Kashi berdiri di tengah-tengah taman bunga itu hanya untuk memandangi punggung Kiev yang pergi meninggalkannya hingga perlahan-lahan hilang.
Harsh memang punya bekas tersendiri di dalam hati Kashi, tapi kini Kiev pun memberikan bekas yang lain. Perlakuan gentle pria itu entah mengapa telah menyentuh hatinya. Dia berbeda dengan keperibadian Harsh yang bebas, liar dan cenderung tak punya hati. Ada rumor yang mengatakan bahwa Kiev memiliki keperibadian ganda. Atau dalam bahasa medisnya disebut Dissociative Identity Disorder (D.I.D) Namun Kashi tak pernah menjadikan rumor sebagai acuan saat bekerja. Ia lebih senang mengevaluasi mendengarkan sendiri apa yang dirasakan pasiennya, membuat mereka sendiri yang mengeluarkan semua isi pikiran mereka.
Dan mereka bisa saja mengatakan kebohongan. Karena pada dasarnya pikiran manusia, otak manusia, lebih luas dari pada lautan. Tak ada manusia lain yang dapat menyelaminya.
Kashi berbaring di atas kedua tangannya, tidur menyamping dengan bola mata yang mengarah kepada setangkai bunga iris berwarna ungu yang diberikan Kiev kepadanya. Ia letakkan bunga itu di dalam sebuah vas berisi air dan tak berhenti memandanginya. Suasana sunyi dan senyap, membuat Kashi semakin terkurung dan terperangkap dalam kecamuk batinnya. Kiev baru saja mengetahui tentang hubungannya dengan Harsh. Dia juga sudah cukup terbuka dengan memberitahunya sedikit tentang trauma masa lalu— hal itu bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Padahal pria itu pernah mengatakan tak suka pengenalan yang terburu-buru. Jadi sudah dapat dipastikan bahwa Kiev benar-benar memberikannya hak untuk mengundurkan diri— bahkan mungkin secara tidak langsung dia sudah membuat keputusan untuk memulangkannya kembali ke Seattle.
"Nona Kashi, apa kau butuh bantuan untuk beres-beres?" tanya Helena di balik pintu setelah terdengar dua ketukan disana.
"Beres-beres untuk apa?"
Helena terdiam beberapa saat. "Blaise bilang kau kemungkinan akan pulang ke Seattle hari ini."
"Dia bilang begitu?"
"Katanya perintah Tuan Kiev."
Persis seperti dulu, Kashi pun kini tak mau pulang. Setelah menjadi roman picisan di masa remaja, ia tak akan menjadi pengecut di masa sekarang. Ia yang sudah mengambil pekerjaan ini, dan ia pula yang akan menyelesaikannya.
"Nona Kashi—"
"Aku tak akan kemana-mana," kata Kashi setelah membuka pintu dan berhadapan langsung dengan Helena. "Aku mau bertemu dengan Kiev. Dimana dia?"
"Kau tak bisa bertemu dengannya sekarang, Nona." sahut Blaise yang baru saja berdiri tak jauh dari mereka, memandanginya dengan ekspresi datarnya yang khas.
"Kenapa tidak?"
"Dia sedang dalam perjalanan menuju Paris dan aku akan mengantarkanmu ke bandara untuk kembali ke Seattle." ujar Blaise.
"Paris?"
Kashi reflek menoleh ke arah jendela dan berlari kesana untuk memastikan bahwa dia melihat deretan mobil hitam tadi sedang mengitari air pancur lalu satu persatu keluar lewat gerbang.
"Blaise, kau harus mengantarku menemui Kiev." tegas Kashi sembari merambas jaket jeans dari kursi.
"Tidak bisa—"
"Kiev bilang selama disini kau adalah supir pribadiku, jadi kau harus turuti apa mauku. Aku hanya akan bicara sebentar dengannya. Dia pasti pergi lama."
![](https://img.wattpad.com/cover/320784360-288-k286214.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CLIMAX
RomanceLeonelle #3 Memiliki profesi sebagai seorang psikiater telah membuat Kashi Patlers terbiasa menghadapi pasien-pasien dengan gangguan mental. Ia ahli dan kompeten. Banyak yang berhasil sembuh usai dirawat olehnya. Namun keahlian tersebut malah menyer...