Irene salah besar, terutama perihal dugaan tentang Wendy gak memperjuangkan cinta ke Taeyeon.
Apalagi perihal dirinya yang main-main soal cintanya yang tulus ke wanita bermarga Bae itu, bikin dia beneran marah.
Tiga tahun, seolah menjadi tembok besar diantara semua orang untuk menerima nya kembali ke kehidupan semula. Orang-orang tampak terlalu bersemangat berasumsi ini itu tanpa mau mendengarkan alasannya pergi selama itu terlebih dahulu.
Seolah usahanya untuk berubah menjadi lebih baik dari versi sebelumnya cuma omong kosong belaka.
Wendy terlampau lelah untuk menangis, hatinya udah terlanjur sakit menjalani takdir yang gemar mempermainkan kisah hidupnya; bak dongeng bodoh di siang hari.
Maka disinilah dia, berani menginjakan kaki untuk terakhir kali ke hadapan pujaan hatinya, meski dia sendiri udah gak tahu harus ngomong apa.
"Boleh ngobrol sebentar?"
Taeyeon menghela nafasnya dengan berat, jujur dadanya agak melenguh nyeri saat melihat sosok ini lagi. Gak nyangka kalau wanita yang ia buat menangis waktu itu, berani menampakan batang hidungnya lagi.
Karena sudah belasan kali juga dia menghindari dengan tegas untuk ketemu langsung dengan Wendy setelah pengakuan Wendy malam itu di rumahnya.
"Mau apa?" Jawabnya agak ketus, masih duduk dengan santai di meja kerjanya meski hatinya gak pernah santai ngadepin sosok Wendy.
"Boleh aku masuk dulu?"
Dengan satu anggukan kepala, Wendy berjalan pelan menuju meja kerja itu. Dia mengistirahatkan bokongnya di sofa, saling bersebrangan posisi satu sama lain.
Wendy meletakan satu kantong belanjaan itu di hadapan mereka, tepatnya di atas meja kayu yang memisahkan kedua sofa itu.
"Aku baru jalan-jalan sekitar sini, gak sengaja ketemu barang lucu. Aku keinget kamu, kak"
"Stop, Wen. Aku gak mau nerima barang pemberian kamu lagi kedepannya. Jadi tolong, jangan pernah kirim apapun lagi kesini atau kerumah"
Galak,
perempuan yang dia kenal lemah lembut bahkan penuh perhatian itu tak lagi sama seperti dulu. Wendy menyadari, tak ada kilauan cinta lagi di manik mata indah itu, melainkan hanya kilatan yang menyiratkan seribu kecewa.
Wendy sudah tau batas limitnya, Taeyeon memang sudah tak cinta.
"Gak bisa sedikit aja kak? Kasih aku waktu buat bikin kamu jatuh cinta lagi"
Setidaknya dia mengikuti saran dari Irene, untuk lebih ugal-ugalan menunjukan penyesalannya.
Taeyeon mencela harapan itu dengan tegas, gak mau ada drama lagi diantara keduanya, bukannya sudah jelas dari dulu banyak kesempatan yang Wendy lewatkan gitu aja?
"Udah telat, Wen. Selama ini kamu kemana aja?"
Bungkam, nyali Wendy yang menggebu-gebu diawal kini menghilang bagai tersapu badai.
"Emang kalo aku cerita, kamu bakal berubah pikiran?"
"Tergantung"
Senyap.
Tak ada sautan suara lagi dari keduanya, Wendy tampak sedikit termenung dalam lamunannya.
Sementara Taeyeon, perempuan berumur tiga puluh empat ini memilih menunggu jawaban yang selama ini dia cari-cari. Sudah saatnya dia tau kan?
"Okay, dengerin aku. Terserah setelah ini kamu masih mau percaya atau enggak"
Taeyeon mengangguk pelan, kedua manik matanya menatap wanita di depannya dengan lembut.