Movement

140 15 6
                                    

Seluruh tubuh Wendy bergetar, bahkan air matanya udah gakbisa keluar lagi sekarang. Dia menatap Taeyeon dengan nanar.

"Buat apa balik kesini, kalau alasan ku balik bakal pergi dari sini" ucapnya lirih.

Taeyeon menatap Wendy dengan tatapan iba, dia gak nyangka bakal bikin Wendy nya jadi terluka kayak sekarang.

Disatu sisi dia merasa bersalah karena keras hati untuk menolak wanita itu walau sebenernya jauh di lubuk hatinya dia juga masih ingin.

Tapi disisi lain dia gak mau lagi jahat sama tubuhnya, dua tahun lebih survive cukup bikin Taeyeon sadar sama perihal mencintai diri sendiri.

Dia juga sadar kalau di gak pantas di selingkuhi cuma karena dia secinta itu sama Wendy. Bahkan waktu tau kalau Wendy masih ketemu diam-diam sama Irene setelah berita perselingkuhan mereka terungkap di publik jadi bikin dia makin jijik sama diri sendiri.

Jijik, karena dia masih dengan bodohnya berharap kalau Wendy bakal balik kepelukan nya.

Dan tepat setelah harapan bodoh itu di panjatkan, Wendy malah kabur tanpa alasan. Siapa yang gak menderita kalau jadi dia? Taeyeon masih berhak bahagia kan?

"Kita bukan anak-anak lagi, sayang. Dan kita sama-sama tahu kalau tiga tahun itu cukup lama untuk semesta merubah keadaan. Banyak yang terjadi di hidupku, begitu juga di hidup kamu. Kita semua berproses, termasuk Irene dan Jessica, bahkan Seulgi dan Rose. Aku harap kamu bisa berbesar hati menerima semua ini. Kalau pun suatu saat kamu bakal balik ke Irene, aku bakal seneng denger kabar itu. Aku serius, Wen"

Wendy membisu. Dia gak punya kata-kata lagi buat dia omongin. Kepalanya udah nyut-nyut an dari tadi karena kebanyakan nangis.

"Biarin aku buat terus kirim bunga buat kamu kalau gitu, sampai kamu pergi nanti. Anggap aja bunga-bunga itu sebagai perwakilan permintaan maafku. Oh iyaa, aku bawain makanan, tolong dimakan yaa? Aku masak ini sendiri tadi pagi"

Wendy menyerahkan dua kantong belanjaan berisikan satu bucket bunga dan makanan. Dari tadi pagi dia udah belanja ke pasar buat masakin Taeyeon masakan ala Skotlandia, masakan yang beberapa tahun ini menjadi santapan favoritnya selama disana.

Taeyeon menerima dua kantong belanjaan itu dengan senang hati, dia menarik Wendy lagi kedalam pelukannya untuk yang terakhir kali.

"Terimakasih banyak, Wen. Makasih juga untuk tetap hidup dengan sehat kayak sekarang. Aku yakin kita bakal nemuin kebahagiaan dan tujuan hidup masing-masing" bisik Taeyeon dalam dekapan yang hangat.



...

Selepas kepergian Wendy dari kamarnya, Taeyeon menangis sesenggukan dibalik selimut. Tubuhnya meringguk sejak tadi tanpa berpindah posisi sedikit pun.

Rose masuk ke kamar itu tanpa mengetuk pintu yang sedikit terbuka itu.

Sebenernya dia dari tadi gak sengaja denger obrolan mereka, karena memang udah setahun Rose pindah kerumah ini, tepatnya dia tidur di kamar tamu. Orang tua Taeyeon terlalu takut buat ninggalin anaknya hidup seorang diri, mengingat kejadian waktu itu bikin trauma.

Jadinya, Rose harus menemani sang kakak sekaligus untuk membantu pengobatan Taeyeon, dia butuh pendamping yang siap siaga selama 24/7, karena seperti yang kita tau kalau mengalami gangguan mental itu gak mudah.

Rose menepuk-nepuk pelan tubuh di balik selimut itu, bahkan sekarang dia memeluk bak koala tubuh kakaknya yang sedang menangis.

"Cup cup cup... kamu keren banget tadi, lagaknya kayak orang yang udah move on pake banget, padahal masih cinta" ledeknya sedikit tertawa. Dia tau kalau dari tadi kakaknya berusaha semaksimal mungkin buat gak nangis di depan mantan nya itu.

Hard PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang