Liar.

202 24 6
                                    

Kedua wanita itu berbaring dengan tubuh telanjang bulat dan penuh keringat, buah cinta mereka berhasil membakar semua kalori dalam tubuh sangkit hebatnya.

Tiga jam gak ada rasanya, bahkan sakit di tubuh akibat kecelakaan itu juga udah mati rasa, mendadak sembuh kali ya?

Wendy memeluk tubuh Irene dalam dekapannya, sesekali mereka mengelus kulit satu sama lain mencoba memberikan kehangatan, kalau bahasa gaulnya sih after care. Maklum yaa, udah lama gak ngerasain tidur bareng mantan.

Baru deh keinget, ponselnya yang tadi dia pegang entah kemana wujudnya, pelan-pelan ia bangkit dari posisi tidur sambil berpelukan itu, lalu turun dari kasur untuk mencari keberadaan ponselnya.

Bener aja, ponsel tadi jatuh ke bawah kasur. Buru-buru ia ambil si ponsel kesayangan untuk ngecek nontifikasi masuk, Deg! Jantung Wendy serasa mau copot saat ini juga.

Tujuh panggilan tak terjawab, Kim Taeyeon🖤

"Shit!" Runtuknya sembari menjabak sebagian anak rambutnya, Irene yang semua hampir memejamkan mata hendak tidur, kini mengalihkan pandangannya ke arah Wendy,

"Kenapa?" Tanyanya heran.

"Kak Taeyeon nelfon gue"

Wendy menunjukan layar ponselnya dengan tatapan panik, bahkan raut wajahnya pucat sekarang.

Irene? Sama persis, bedanya dia nyoba nutupi untuk bersikap santai kayak gak terjadi apa-apa.

"Gue telfon balik gak ya?" Wendy berjalan mondar-mandir mengelilingi kamar ini, sesekali ia mengecek layar ponselnya yang ia biarkan menyala, berharap sebuah keajaiban terjadi dan menolongnya.

Tapi, kayaknya semesta gak sebaik yang kita kira.

Satu pesan masuk dari nomor orang yang baru ini dia kenal,

From Jessica Jung :
''Saya gak tau kamu lagi dimana, tapi yang pasti mending kamu balik kerumah deh, Bu Taeyeon nyariin kamu daritadi, bahkan dia pesan tiket tercepat dari Tokyo waktu dengar kamu sakit'

Duh, bener aja. Lutut Wendy total lemas sekarang. Rasa bersalah langsung menggerogoti dinding hatinya.

"Sorry, Rene. Tapi kayaknya gue harus balik sekarang juga"

...

"Kak"

Suara pelan yang keluar dari mulut Wendy sudah mampu membangun kan Taeyeon dari posisi tidur-tidur ayam, flight dua jam setengah dari Tokyo ke Seoul bikin tubuhnya lelah, apalagi dia belum ada lima jam menginjakan kaki di Tokyo. Bucin ya anda.

"Babe, are you okay?" Tanya Taeyeon
setelah berhasil memeluk tubuh Wendy, ia mengendus ceruk leher wanita ini dan mencoba menghirup aroma wanita yang ia rindukan,

"I'm good, Kak. Kamu kenapa balik lagi kesini? Bukannya kamu ada meeting di Osaka besok?"

Wendy heran, kenapa Taeyeon bisa menghawatirkan dirinya lebih dulu dibanding nanya kemana dia sejak tadi? Padahal, Wendy udah biarin Taeyeon nunggu kurang lebih berjam-jam seorang diri di apartemennya tanpa kepaatian. Bahkan, pertanyaan diatas bikin dia makin khawatir sama diri sendiri.

"Aku gak peduli sama meeting itu, Jessi bisa backup semuanya, aku cuma khawatir kamu sakit, Babe. Ayo kita kerumah sakit"

"Eum, gak usah Kak. Aku baru aja pulang dari rumah sakit kok, dokter juga bilang aku cuma kecapean doang" kedua manik mata yang saling bertatapan itu pun kini salah satunya memutuskan kontak sepihak, ia mencoba menatap ke arah lain untuk menutupi rasa gugupnya, tak terbiasa berbohong bikin dia merasa aneh dan jahat.

Taeyeon hanya mengangguk, kedua sudut bibirnya tersenyum tipis, ia mulai mengelus lengan wanita di depannya sebelum benar-benar menariknya lagi ke dalam pelukan.

"Btw, harum lotion kamu beda"

Nyes, aliran darah Wendy benar-benar naik sampai ke dada, degup jantungnya berdegap begitu kencang hingga jemari-jemari yang sejak tadi dia pakai untuk mengelus punggung wanita yang lebih tua pun kini terkulai lemas.

Diam beberapa detik. Mencoba mencari satu jawaban yang menurutnya paling masuk akal.

"Ah! Itu tadi aku nyobain punya Seulgi, dia baru beli produk baru. Tadi dia yang nemenin aku ke rumah sakit, Kak"

"Oh Seulgi nemenin kamu? Tadi waktu aku telfon dia bilang kalau kalian lagi gak bareng"

Deg! Mati deh, mati.

Wendy benar-benar mati kutu detik ini juga, kalau boleh keluar buat lompat dari balkon kamar ini pasti dia udah lakuin, tapi gak mungkin juga kan dia sebodoh itu dalam menutupi kebodohan yang dia buat.

Gagap, sekarang mungkin sindrom baru buat Wendy. Bahkan raut wajahnya jadi putih pucat kayak lagi ngelihat hantu.

Taeyeon tertawa, bahkan dia menepuk kedua tangannya beberapa kali sangkin merasa lucunya dengan reaksi barusan, bahkan sedikit air mata keluar dari sudut matanya karena terlalu larut dalam tawa,

"Kenapa Kak?" Tanya Wendy agak sedikit kesal, entah kenapa nada tawa itu terdengar seperti olokan buatnya,

Taeyeon denger nada sewot itu jadi berusaha buat berhentiin ketawanya, takut wanitanya ini makin tersinggung.

"Gapapa, Wen. Lupain soal tadi, aku bohong soal nelfon Seulgi. Reaksi kamu lucu banget salting gutu bikin aku ketawa"

"Oh iya? Hahahaha"

Wendy ikutan ketawa, lebih tepatnya ketawa yang berisi kegetiran. Dalam hatinya, hampir aja dia ketahuan.

"Gimana Kak? Enak gak wanginya? Kalau bagus aku bakal beli" ucapnya lagi mencoba mengalihkan obrolan.

"Umm.. enak sih, tapi aku kurang suka sama wangi yang terlalu manis kayak gini, kesan wanginya juga murahan. aku lebih suka wangi woody yang kelihatan lebih tegas, kelihatan lebih beribawa dan elegan" cerca Taeyeon dengan lugas, bahkan raut wajahnya terkesan datar dalam mengucapkan satu persatu kata tadi, berubah drastis sama ekspresi ketawanya beberapa menit lalu.

Wendy mengkerutkan dahinya bingung, agak sakit hati juga sama reaksi dan ucapan Taeyeon barusan, entah mengapa dia merasa kalimat tadi di selipi dengan kata-kata sarkas, sisi lain yang baru Wendy lihat di diri Taeyeon.

Matanya mulai berkaca-kaca, di dalam dirinya merasa bersalah yang teramat dalam, meski juga di hatinya ia merutuki kenapa harus pakai lotion milik Irene waktu dia terpaksa harus buru-buru mandi di rumah sang mantan. Bikin suasana jadi makin runyam.

Tapi lebih ke mana arah obrolan itu bertuju. Mungkin merujuk ke diri Wendy yang terkesan murahan sekarang? Entah lah.

Taeyeon tau mood Wendy pasti berubah soal kata-katanya, ia juga merasa sudah keterlaluan dalam menilai wangi dari body lotion yang dia juga gak tau apa merknya.

Tapi yang pasti ini bukan tentang body lotion semata, ia kini mencium dahi Wendy agak lama.

Lalu menatap wanita itu dengan tatapan yang dalam dan sulit di artikan.

"Aku pamit pulang sekarang. Kamu istirahat yang banyak kalau gitu, sorry kalau aku mendadak banget balik kesini tanpa bilang, aku terlalu khawatir sama keadaan kamu waktu denger kabar"

Wendy masih diam dalam posisi nya, ia hanya menatap Taeyeon dengan raut wajah yang sedih, entah kenapa setitik ruang kecil di hatinya merasa tak rela. Kenapa harus pulang kerumah? Kenapa gak nginep disini aja buat temenin dia yang masih di selimuti rasa bersalah yang gak berkesudahan?

"Btw sorry juga buat kata-kata ku tadi soal body lotion, aku cuma pengen jujur soal sudut pandangku. Kalau kamu suka sama wangi ini, kamu boleh beli dan pakai sesuka kamu, Wen. Aku gak punya hak buat ngelarang juga"

Taeyeon benar soal kejujuran adalah hal yang penting sebagai bentuk komunikasi dalam hubungan, Taeyeon juga sebenarnya juga jujur soal omongan kalau tadi dia sempat telfon Seulgi buat mastiin keberadaan, Wendy. Meskipun hasilnya nihil.



Tbc.

Hard PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang