Chapter 23 - amusez-vous

46.9K 3.1K 388
                                    

Semalam, ketika Harsh pulang, Kashi menyadarinya.

Ia terbangun saat pria itu merebahkan kepala di dadanya. Hangat tubuhnya merasuk hingga ke dalam pori-pori. Masih teringat seperti apa dua lengan kuat itu menyusup ke balik punggungnya kemudian mendekapnya erat-erat. Ia ingat dua kecupan yang mendarat di lehernya. Bahkan ia juga ingat seperti apa jantung Harsh berdetak mengikuti debaran jantungnya sendiri sepanjang sisa malam.

Pagi hari, ia terbangun sendirian tanpa pria itu di atas tempat tidur.

Namun menemukannya di kamar mandi—tanpa atasan dan hanya mengenakan celana panjang hitam sebagai penutup tubuh bagian bawahnya. Dia duduk di sebuah kursi kecil di depan cermin, rahangnya dilumuri dengan krim cukur berwarna putih—terlalu berkonsentrasi sehingga tak menyadari kehadiran Kashi di ambang pintu.

"Mau kubantu?" tawarnya.

Harsh menatapnya lewat cermin lalu menjawab. "Kemarilah, duduk di pangkuanku."

Kashi berjalan mendekat, menunduk tipis sebelum menempatkan dirinya duduk di pangkuan Harsh. Lalu pria itu menyerahkan alat cukur kepadanya.

"Kau ingin mencukur habis?" tanya Kashi sambil merasakan kedua tangan Harsh yang kini melingkar di pinggangnya.

"Rapikan saja. Jangan dicukur habis."

Kashi mengangguk setuju dan menyahut begitu saja. "Kau akan terlihat seperti laki-laki berusia 20 tahun tanpa rambut di rahang."

"Itu artinya aku jadi lebih muda darimu. Kau tak penasaran seperti apa rasanya?"

"Rasa apa?"

"Tidur dengan laki-laki yang lebih muda darimu ini?"

Kashi tertawa pelan menanggapi gurauan tersebut. "Laki-laki yang wajahnya terlalu bersih tak menarik bagiku. Lagipula, itu hanya penampilan. Nyatanya kau tetap lebih tua dariku."

Harsh tertawa rendah lalu bertanya. "Bagaimana harimu kemarin? Kemana saja kau pergi?"

"Hanya ke pusat perbelanjaan. Waktu kami habis di bagian perabotan, terlalu banyak pilihan sampai aku bingung." Kashi mengingat hari kemarin dan tak menyangkal bahwa kegiatan memilih-milih perabotan terasa begitu menyenangkan baginya. "Lalu menjelang sore kami makan siang di sebuah restoran Italia. Setelahnya kami pulang."

"Apa saja yang kau beli?"

"Seperti yang kau lihat di kamar, tempat tidur, lemari pakaian, dan sebuah meja. Aku juga membeli beberapa pakaian dan alat-alat untuk di dapur. Apa kau suka pilihanku?"

"Aku suka tempat tidurnya," sahut Harsh lalu jemarinya bergerak sensual menyusuri lekuk pinggang Kashi. "Tapi yang paling kusuka justru gaun tidur mini ini."

Sensasi dari sentuhan-sentuhan yang menjalar di permukaan kulit Kashi selalu berhasil mendesirkan aliran darah di sekujur tubuhnya. Pakaian tidur yang ia kenakan saat ini adalah sebuah gaun berbahan sutra dengan panjang selutut dan lengan berupa seutas tali. Duduk di pangkuan Harsh membuat gaun itu naik hingga ke paha dan Kashi menyadari ke sana lah arah pandang pria itu sekarang.

Dia menatapnya dengan tatapan memuji dan berhasrat.

Namun Kashi tak ingin repot-repot menariknya ke bawah seperti gadis polos yang baru mengenal cinta. Beberapa bagian tubuh yang terekspos bukanlah sebuah masalah mengingat—walaupun sekarang situasinya rumit—mereka sudah pernah saling menelanjangi satu sama lain.

CLIMAXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang