Everything.

174 18 3
                                    


"Sakura!" teriak Wendy dari kejauhan, tubuhnya yang semula lelah karena berlarian menyusuri jalan bersalju, kini sampai juga di bilik pintu kafe milik Seulgi. Dengan satu kali pandangan mata aja dia bisa hafal mati postur tubuh gadis Jepang yang baru ia kenal beberapa hari ini.

Sakura, gadis berumur dua puluh empat itu, menatapnya dengan senyuman riang. Entah kenapa tiap lihat sisi hangat dari Wendy bikin dia ngerasa vibrasi positif wanita yang lebih tua pasti ikut mengeliliginya, Wendy yang sekarang dia kenal adalah sosok wanita paling humble dan ramah di matanya.

Mereka berdua duduk di salah satu meja, tepatnya di pojok ruangan itu. Wendy menatap ke seluruh penjuru ruangan tapi tak menemukan satupun sosok yang dia cari, niatnya sih tadi mau ngenalin Seulgi ke Sakura, biar mereka bertiga jadi teman baik kedepannya.

Sakura mengikuti arah pandangan Wendy yang sepertinya sedang kebingungan, dia tersenyum simpul sebelum benar-benar menjawab rasa penasaran wanita di depannya ini tanpa di minta.

"Cari Kak Seulgi ya? Tadi sih lagi keluar bentar bareng Roseanne"

Wendy mendelik kaget, gak nyangka aja kalau gadis ini lebih dulu mengenal sahabatnya. Sebenernya kalau di pikir-pikir masuk akal juga kalau kedua owner toko yang bersebrangan ini saling kenal, toh mereka tetanggaan pasti sering ketemu.

Tapi yang Wendy gak habis pikir, kok Sakura bisa tau soal Rose? Toh kan mereka baru putus beberapa minggu yang lalu.

"Jangan bingung gitu, aku dan Kak Seulgi kan tetanggan tokonya, jadi sering ngobrol aja. Dan soal Roseanne? Aku tau dia mantannya Kak Seulgi, mereka putus juga karena cemburu sama aku" 

"Oh ya? Kok bisa!"

Sakura tertawa renyah, entah kenapa dia merasa lucu aja kalau tiap ingat kejadian ini. Perihal salah paham yang berujung panjang, bikin hubungan dua sejoli itu jadi kandas.

"Panjang sih ceritanya, yang pasti waktu itu aku lagi di gangguin pelanggan mesum yang selalu dateng tiap hari, ngajakin nge date. Awalnya biasa aja, aku gak terlalu nanggepin, tapi makin lama itu cowok keliatan makin freak, dia maksa-maksa aku buat jadi pacarnya sampai bikin keributan di luar. Eh kebetulan Kak Seulgi lihat, dia bantuin aku dengan pura-pura jadi pacarku, niatnya biar itu cowok nyerah"

Wendy menyimak cerita itu dengan berbagai ekspressi yang berubah-ubah di tiap kata. Dia gak nyangka kalau kepergiannya selama ini sudah mengisahkan banyak cerita absurd.

"Sampai akhirnya, beberapa hari kemudian itu cowok dateng ke kafe ini sambil marah-marah. Dia gak terima kalau Seulgi sebagai pacarku, dan sialnya waktu itu ada Roseanne yang jadi salah paham sama semuanya"

Sakura meneguk ice caffe lattenya, terlalu banyak bicara bikin tenggorokannya jadi kering sendiri. Sementara Wendy cuma cekikikan lihat hal itu, terutama soal cerita Seulgi tadi, bikin dia jadi gak habis pikir. Ini temennya kenapa jadi bego gini ya?

"Terus, Seulginya gak berusaha ngejelasin?"

Sakura hanya menggeleng lemah, menanggapi pertanyaan tadi. Ia meneguk ice caffe lattenya sekali lagi sebelum melanjutkan ceritanya.

"Dari beberapa hal yang aku lihat, hubungan mereka emang udah renggang sih. Sering ada konflik semenjak tahun lalu Kak Seulgi sering nemenin temennya, aduh aku lupa siapa namanya deh. Kalau gak salah mereka dulu satu kampus, dan Roseanne emang gak suka sama cewek itu dari lama"

"Ah i see. Mungkin udah sama-sama capek kali ya?"

Mereka berdua sama-sama mengangguk menanggapi pernyataan itu. Lalu tanpa sadar keduanya ikut tersenyum simpul tanpa mereka sadari.

Mungkin salah satu dari mereka, lagi salah tingkah.

"Anyway, aku pengen tau dong kenapa kamu pindah ke sini. Dan kenapa bisa buka toko bunga?"

Hard PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang