"Sialan"
"Yakan gue pengen ngelindungi Lo, Wen. Gue tau lo sama Kak Taeyeon bakal berakhir bareng kayak sekarang, biar dia sadar kapasitasnya sampai dimana buat ganggu lo lagi"
Bener sih, Seulgi gak salah sama sekali, semua orang kalau ada di posisi dia bakal ngelakuin hal yang sama bukan? Tapi entah kenapa hati kecil Wendy ngerasa itu hal yang salah.
"Gue mengapresiasi niat Lo, Gi. Tapi gak bohong juga, gue gak suka lo ikut campur lagi di percintaan gue bahkan sampai bohong segala. Gue sama dia udah sama-sama dewasa buat ngelarin semuanya sendiri" Yap, Wendy sadar kalau perkataan Irene dulu benar adanya, Seulgi selalu nyoba ikut andil dalam permasalahan mereka, dan sekarang entah kenapa dia gak suka,
Tapi di satu sisi Wendy juga gak ngerti betapa sayangnya wanita mirip beruang ini sama dia, Seulgi cuma gak pengen dia sedih lagi karena Seulgi se overprotectic itu ke sahabat yang udah dia anggap adik sendiri.
Gak cuma cinta yang rumit ya Wen? Pertemenan pun sama rumitnya :)
"Sangkin dewasanya sampai-sampai lo selalu nangis kalo abis ketemu dia? Lo gak inget dulu hampir mati karena nyoba bundir cuma karena galauin orang yang lo sebut dewasa itu? Dewasa tai kucing!"
Suara Seulgi agak meninggi di akhir, namun berhasil dia rem dengan cepat karena ngelihat Taeyeon dan Rose yang mulai menghampiri mereka.
Keduanya kini sama-sama diam, meski dengan raut wajah yang saling gak enak di pandang. Bikin Taeyeon dan Rose agak bingung sama situasi apa yang udah mereka lewatkan.
Sementara tadi waktu di toilet,
Rose yang duduk di tepian kasur kamar itu, menatap kearah pintu toilet yang tertutup, menunggu seseorang yang ingin dia ajak bicara empat mata,
Taeyeon keluar dari pintu, dengan mengelap kedua tangannya dengan tissue, ia kaget menatap Rose yang sejak tadi gak membuang pandangan sedikitpun dari arah nya berdiri, lalu tetap menghampirinnya dengan senyuman tipis.
"Kamu gak ke toilet?"
Rose menggeleng sebagai jawaban, lalu menarik tangan wanita di depannya untuk ikut duduk di tepian kasur, tepat di sebelahnya.
"Lo beneran sesuka itu ke Wendy, Kak?"
Taeyeon mengangguk, bahkan raut wajahnya terlalu lempeng untuk dianggap serius, bikin Rose kesal sendiri.
"Ih gue serius ya, lo beneran serius gak sama temen gue? Kalau cuma main-main mending udahin deh dari sekarang.."
"Serius, Je. Gue harus ngapain biar orang-orang percaya kalau gue serius, kalau anaknya mau juga bakal gue nikahin detik ini juga. Kan dia nya doang yang masih ragu" ucapnya dengan raut wajah sedih yang gak bisa di sembunyiin, Rose pun mengangguk paham situasi kakak sepupunya itu yang berada di cinta sepihak.
"Lo yakin bakal siap sama semuanya? Siap kalau suatu saat dia juga gak bisa balas perasaan lo, dan gak sedalam kayak almarhum Kak Tiffany dulu yang bucin banget ke elo kak?"
Rose mengambil salah satu jemari Taeyeon untuk ia elus dengan lembut, mencoba memberi kehangatan dan kekuatan, karena dia tau kalau saat bahas almarhum pacarnya itu Taeyeon bakal jadi orang yang super sensitif dan sedih.
Tapi ternyata engga demikian, respon dia malah sebaliknya, kasih wanita yang lebih muda senyuman hangat yang bikin orang-orang yakin kalau dia udah gak kenapa-kenapa.
"Its okay, kehilangan Fany bikin aku sadar apa arti cinta tertinggi, ikhlas. Aku bakal nyoba nerima semua keputusan semesta buatku, meskipun itu bukan hal yang ku suka, Je. Kenal sama Wendy bikin aku lebih mudah ngejalani takdirku, udah bisa sampai di tahap ini aku juga bersyukur banget"