Sepulangnya Seulgi, Wendy termenung di bilik kamarnya. Dari tadi dia menyelimuti dan bersembunyi dalam selimut, bahkan enggan keluar sejak tiga jam lamanya, bahkan rasa sesak pipis juga dia tahan.Mungkin Seulgi benar, selama ini permasalahan hidup Wendy hanya di penyelesaian masalah yang buruk. Hidup tanpa asuhan dari ibu dan bapak bikin dia buta soal komunikasi dua arah, terutama soal penyelesaian konflik.
Mungkin juga, besok dia mau ambil kelas konsultasi ke psikolog buat ngatasin hal itu, siapa tau Wendy pelan-pelan bisa belajar, dan benar-benar gak lagi lari ke alkohol.
Gak lama dari aksi berantem sama isi kepala, entah kenapa dia sekarang merasa kangen sama kabar sang ayang, yang ternyata dari tadi belum kasih kabar.
Ia keluar dari balik selimut, dan mencari ponselnya yang entah kemana.
Ketemu!
Ponsel keluaran terbaru yang ternyata hadiah ulang tahun dari sang kekasih itu pun, ternyata berada di dalam tas kerja. Buru-buru ia ambil benda persegi panjang itu untuk memanggil salah satu kontak, yang ia namai sebagai Kim Taeyeon🖤
Satu panggilan,
Dua, bahkan lima panggilan tak kunjung terjawab.
Wendy mulai uring-uringan. Gak biasanya Taeyeon sulit di hubungi begini, bahkan dari dulu sesibuk-sibuknya wanita itu kalau sudah di telfon bakal selalu angkat, entah kenapa perasaan dia jadi gusar.
Ia mulai mengetik beberapa bubble chat, menanyakan kabar dan mengatakan bahwa dia kembali ingin di hubungi sesegera mungkin.
Namun naas, ternyata hingga beberapa jam kemudian pesan itu tak kunjung mendapat balasan.
Hingga pukul dua pagi, salah satu panggilan berhasil masuk di nontifikasi ponselnya.
Tentu aja dengan buru-buru Wendy menjawab panggilan tersebut, karena sejak tadi dia gak bisa tidur mikirin keadaan Taeyeon."Halo, ini Jessi. Sorry Wen, Bu Taeyeon lagi mabuk berat, ini gue baru ketemu ponselnya yang ketinggalan di sofa bar"
Deg, jantung Wendy serasa mau copot detik ini juga. Kerisauan sejak tadi bahkan makin merajalela meski sudah dapat panggilan yang dia nantikan. Dengan menghela nafas agak berat, dia pun mencoba menenangkan diri untuk menjawab Jessica yang sejak tadi menunggu.
"Kalian lagi dimana? Sekarang Kak Taeyeon, maksud gue Bu Taeyeon aman kan?"
"Aman kok, lo tenang aja. Ini gue lagi jalan ke hotel buat nganterin dia, gue tadi lagi di luar buat ambil beberapa sample, terus buru-buru ke sini karena dia nelfon gue buat jemput.."
Waduuh, gak ada yang bisa bikin Wendy panas selain Jessica, bahkan dulu waktu jaman pacaran sama Irene juga dia gak pernah secemburu ini. Tapi mau gimana lagi kan? Mungkin pasangannya lagi butuh sosok Jessica buat nolongin di keadaan genting kayak gini, meskipun di hati kecilnya dia bersedih, kenapa bukan Wendy orang pertama buat wanita itu hubungi.
Apa mungkin Taeyeon lagi marah ke dia?
Kepala nya serasa mau pecah.
".. Lo tenang aja, gue cuma mau mastiin kalau Bu Taeyeon aman di tangan gue. Btw, kita udah sampai, gue bopong dia dulu ya, Wen. Lo jangan bergadang lagi, dia udah baik-baik aja sekarang"
Kalimat penenang terakhir yang Jessica ucapkan sebelum benar-benar memutuskan sambungan telepon secara sepihak.
Gimana dengan kabar Wendy sekarang? Apa benaran bisa tenang? Tentu aja engga.
Dia makin gak bisa tidur sekarang.
...
Zombie;
Penampilan Wendy udah kayak zombie beneran. Kantung matanya tebel, udah kayak kamus Inggris-Korea. Apalagi bekas memar di pipi yang masih kelihatan jelas, bikin orang-orang natap dia aneh.
Tapi bukan Wendy namanya kalo gak di bawa cuek, toh dia gak butuh komentar orang buat kasih makan dia.
Hidupnya udah terlalu capek sama masalah yang dia ciptakan sendiri, dan bener aja. Waktu sampai di meja kerja, dia kembali menemukan satu kotak yang sama, bermarwa merah muda dengan pita merah yang mengikat kotak itu.
"Apalagi? Gak capek lo setan gangguin gue" runtuknya kesal,
Lalu Wendy tetap ambil kotak itu meski diselimuti rasa kesal, dia tau pasti kotak ini berisi teror lagi, udah jadi makanan dia juga sih hal beginian.
Tapi yang namanya penasaran pasti ada juga lah, pelan-pelan dia buka kotak itu meski agak takut.
Dan yaaa, isi kotak itu berisikan beberapa foto.
Fotonya dengan Irene, dengan coretan tinta merah yang hanya di fokuskan ke wajah Irene.
"Shit! Irene? Lo brengsek banget kalau sampai nyentuh dia" teriak nya.
Syukurnya teriakan itu gak kedengeran sampai luar, soalnya ruangan Wendy cukup kedap suara.
Meski tanpa menangis, ia remas foto-foto itu sebelum benar-benar ia buang ke tempat sampah.
Tekadnya bulat, ia bakal mencari siapa pemberi terror padanya diam-diam. Cepat atau lambat, orang itu pasti dia dapatkan.
Tbc.