Lewat kaca spion ia melihat dua mobil mengejar mereka sambil menembak.
Kiev menghindar dengan cepat, meliuk-liuk di jalanan seperti sudah terlatih, namun jantung Kashi semakin tak terkendali. Ia tak tahu apa yang membuat adrenalinnya terpacu gila-gilaan—pengejaran, atau posisinya saat ini. Matanya bahkan tak lagi fokus pada orang-orang gila di belakang mereka melainkan pada wajah pria yang sedang ia peluk dengan erat— seolah tubuhnya menyatu dengan tubuh Kiev saking eratnya dekapan itu.
Kiev mengemudi dengan cermat sekaligus hati-hati, melewati bangunan-bangunan tua kemudian berbelok ke jalanan yang semakin sepi. Mobil-mobil para pengejar telah jauh tertinggal sehingga Kashi yakin kini mereka sudah hampir aman. Lalu ketika kecepatan motor sedikit melambat, matanya bertemu dengan mata Kiev lewat spion. Dia hanya memandanginya tanpa berkata-kata. Tapi lewat tatapan tersebut dia mengaliri jantung Kashi dengan gelora aneh. Nafasnya menderu ketika merasakan tangan pria itu menyentuh telapak tangannya, meremasnya dan tak melepasnya selama beberapa detik.
"Kau menggigil." kata Kiev sambil meliriknya lewat spion.
Kashi baru menyadari bahwa tubuhnya memang sedikit bergetar. Dibawah tangan pria itu tangannya kini perlahan-lahan menjadi tenang dan hangat. Ia mendongak ke atas ketika merasakan setetes air membasahi wajahnya. Langit begitu gelap tanpa bulan dan bintang.
"Akan turun hujan."
Lalu Kiev pun melepaskan tangannya untuk kembali memegangi kemudi. Pandangannya kembali fokus ke depan.
Hujan pun akhirnya turun dan langsung mengguyur mereka. Kiev kembali menambah kecepatan sehingga motor seperti sedang melayang di atas aspal. Kashi sempat berpikir kalau mereka akan mencari motel atau hotel kecil di pinggiran kota untuk berteduh dan beristirahat. Tapi ternyata pria itu malah membawanya ke hutan— lebih tepatnya jalan setapak yang kiri kanannya ditumbuhi pepohonan lebat.
Lalu sampailah mereka di sebuah bangunan terbengkalai bekas pabrik.
"Kenapa kita kesini?"
"Kita akan bermalam disini."
"Tempat apa ini?"
"Dulunya ini pabrik pengolah gas alam milik keluargaku tapi sekarang sudah tak beroperasi lagi. Truk berisi narkotika yang berhasil kami rampok malam ini akan dibawa kesini untuk dimusnahkan besok pagi. Apa kau pernah belajar bela diri, Kashi?"
Kashi hanya bergumam.
"Tahu cara menggunakan senjata?"
"Sedikit. Tapi aku tak merasa perlu menggunakannya."
"Sekarang kau perlu," kata Kiev. "Aku tak selalu ada untuk menyelamatkanmu dari orang-orang seperti tadi. Terutama dari diriku sendiri. Selain hatimu, dia mungkin juga bisa melukai fisikmu kelak."
Kashi masih berdiri terdiam sambil memperhatikan sekeliling. Kiev menuntunnya memasuki sebuah ruangan luas yang dipagari oleh jeruji besi kotak-kotak. Ada karung berisi pasir di beberapa sudutnya. Ada samsak yang tergantung di langit-langit. Juga alat-alat berat yang biasa digunakan oleh para montir. Selain itu banyak barang-barang tidak jelas.
"Selagi ada kesempatan, aku akan mengajarimu beberapa teknik dasar."
"Apa maksudmu kau ingin mengajariku bertarung supaya aku bisa meninjumu saat kau tiba-tiba berubah jadi Harsh?"
![](https://img.wattpad.com/cover/320784360-288-k286214.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CLIMAX
RomansaLeonelle #3 Memiliki profesi sebagai seorang psikiater telah membuat Kashi Patlers terbiasa menghadapi pasien-pasien dengan gangguan mental. Ia ahli dan kompeten. Banyak yang berhasil sembuh usai dirawat olehnya. Namun keahlian tersebut malah menyer...