Both of us.

236 28 3
                                    

Tiga hari,

Acara gathering berjalan dengan baik. Perkenalan secara resmi dari kedua perusahaan yang bergerak dalam bidang Entertaint itu berjalan dengan lancar, pembuka acara di buka oleh Wendy sebagai perwakilan dari perusahaanya, tentu aja karena mau gak mau ngegantiin Taeyeon yang berhalangan hadir.

Tapi gara-gara kejadian ini, Wendy jadi sadar kalau public speakingnya cukup bagus. Selama ini Wendy selalu insecure soal performanya di kerjaan yang menurutnya biasa aja, toh dia bukan tipe yang suka cari muka di depan atasan, itu sebabnya Wendy sering di inget soal kesalahannya doang bukan prestasi.

Bahkan dalam sesi acara hiburan, Wendy ikut nyumbang sebuah lagu. Itu sih karena Irene yang bisik ke panitia untuk manggil Wendy ke atas panggung. Walau terpaksa, tapi sejujurnya dia juga menikmati, Wendy hobi nyanyi soalnya dari jaman mereka kuliah suka ngisi acara pensi. Toh semua orang mengakui kalau suaranya bagus pake banget.

"Makasih ya udah nyanyiin lagu ini"

Light me up by Redvelvet, lagu favorit Irene yang selalu dia pinta pada sang kekasih untuk di nyanyikan ketika mereka karaoke.

"Iya, Rene. Sesuai request lo karena udah mau bantuin gue ketemu Mr Jo"

Irene mengangguk sambil memberikan senyum sumringah, entah kenapa beberapa hari ini Wendy selalu berusaha nurutin kemauan dia yang kadang di luar nalar, dan dalam tiga hari ini juga dia ngerasa hubungan mereka berdua jauh lebih baik dari sebelumnya. Mungkin jadi teman baik gak ada salahnya untuk keduanya.

Tapi gak berlaku buat Wendy, pilihan buat menjalin pertemanan kembali sama sang mantan bikin dia agak sedikit gak nyaman, pasalnya Wendy memang belum seratus persen move on, tapi gak di pungkiri juga beberapa momen bikin dia ilfeel sama wanita ini, apalagi di tambah kehadiran Taeyeon yang sedikit berpengaruh besar soal perasaannya ke Irene, Taeyeon sedikit demi sedikit berhasil ngasih tempat sendiri di hati nya.

Dan ya, perihal jalinan pertemanan ini bikin sedikit agak ambigu, pasalnya Irene udah mulai skinship tanpa sengaja lagi ke dia, jujur Wendy agak risih juga awalnya. Pegang-pengang, peluk-peluk tapi bukan pacar.

LAH JADI TAEYEON APAAN DONG, WEN?

Kalo soal kak Taeyeon, Wendy no comment deh. Entah kenapa dia gak pernah risih di pegang-pegang tanpa status, kadang bahkan dia juga yang mulai deluan buat skinship. Rumit.

"Kalian semua harus dateng ke beach party ntar malem, tanpa terkecuali!" teriak Jonathan, lelaki berkepala empat itu dengan sebuah toa di tangannya, tampak nya sang direktur itu lagi dalam suasana hati yang baik, tentu aja teriakan tadi dapat sorakan riang dari semua staff yang hadir.


Dan, disinilah Irene dan Wendy, menginjakan kaki di pasir pantai yang di penuhi puluhan manusia yang sedang berdansa ria mengikuti alunan music tecno dari sang Dj.

Mereka berdua menghampiri Jonathan, untuk sekedar basa-basi sebelum benar-benar hanyut dalam pesta. Maklum lah, party di indahnya suasana pantai malam hari siapa yang bisa nolak coba?

Malam ini, Wendy milih pakai dress bunga-bunga di atas lutut, warna biru muda mendominasi dengan sedikit gelombang di bawahnya, bikin kesan feminin di Wendy.

Irene sedikit menelan ludahnya saat lihat penampilan wanita itu, jarang banget dalam hidupnya lihat sisi feminin kayak gini di Wendy, sangat beda dari Wendy yang dia kenal. Tapi di dalam hati dia mengaminin hal tersebut, karena emang cocok banget di Wendy, bikin dia kelihatan jauh lebih cantik dari sebelum-sebelumnya.

Sedangkan Irene?

Dia cuma pakai kemeja kotak-kotak warna hitam dengan tangtop putih yang ia biarkan terbuka, jujur Irene gak bawa banyak baju karena gak berharap juga bakal ada acar gini an.

"Tumben lo pake dress, bunga-bunga lagi"

"Iyaa, ini tuh baju dari kak Taeyeon yang dia beliin buat kita jalan-jalan nanti. Karena gak jadi yauda gue pake aja buat party malam ini"

"Oh pantes" Irene ngangguk-ngangguk tak acuh, agak nyesel nanya pertanyaan tadi.

"Jelek ya, Rene?"

Muka Wendy agak kecewa, padahal tadi dia udah pede banget buat pakai baju ini setelah berdiskusi sama Taeyeon di panggilan video yang mereka lakukan sore tadi, Taeyeon bilang sih kalau Wendy cantik banget pakai dress itu, cuma harapannya patah karena omongan sembarang dari Irene.

"Menurut lo?"

Anjir, mood Wendy berhasil anjlok sama respon barusan. Emang ya, kadang tingkah Irene ini kayak manusia berkepribadian ganda, susah di tebak.

Karena terlanjur kesal, Wendy pun meninggalkan nya untuk menyusul ke temen-temennya yang lain. Sengaja sih pengen ngabisin waktu buat ngobrol sama staff-staff lain yang beberapa hari ini jadi temen baru nya. Toh ngobrol sama mereka emang beneran berhasil naikin moodnya lagi, hampir semua orang yang ia temui muji penampilan Wendy malam ini. Honest review ya!

Komentar-komentar berisian itu berhasil memvalidasi perasaan Wendy. Jiwa sosial butterfly nya kembali aktif bikin energi nya jadi penuh.

Sangkin penuhnya, Wendy jadi gak sadar kalau udah ninggalin Irene sendirian lebih dari dua jam, duh panik gak tuh dia.

Dan bener aja, pas udah di samperin, itu manusia lagi terkapar di meja bar akibat terlalu mabuk.

Padahal Irene gak banyak minum, tapi emang anaknya alkohol intolerant jadinya yah jackpot. Muntah tuh sebaju-baju nya Wendy ikut kena. Karena beberapa orang jadi merhatiin ke mereka, buru-buru Wendy bopong tubuh wanita itu, tentu aja dengan bantuan salah satu pegawai club yang ikutan bopong. Maklum, badan Wendy juga sama kecilnya sama wanita itu.

Setelah beberapa saat sampai di lantai 21, Wendy berterimaksih sama mas-mas ganteng itu karena udah bantuin bopong sampai hotel meski jaraknya agak sedikit jauh jika berjalan kaki.

"Rene, kamar lo nomor berapa?"

Nihil, yang di tanya cuma bisa merem sambil geleng-geleng gak jelas. Alhasil ya Wendy bawa wanita itu naik ke lantai atas buat di titipin di kamarnya dia.

Meski dengan langkah berat, puji tuhan mereka sampai juga dengan selamat. Sumpah ya, Irene abis kesambet apa sampai mabuk gini, padahal dulu dia paling gak mau di ajak minum-minum, ngerokok aja enggak doi.

"Duh tiduran dulu sini"

Wendy merebahkan tubuh Irene dengan susah payah, setelah itu ia buru-buru mengambil air botolan untuk ia teguk, capek banget soalnya udah kayak lagi kardio sambil ngangkat beban puluhan kilogram.

Setelah menimang-nimang beberapa kali, akhirnya ia memutuskan untuk mengantikan pakaian Irene yang hampir setengah terkena muntahan itu dengan pakaiannya, Wendy gak masalah sih gantiin baju, toh dulu juga sering lihat tubuh telanjang wanita itu. Tapi setelah di pikir-pikir agak salah juga mengingat status mereka.

Tapi mau gimana lagi kan? Dia gak punya pilihan juga.

Wendy juga mengganti gaunnya dengan kaos oblong dan celana pendek, toh baju dia juga kena cipratan muntah. Ia pandangi gaun itu dengan raut sedih, byee gaun cantik!

"minum..." rintihan Irene sentengah sadar, tenggorokannya terasa sangat panas dan sakit sekarang, Wendy pun buru-buru memberikan satu botol air pada wanita itu, dan tentu aja harus di bantu minum karena Irene buat ngangkat tubuh sendiri juga susah.

Irene kini tidur dengan posisi setengah duduk, kepalanya ia pengangi karena terasa cukup nyeri.

"Gak lagi deh gue minum.."

"Lagian udah tau gak bisa minum, sok-sok an mabuk. Gue kan yang repot" omel Wendy pada nya, sementara Irene cuma nunduk gak berani natap ke arah Wendy yang kini duduk di depannya.

"kalau gue ngomong tuh di jawab, kenapa lo minum?"

"Gue sebel, lo cantik banget malam ini dan semua perhatian tertuju ke elo, Wen.."

".. gue gak pernah suka orang lain merhatiin lo kayak gitu, cuma gue yang boleh"

"pokoknya gue benci lihat lo tampil cantik kayak gini, apalagi setelah putus dari gue"

Sebuah ciuman singkat pun mendarat di bibir Wendy tanpa dia sangka. Dan Wendy pun gak pernah mengharapkan apa yang terjadi setelahnya.

Malam ini jadi malam yang panjang lagi buat Wendy.








Tbc.

Hard PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang