Hurt

141 18 5
                                    

"Kalau gak serius ngapain aku mau ngejalani hubungan kotor kayak gini? Mikir dong? Gak cuma pasanganmu doang yang di bohongi, pasangan dan keluargaku juga!"

Irene mendengus kesal, ngelihat Wendy makin lama makin keliatan sisi posesifnya yang bikin dia gak suka. Bisa gak sih mereka kayak dulu aja? Saling support tanpa saling mengekang satu sama lain.

Jawabannya sih gak bisa. Toh hidup udah berjalan lurus bikin kita berubah seiring waktu.

Keadaan yang bikin masing-masing karakter manusia jadi berubah drastis, udah resiko juga kalau mau menjalin ulang hubungan sama mantan.

Sementara Wendy menggeram kedua gigi nya menahan emosi, dia mikir panjang kalau dia lanjutin pasti mereka bakal berantem besar.

Dia mulai lepas pelan pelukan tadi, lalu mengambil beberapa bajunya yang berserakan di lantai. Ia berfikir untuk mandi biar kepalanya gak lagi terasa panas, ia pun kini berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh diri.

Irene mikir, mungkin wanita itu lagi di landa emosi yang sulit reda. Jadi dia diem aja, nunggu keadaan jadi membaik seiring waktu.

Dia ikutan ambil baju-baju nya dan mulai dia pakai satu persatu. Tanpa berdandan, Irene merapikan barang-barangnya yang sempat dia tinggal disini.

Ia mengetuk pintu kamar mandi itu meski tak di hiraukan, dengan satu tarikan nafas yang berat ia sedikit berteriak,

"Aku balik sekarang ya? Ada acara makan malam di rumah Mingyu" ucapnya, namun tetap aja yang lagi mandi enggan bersuara seolah gak denger kalimat tadi sama sekali.

Irene masa bodoh sama hal tadi, dia ngerasa diposisi kayak gini harusnya dia yang nyoba ngalah, jadinya dia mutusin buat lenggangin kaki nya menuju pintu keluar dari apart ini.

Tapi nasib berkata lain, semesta gak bakal biarin dia pergi gitu aja tanpa penyesalan.

Karena bertepatan dia buka pintu itu, ada Seulgi yang juga baru aja mau mencet bel.

Dua manusia itu kini sama-sama mematung dengan tatapan kaget.

'Kok ada dia?' Pikir mereka berdua masing-masing.

"Kalo lo nyari Wendy, dia ada di dalam lagi mandi"

Kata Irene mencoba santai, sementara Seulgi juga mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Lo buru-buru ga? Ada yang perlu kita bicarin, Rene. Itu pun kalau lo menghargai gue sebagai temen baiknya Wendy. Gimana?"

Irene tampak menimang-nimang tawaran itu, jujur sih, didalam hatinya dia gak terlalu nyaman ketemu sama wanita yang lebih tinggi dari nya ini, Seulgi bikin dia trauma soal hubungan mereka dulu.

Tapi karena ngelihat wanita itu masih nungguin jawaban dia, dia pun setuju.

"Gue masih punya beberapa jam lagi, ngobrol di kafe deket sini aja ya?"

Seulgi tampak setuju sama gagasan itu.



At Cafe,

Kedua wanita itu saling menunggu pesanan mereka datang, syukurnya kedai kopi yang bernama Hidden Place ini gak terlalu ramai kayak biasanya. Irene jadi ngerasa mereka bisa leluasa ngobrol yang dia tebak akan mengarah ke sesuatu yang serius.

Dan bener aja, setelah dua gelas americano dingin sampai ke meja mereka, Seulgi pun mulai buka suara.

"Lo udah sejauh apa sama Wendy?" Tanya nya telak, kesabarannya udah keburu habis untuk sekedar berbasa-basi meski udah bertahun-tahun gak ketemu.

Irene masih diam, dia mikirin gimana caranya menghindar, agak malu dong kalau Seulgi tau soal hubungan gelap mereka, toh dia dulu yang bersikeras buat ninggalin Wendy.

Hard PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang