"Kamu kenapa potong pendek banget kayak gini"
Taeyeon memandangi model rambut terbaru kesayangannya sembari jemari-jemari itu menyusuri tiap helai rambut yang tiap ujungnya tak lagi menutupi leher jenjangnya.
Sementara Wendy yang sejak tadi lagi asik mainin laptopnya buat menyelesaikan bahan buat meeting besok cuma bisa mendengus menahan kegelian, soalnya kulit dari jemari kecil Taeyeon berhasil menyentuh permukaan lehernya.
"Buang sial, jelek ya?" tanyanya ragu, dengan membentuk ekspresi manyun.
Lo semua harus bayangin Wendy disini rambutnya waktu jadi DJ radio, Beuh!
Taeyeon menggeleng cepat sebagai respon, kedua sudut bibirnya saling menyungging memberi senyuman tanpa sadar, buru-buru ia menangkupkan dua pipi yang mulai agak menirus itu dengan tangannya, lalu mengelus keduanya secara perlahan. Kedua manik mata itu saling bertatapan satu sama lain, seolah menelusuri seluruh pandangan lawan bicaranya.
Wendy agak tersipu malu sama kegiatan tiba-tiba tadi, hatinya seolah belum terbiasa sama setiap tingkah romantis Taeyeon meski sudah hampir dua bulan berpacaran.
"Kok malah nyium, bukannya jawab???" sergahnya agak sedikit kesal karena Taeyeon dari tadi gak jawab pertanyaannya, malah nyium-nyium bibirnya berulang kali.
"Cantik, banget malah. Aku justru takut wanita lain bakal makin kepincut sama kamu kalo kayak gini. Aku beliin wig aja ya?"
"Ah kamu yaa! Beneran mulut buaya!"
"Kan cuma sama kamu, babe"
"Iyain deh, biar seneng. Btw kamu jadi dateng ke acara nikahannya Mr. Jo?"
" Oh iya, aku lupa. Minggu depan kan, babe?"
Wendy mengangguk mengiyakan, kedua jemarinya kembali menjamah keyboard pada laptop di pangkuannya, sementara Taeyeon sedikit merasa di abaikan sama pekerjaan tersebut pun langsung mengambil alih laptop itu untuk ia letakan ke sembarang tempat, dih orkay mah bebas.
"Ih apaan sih kak, Kerjaanku masih banyak, siniin gak laptopnya?"
Taeyeon tetap menjauhkan laptop itu meski tangan pendek dari wanita yang lebih muda tetap ingin mengmabilnya,
"Janji dulu"
"Ih cepet, apaan?"
"Janji kalau kamu nanti mau jadi partner aku selama acara nya Jonathan?"
Tangan yang semula tadi berusaha ia keluarkan untuk menggapai posisi laptop kini ia tarik begitu saja, Wendy duduk diam dalam posisi tegak pada sandaran kasur, tatapan nya kini kosong kearah langit-langit kamarnya.
"Kamu gak suka ya kalau aku kenalin sebagai pasangan ke kolega ku?"
"Bukan gitu Kak..." suaranya mendadak hilang begitu saja, Wendy kembali teringat sama peristiwa beberapa hari yang lalu, saat teror-teror itu kembali kehidupnya atas nama Taeyeon, tapi disisi lain dia juga enggan membagi kisah itu pada yang lain, termasuk kekasihnya sendiri.
"Terus, kenapa? Kamu masih gak mau Irene tau kalau kamu udah punya pengganti?"
Aduh, Wendy gak tau mau jawab apa, bingung juga mau jelasin kejadian bodoh beberapa hari ini mulai dari mana. Serba salah, tapi takut Taeyeonnya makin tersinggung juga.
"Kak..."
"Hmm?"
"Kakak tau kan kalau aku mulai sayang dan cinta ke Kakak? Ada beberapa hal yang belum bisa aku bagi sekarang, dan sejujurnya aku juga belum seberani itu buat tampil sebagai pendamping kamu, aku masih banyak kurangnya juga sebagai wanita"
"Tapi kan.."
"Dengerin dulu, mau?" Tanya nya dengan pandangan memelas, akhirnya Taeyeon pun luluh meski sebelumnya sedikit berapi-api untuk menyangkal semua perasaan khawatir pasangannya itu, kini dia mengambil laptop tadi dan meletakannya kembali di tengah-tengah jarak keduanya, ia mulai duduk bersila sembari menatap wanita di depannya dengan lamat, bersiap mendengerkan semua keluh kesah wanita itu.
"Okay, and sorry. Aku dengerin semua cerita kamu"
"Aku sejujurnya masih banyak insecure, mulai dari level sampai masalalu kamu yang bikin aku kepikiran, apa aku bisa setulus almarhum mantan kamu dalam mencintai? aku masih banyak kurangnya, Kak. Masalalu aku juga buruk, aku ngerasa banyak ngelakuin kesalahan di masa lalu, aku gamau versi aku yang dulu ada di hubungan kita sekarang, aku mau nya ngejalani hubungan kita dengan lebih baik, dengan versi aku yang lebih baik dan ngerasa pantas juga. Kamu mau nunggu aku, kan?"
Taeyeon menghembuskan nafasnya agak berat, entah kenapa dada nya sejak tadi jadi terasa sesak, apalagi saat mendengar satu persatu kata dari bibir kekasihnya, Taeyeon takut. Takut kalau suatu saat nanti dia gak bisa bikin Wendy ngerasa pantas berada di sisi nya.
'Apa gue harus mutar waktu biar kita ketemu di waktu yang tepat?' bisiknya dalam hati.
Wendy tau, bahwa wanita yang lebih tua itu sedang gusar, ia juga tau bahwa sosok Kakak yang ia puja itu sedang menahan tangisnya agar tak turun begitu saja. Jemari tangan Taeyeon ia tarik untuk di letakan di salah satu pipi nya lagi, lalu mengelusnya dengan lembut sembari sesekali ia kecup dengan tak kalah lembutnya.
"Wen"
"Iyaa?" tanya nya, kedua manik mata itu menatapnya dengan serius.
"Kalau suatu saat nanti, mungkin di saat itu juga kamu belum bisa ngerasa pantas buat ngejalani hidup bareng aku, kasih tau aku ya? Biar aku aja yang turunin semua ekspetasi kamu tentangku biar kamu bisa ngerasa kita setara, aku bakal coba sekuat tenaga ku untuk bisa pantes buat kamu. Inget, Wen. Hubungan bukan cuma tentang pantas untuk seseorang, tapi caranya dua orang saling membahu untuk mengayuh, agar tetap bisa jalan beriringan"
Diam, Wendy total bisu.
Perkataan Taeyeon barusan bikin perasaannya kembali gak karuan.
Tbc.