"Satu jam lagi temenin saya meeting"
Suara Taeyeon terdengar lantang di sebrang telpon, padahal jarak ruangan mereka gak terlalu jauh, namun mereka lebih sering berkomunikasi soal kerjaan pakai telepon kantor biar lebih kelihatan profesional, Wendy sih cuma ngangguk-ngangguk aja, cukup males ngeladeni Taeyeon kalau mode bossy gini.
"Kok kamu gak jawab pernyataan saya?"
Taeyeon mendengar sedikit suara geraman dari sebrang telepon yang masih setia bersambung, diam-diam dia tertawa membayangkan bagaimana gemasnya wajah gadis itu.
"Buat apa, kan saya gabisa nolak, Bu" cercah Wendy cuek, makin hari makin males dia liat CEO baru yang ternyata lebih parah kelakuannya dari CEO sebelum yang sempat jadi musuh bebuyutannya. Gak lain dan gak bukan Bokap nya Taeyeon sendiri. Yailah, buah jatuh emang gak jauh dari pohonnya ini mah.
"Oiya, bagus kalau gitu. jangan lupa siapin ppt dari proposal kemarin yang saya suruh kerjakan. udah kelar kan?"
"Udah kok, tenang aja. Saya perlu ganti baju kayak kemarin gak?"
Dua minggu ini Wendy sibuk ngekorin wanita itu buat nemenin meeting ke berbagai tempat, jadi dia udah hapal sama kebiasaan Bos nya itu yang ingin semuanya perfect termasuk outfit apa yang harus di pakai di depan klien. Wendy sampai nge stock beberapa baju formal buat dia letak di loker kantornya sebagai cadangan.
"Boleh, dandan yang cantik ya. Biar saya makin pede ngenalin kamu ke kolega saya, siapa tau kalau jodoh udah gak kagok" tawanya renyah terdengar makin menjengkelkan di telinga Wendy, tapi diem-diem dia ikut senyum tipis sih. Udah lama gak dengar kata-kata pujian selain dari... Cukup! Wendy udah komit buat gak inget wanita itu lagi.
"Saya gak terima gombalan murah di jam kantor, bye!" telpon pun terputus sepihak.
...
Suasana meeting cukup tegang, tentu aja bagi Wendy. Dia gak terlalu suka kumpul dengan orang asing dalam keadaan serius begini, cukup buang energi nya. Apalagi ini udah tiga jam duduk begong liatin Kak Taeyeon yang lagi adu argumen sama kolega mereka, poinnya sih mau merger mitra sama perusahaan mereka, tapi masih sibuk nyari titik tengah buat keduanya mencapai kesepakatan yang sama-sama bikin untung. Berhubung wanita yang lebih tua itu cukup perfeksionis, alhasil pantat Wendy agak pegel karena duduk lama disini, mana masih lama kelarnya.
Taeyeon sesekali mencuri pandang kearah Wendy saat dia berbicara memberi pendapat di ruang rapat, matanya seolah mengatakan 'sabar ya?' namun Wendy udah terlanjur bosen, dan memberi satu pesan lewat obrolan chat "aku ijin ke toilet dulu kak"
DUH, kalo udah mode panggilan pake 'Kak' gini Taeyeon pun gabisa marah, malahan jadi makin gemas, ia mengangguk memberi isyarat tanda setuju.
Wendy pun diam-diam keluar dari ruangan.
Ia berjalan menuju ke arah lift untuk naik ke lantai paling atas, yakni rooftop. Tentu aja buat ngerokok, mulutnya udah asem banget daritadi. Ssepanjang langkah kaki nya ia bersenandung sebuah lagu acak yang ada di kepala, maklum ya anaknya doyan banget nyanyi kalau lagi gabut.
Saat sudah sampai di depan lift, selang beberapa waktu pintu lift pun terbuka. Betapa terkejut nya dia saat melihat apa yang ada di depannya.
Seorang wanita yang telah berusaha ia lupakan sejak lama, sekaligus ia rindukan kini tampak di depan mata. Jujur suasana hati Wendy sekarang gak karuan, jantungnya juga udah berasa mau copot, keingan mau ngerokok juga buyar seketika.
Tubuhnya mematung dan wajahnya kini makin pucat, sementara pintu lift masih di biarkan terbuka begitu saja, sampai seseorang di belakang yang sejak tadi ikut ngantri untuk masuk berdehem untuk menegur Wendy yang tak kunjung masuk.
Setelah sadar dari lamunannya, ia pun dengan berat hati masuk kedalam bersama satu orang lainnya yang tadi menunggu.
Tanggannya agak gemetar saat ingin memencet tombol lantai 28, pasalnya ada seseorang wanita yang berdiri tepat di depan tombol tersebut, wanita yang sama tak nyamannya dengan Wendy untuk berada di lift yang sama untuk beberapa waktu kedepan.
Keadaan begitu senyap, dari ketiga orang tersebut tak ada yang berbicara. Apalagi sejak keluarnya cowok berbaju coklat di lantai 10, dan Wendy harus menunggu belasan lantai lagi untuk sampai di tujuannya. Pandangan mata nya agak kosong, sekosong pikirannya yang sebelumnya sempat semrawut karena meeting.
Wendy bingung sama situasi sekarang yang seolah becanda padanya, perutnya bahkan sampai terasa keram, terlalu traumatis untuk berusaha tenang.
Ting!
Akhirnya, pintu lift terbuka dan kini berhenti di lantai 25, wanita berambut panjang sepinggang itu merapikan rambutnya sebelum berusaha beranjak cepat untuk keluar, namun Wendy dengan cepat menarik lengannya sebelum kaki jenjang itu nyaris hilang sempurna dari ujung pintu.
"Rene, boleh ngobrol bentar?"
TBC