Di dalam sebuah ruangan, kedua tangannya terikat.
Dia hanya dibiarkan mengenakan celana panjang tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh bagian atasnya. Rambutnya yang basah oleh keringat jatuh menutupi dahinya. Mulutnya mengeluarkan darah yang menetes-netes ke lantai kala wajahnya tertunduk. Sesekali dia mengerang kesakitan saat dua polisi yang ada disana memukulinya.
Sementara di ruangan lain, Mario memperhatikan dengan wajah penuh harap—berharap Kiev Leonelle mau menjawab pertanyaan yang diajukan mereka.
Namun dia masih tak bicara satu patah kata pun.
"Sudahi saja, tak ada gunanya—"
"Tunggu," potong Mario. "Tunggu sebentar lagi."
"Kita sudah menahannya lebih dari dua puluh empat jam. Itu saja sudah menyalahi aturan. Bagaimanapun statusnya masih sebagai saksi." Mossas langsung mengarahkan alat komunikator ke mulutnya, memerintahkan anak buahnya yang ada di dalam ruangan tersebut berhenti. "Sudahi sekarang. Lepaskan dia."
Mereka melepaskan tali yang mengikat tangan Kiev hingga kemudian ia nyaris ambruk ke lantai.
Lalu sambil memapahnya, mereka memasukkannya ke pusat perawatan medis untuk diobati sebelum melepasnya pergi. Di dalam sana, seorang dokter perempuan memeriksanya, seorang perawat membersihkan luka dan membalut perban di lengannya. Atau apapun. Ia tak memperhatikannya sama sekali. Persetan dengan apa yang mereka lakukan dengan luka-luka itu.
"Hmm," Dokter tersebut bergumam saat memeriksa pelipisnya kirinya. "Mereka sedikit terlalu keras terhadap seorang saksi," ujarnya. "Ini bisa jadi pelanggaran HAM berat jika kau mau melaporkannya."
Kiev tak menanggapi.
"Tapi beginilah kondisi instansi ini. Mereka terkadang terlalu terobsesi menangkap penjahat hingga tak sadar telah melakukan hal yang lebih melanggar. Syukurlah tak ada yang begitu serius dengan lukamu. Aku resepkan obat-obatan untuk kau minum." Dokter itu tersenyum sebelum berbalik untuk melepaskan sarung tangannya dan mulai sibuk menyiapkan obat.
Setelah itu, dia pun meninggalkan Kiev untuk beristirahat, bertepatan dengan Mario yang datang memasuki ruangan tersebut.
Melihat Kiev, Mario hanya bisa menghela nafasnya frustasi. "Bagaimana keadaanmu?" tanyanya basa-basi. Karena pria itu tak menjawab, ia melanjutkan. "Itu memang prosedur interogasi yang harus diterapkan pada saksi kunci yang keras kepala."
"Kau punya rokok, Mario?"
Sekali lagi Mario menghembuskan nafas sebelum akhirnya mengeluarkan kotak rokok dari sakunya dan menyerahkan sebatang untuk Kiev bersama dengan pemantik api. Pria itu menyelipkan rokok tersebut di antara bibirnya yang pucat lalu membakarnya.
"Bekerjasamalah dengan kami, Kiev." kata Mario usai menempatkan dirinya duduk di tepi ranjang. "Semua tahu kau tahu dimana keberadaan Kashi."
Kiev yang sedang membelakangi Mario tampak sedang menghembuskan asap rokoknya sambil tertawa.
"Dimana kau menyembunyikannya?"
Akhirnya Kiev menoleh. "Kisahku dan dia tak sesederhana itu."
"Dia tak boleh dibiarkan berkeliaran bebas, kau tahu—"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLIMAX
RomansLeonelle #3 Kashi Patlers adalah seorang psikiater yang bertugas menyembuhkan Kiev Leonelle, pria yang mengalami gangguan mental akibat trauma masa kecil yang hebat. Trauma tersebut telah memunculkan sisi gelap di dalam jiwa Kiev. Namun sanggupkah K...