ke mereka"

"Emang nya aku sepenting itu ya? Gak bisa di wakilin Jessica aja?" Tanya nya lagi mencoba memastikan, membuat Taeyeon jadi berkerut dahi. Tumben banget pacarnya ini ngelepasin dia buat pergi berdua doang sama Jessica, padahal sebelum-sebelumnya dia yang paling cemburu soal itu.

"Penting dong, kalau memang kamu tanya secara posisi karir. Dan yaa, dari segi support sebagai pasanganku, kamu juga sepenting itu buat nemenin aku selama disana. Aku bakal kenalin kamu ke sepupu-sepupu ku yang tinggal di sana, Wen. Gimana, jelas?"

Walau agak ragu-ragu, Wendy tetap mengiyakan ajakan tersebut. Soalnya gak enak juga kalau harus nolak permintaan dari sang kekasih yang udah setulus itu sama dia.

Tentu aja Taeyeon tersenyum riang, buru-buru ia duduk di pangkuan wanita itu sembari mengalungkan kedua tangannya di leher Wendy. Ia hamburkan tubuh kecilnya di pelukan wanita yang lebih muda, sembari mencium ceruk leher wanita itu yang kini ikut memeluk pinggangnya.

"Makasih ya, Wen. Sorrry kalo kamu kesannya kepaksa ikut. Tapi aku memang butuh kehadiran kamu disana, ini project peluncuran perusahaan pertama ku, aku butuh support dari kamu sebagai pasangan"

"Anytime sayang, kamu bisa pakai aku kapan pun kamu butuh support. Kan sejatinya pasangan buat saling support kan?" Ucapnya memberikan senyuman terbaik, bikin Taeyeon jadi salah tingkah sendiri ngelihatnya.

Hard PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang