Fragile.

172 18 8
                                    




"Udah kelar kerja, kak?"

Sebuah suara berhasil memecahkan kesunyian yang sejak tadi menggeluti ruangan ini. Taeyeon masih sama dengan dirinya yang kemarin, masih berkutat dengan puluhan dokumen yang sampai sekarang belum kelar untuk di jamah. Ia memandang kearah pintu untuk melihat siapa tadi yang bersuara, mesipun dalam pejam an mata dia juga hafal mati sama pemilik suara ini.

"Wendy? Tumben kesini? Sini masuk, kerjaan ku udah mau kelar kok" ucapnya setengah berbohong, padahal tanpa hadirnya wanita itu pasti sampai malam tiba juga gak bakal keluar ruangan.

Sebab, semenjak kejadian percobaan pembunuhan waktu itu bikin dia trauma buat lama-lama berdiam dirumah, makanya dia lebih sering mengurung diri di kantor seharian dengan tumpukan dokumen agar tak terlalu keinget kejadian tempo lalu. Tanpa sadar hal ini bikin sifat workaholicnya jadi kambuh, kadang Taeyeon sering telat makan karena terlalu asik kerja.

Wendy mengangguk, ia kini masuk ke dalam ruangan itu dengan dua kantung belanjaan, yang satu berisi makanan untuk porsi dua orang, yang satu lagi tentu aja bucket bunga yang baru aja dia beli dari toko Sakura.

Ia menyerahkan bucket bunga itu ke Taeyeon, yang tentu aja diterima dengan senang hati.

"Tiba-tiba banget? Makasih btw" ucapnya sembari mencium aroma bunga segar itu.

Lalu ia meletakan bucket itu tepat diatas meja kerjanya, sebelum benar-benar menghamburkan tubuhnya pada pelukan yang lebih muda.

Mereka berpelukan cukup lama, meski kali ini tanpa ciuman. Semenjak Wendy balik lagi ke kota ini, mereka berdua memang bener-bener gak ada sentuhan fisik sama sekali kecuali sebatas peluk, itupun bisa dikategorikan sebagai pelukan teman doang. Baik dari sisi Taeyeon dan Wendy sama-sama kaku untuk memulai chemistry diantara mereka. Biarlah waktu aja yang bekerja.

Tapi bagi Wendy sendiri udah senang kok, karena dia tau kalau dirinya lah yang menyebabkan kecanggungan ini muncul.

"Kamu belum makan siang kan? Mau makan bareng aku?" tanya nya pelan, agak malu untuk maksa Taeyeon buat langsung makan, kan mereka juga udah tiga tahun gak bareng.

Taeyeon mikir agak panjang sebelum menerima ajakan makan itu. Karena sebenernya dua jam lagi dia punya janji dinner bareng Jessica selepas pulang kerja.

Namun, nolak ajakan Wendy yang udah lama gak dia temui itu juga sukar dilakukan. Akhirnya diapun mengangguk setuju, lalu menepuk sisi sebelah di sofa yang dia duduki untuk Wendy tempati.

Wendy sudah pindah posisi ke sebelah Taeyeon, dia mengeluarkan beberapa pack berisi makanan khas korea itu untuk mereka santap.

Mereka berdua gak terlalu banyak bicara, mungkin mereka lebih suka kebisuan mengiringi makan siang yang di lakukan di sore hari itu.

Begitu terus sampai setengah dari porsi makanan itu hampir habis, akhirnya Taeyeon membuka suara untuk memulai obrolan.

"Gimana kemarin ketemu Seulgi? Dia nya jadi marah-marah ke kamu gak?" tanya nya lembut sembari memandang wanita yang masih asik mengunyah kimchi itu.

"Emang dia mau marah-marah ya? Soalnya kemarin baik-baik aja, Seulgi malah banyak ketawanya waktu ngobrol"

Taeyeon gak sadar kalau dia lagi tersenyum kecil sekarang, bahkan deretan giginya ikut kelihatan bareng bibirnya yang terangkat diantara pipi. Ia sadar kalau tingkah polos Wendy gak pernah berubah dari dulu, masih aja bisa di bohongi.

"Iyaa, dulu dia koar-koar ke aku kalau ketemu kamu lagi dia mau marah sepuasnya. Soalnya kita udah kayak orang gila nyariin kamu yang gaada kabarnya. Eh giliran ketemu langsung malah ciut nyali itu anak!" ucap Taeyeon mencoba bercanda, tapi candaan itu malah berati lain di telinga Wendy.

Karena sekarang dia jadi diam, karena terlalu merasa bersalah.

"Aku salah ngomong ya? Maaf ya, Wen. Aku gak maksud nyindir kepergian kamu.."

"Engga kok kak, memang aku yang salah karena terlalu pengecut. Aku yang gak terima Irene jahatin aku, aku yang terlalu takut buat perbaiki hubungan kita yang hancur karena ulahku sendiri. Malah lari gitu aja, aku jadi bikin kamu dan Seulgi yang gak punya salah apapun jadi kena imbasnya.."

Taeyeon diam aja biarin wanita itu buat ngelanjuti kata-katanya, dia gak punya alasan buat ngebela Wendy dari rasa bersalahnya, karena memang wanita itu terlalu pengecut untuk berani menerima rasa maaf dari Taeyeon. Toh dia juga dari awal juga mau nunggu Wendy untuk nyelesain segala urusannya dengan Irene dan balik lagi ke dia untuk mulai semuanya dari awal, tapi Wendy nya aja yang gak gunain kesempatan itu dengan baik.

"Tiga tahun waktu yang gak sebentar buat aku dan buat kalian buat ngalamin semuanya, aku memang salah. Sekarang aku udah punya keberanian itu buat mulai semuanya lagi dari nol, meski aku tau susah buat kamu atau Seulgi untuk nerima aku lagi. Aku maklum kok Kak" ucapnya tegas, Wendy bahkan berani untuk natap tepat di manik mata yang lebih tua.

Taeyeon sedikit tertegun sama kata-kata itu, dia gak nyangka seorang Son Wendy yang selama ini kekanak-kanakan bisa sedewasa sekarang, meskipun hatinya belum yakin buat bisa nerima semuanya. Apalagi buat kasih kesempatan kedua.

"Aku gak tau masih ada atau enggak ruang di hati kamu buat aku, aku gak perduli kalau hal ini buat aku malu. Aku pengen nyoba rebut kesempatan yang sempat aku sia-siain itu lagi detik ini juga. Itu pun kalau kamu ngizinin buat aku.."

Belum sempat Wendy nyelesain omongannya, obrolan itu harus kepotong sama hadirnya seseorang di balik pintu, lengkap dengan sapaannya yang bikin dua orang kekasih itu jadi mematung,

"Taeyeon, jadi mau dinner gak?" ucap Jessica didepan pintu, jujur Jessica juga kaget waktu gak sengaja tatap-tatapan sama Wendy. Yang gak lain dan gak bukan seseorang yang Taeyeon coba lupakan beberapa tahun ini.

"Loh Wendy? Sejak kapan disini?" tanyanya heran.

Yang di tanya kini lebih heran, kok bisa asisten dan bos ini jadi lebih akrab, apalagi manggil Taeyeon udah gak pake embel-embel ibu lagi, mungkin mentang-mentang mereka seumuran kaki ya?

Tetep aja, kejadian barusan bikin hati Wendy jadi nyees sendiri.

"Barusan kok, Kak. Lo sama Kak Taeyeon ada janji ya? Sorry ya kalo gue ganggu, gue gak tau kalau kalian ada janji" ucapnya tak enak hati,

Jessica jadi gelagapan sendiri, dia tau keduanya masih punya hubungan. Dengan hadirnya dia sekarang malah bikin Wendy jadi ngerasa dia orang ketiga, kan Jessica gak mau. Dia ngedeketin Taeyeon karena dari awal dia pikir Wendy gak akan pernah balik lagi kesini, toh dia juga udah sayang baget sama CEO nya ini. Meski gak tau rasa sayang ini bersemayam mulai dari kapan.

"Engga kok, cuma makan malam biasa. Iya kan, Tae?" ucapnya sembari menatap Taeyeon dengan pandangan yang sulit diartikan, di dalam hatinya ia mengharap semoga Taeyeon mengiyakan kata-katanya, agar salah paham ini gak berlanjut.

"Oh iya, kita janji mau makan pulang kerja. Bukan sesuatu yang serius kok, akhir-akhir ini kita memang mutusin jadi temen baik di luar pekerjaan, apalagi kita seumuran, nyambung juga ngobrolnya" ucap Taeyeon, syukurnya Taeyeon terlahir pintar untuk mudah mengerti kode-kode remeh seperti itu.

Wendy hanya mengangguk sebagai tanggapan, ia ngerasa memang ada sesuatu diantara kedua orang ini selama tiga tahun kebelakang. Ia menghembuskan nafasnya agak kasar sebelum benar-benar membereskan alat makan yang sudah hampir kosong.

Ia dengan buru-buru mengambil barangnya, dan bersiap pergi.

"Okay, aku juga punya janji sama temen ntar malam. Aku mau siap-siap dulu, aku balik yaa? Kalian have fun yaa dinnernya? Bye Kak, Byee Jessi"

Wendy buru-buru keluar dari ruangan itu setelah memberikan satu pelukan untuk kedua orang tadi yang masih terdiam menatap kepergiannya.








Tbc.

Hard PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang