"Malam Om, Tante. Aku Wendy temennya Kak Taeyeon sekaligus kepala divisi pemasaran yang baru"Salam barusan di sambut hangat dari Ibu, tapi tidak dari sang Ayah yang sedikit mengenal Wendy sebagai bawahannya. Agak sedikit jaga jarak sama kolega di perusahaannya sendiri.
Ibu Kim sedikit berjalan kearah mereka untuk memberikan Wendy pelukan hangat, seolah ia memeluk putrinya sendiri, diam-diam Taeyeon tersenyum memperhatikan mereka. Ia merasa Ibunya mulai menerima kenyataan kalau dirinya lebih nyaman dengan perempuan.
Wendy hanya tersenyum kikuk menanggapi tanggapan barusan, keringat dingin mulai turun dari dahinya, rasa gugup gak bisa Wendy tutupin, padahal cuma makan malam keluarga biasa tapi suasananya udah mirip makan malam sama calon mertua. Dia juga agak gak terbiasa sama perlakuan hangat dari Nyonya Kim, karena dari kecil Wendy gak pernah dapetin itu dari orang tua nya sendiri.
"Kamu duduk dulu ya, mau aku ambilin minum apa? Wine atau?" Tanya Taeyeon lembut, wanita itu tau kalau Wendy mulai tegang.
"Apa aja deh kak, yang penting minum" ucapnya pelan, lalu Taeyeon pun menghilang menuju dapur,
Tinggalah Wendy dan Tuan Kim berdua di meja makan, sementara nyonya Kim masih menyiapkan makan malam untuk mereka.
"Kamu gimana di kantor? Nyaman gak di bawah pimpinan anak saya?" Sebuah suara yang akhirnya keluar untuk mencairkan suasana, Wendy agak bersyukur meski bukan tipe pertanyaan yang dia harapkan, tidak jauh dari kerjaan cuy.
"Nyaman-nyaman aja sih, Pak, eh Om. Kak Taeyeon juga agak strict kalo soal kerjaan. Udah terbiasa lah karena suasana kerja gak terlau jauh beda. Tapi bedanya Kak Taeyeon lebih inovatif aja sih, bikin anak-anak muda kayak aku jadi lebih betah"
"Jadi maksud kamu waktu sama saya gak betah gitu?"
Duh Wendy jadi mati kutu, kayaknya dia salah ngomong lagi malam ini. Emang sih kalo sama Tuan Kim pasti dia keliatan selalu salah,
Gak lama Taeyeon datang menghampiri mereka dengan cari Wine.
"Ayah, gak boleh gitu sama Wendy. Ntar dia ngambek, resign lagi. Aku yang cari pengganti" ujar Taeyeon membela, dia tau sifat sang ayah yang selalu memasang tampang galak di setiap 'teman' yang dia bawa ke rumah.
"Iyaa, ayah becanda kok. Lagian kalo dia resign gampang, tinggal di jadiin mantu aja" ucap ayahnya siapa saja, tapi masih dengan raut yang sama, tak ada senyuman :)
Wendy cuma bisa nelan ludah, bingung mau nanggepin candaan barusan yang gak bisa di golongkan dengan bercanda. Mungkin gaksih kalau suatu saat mereka bener-bener di jodohin? Mungkin suatu saat nanti Wendy bisa mempertimbangkan untuk memilih Taeyeon sebagai pendamping hidupnya. Siapa yang tau?
"Udah-udah ayo makan" Nyonya ucap kim.
Mereka pun makan dengan khidmat, sesekali makan malam diiringi dengan dialog dan candaan, kebanyakan pertanyaan tertuju pada Wendy dan ditanya oleh Nyonya kim, keliataannya sih mereka berdua mulai akrab.
Sepulangnya dari kediaman orang tua Taeyeon, izin Wendy untuk merebahkan diri di tambah. Energi nya cukup terkuras banyak hari ini, mulai dari ngurusin kerjaan, makan siang tak terduga dengan Irene, hingga makan malam dadakan dengan keluarga Kak Taeyeon yang notabene nya masih merupakan Bos nya.
Wendy agak bingung kenapa semesta berhasil nempatin dia di situasi yang cukup rumit ini, apalagi makan malam tadi, sejujurnya soal Wendy baru kali ini di ajak makan malam oleh sebuah keluarga yang terbilang cukup intim, padahal Taeyeon bukan kekasih hatinya. Dia jadi ngebayangi, gimana ya kalo dulu Irene ngundang dia ke makan malam keluarga nya, apakah Wendy akan di sambut seramah ini? Atau malah di caci maki oleh ayah Irene yang terkenal paling menentang hubungan mereka.