Chapter 33 - nouveaux faits

20.3K 1.6K 105
                                    

Mario tak berharap gadis yang baru saja ditidurinya adalah seorang perawan.

Gadis itu mungil dan manis. Dia tak seperti pelacur lain yang dengan agresif menggoda para pria. Bahkan Mario tak menyangka dia salah satu dari mereka. Rasa penat karena tim di bubarkan dan semua petunjuk yang ia punya semakin lama semakin abu-abu, membuatnya butuh sedikit kesenangan dan pengalihan. Ia pergi ke kelab malam awalnya hanya untuk minum-minum. Namun seperti pria normal lainnya, ia tergoda untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.

"Siapa namamu?" tanya Mario usai bercinta dan rebah di sebelah gadis yang baru saja menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.

Pipinya merah ketika ia menjawab. "Seraphina."

"Nama asli?"

Seraphina mengangguk kecil, sedikit malu, dan sedikit takut. Setelah sedari tadi tak menatap mata Mario, sekarang ia memberanikan diri. "Maaf kalau ada yang kurang. Ini pertama kali untukku. Kau tak perlu membayar tipnya."

"Tidak, aku tetap akan membayarmu. Justru aku akan merasa sangat bersalah jika tak memberikan hak mu. Apa kau tak apa? Maksudku, kau tak kesakitan, kan?"

Seraphina tersenyum dan pipinya kembali memerah saat dia menggeleng. "Hanya sedikit, tapi aku tak apa. Aku sudah bersiap untuk ini jauh-jauh hari."

"Jauh-jauh hari?"

"Seharusnya ini bukan kali pertamaku," ujar Seraphina. "Itu sebenarnya satu bulan yang lalu."

Mario hanya diam karena ia tahu gadis itu akan melanjutkan ceritanya.

"Maaf—"

"Tidak apa-apa, cerita saja."

Setelah terdiam beberapa saat akhirnya Seraphina pun kembali bicara. "Waktu itu aku dikirim ke Paris untuk tidur dengan seseorang, namun pria itu tak mau meniduriku. Dia hanya memberikanku uangnya."

"Apa kau kecewa?"

"Tidak, aku hanya bingung."

"Dari ekspresimu, kau sepertinya mengenal pria itu."

"Ya," sahut Seraphina. "Sebelum hari itu, aku pernah beberapa kali melihatnya di Casa de Madam Belle. Aku sering mengantarkan minuman ke meja saat mereka sedang duduk bersama orang-orang Amerika. Dia pernah memandangiku dan bilang kalau wajahku cantik dan polos, mirip dengan kekasihnya di masa lalu. Katanya jika seandainya dia rindu kekasihnya itu, dia ingin aku menemani malamnya. Namun anehnya, ketika di Paris dia bersikap seperti tak pernah melihatku. Kupikir mungkin dia lupa, namun itu aneh. Dia tidak seperti orang yang lupa, dia seperti orang lain. Caranya bicara, cara berperilaku, cara berpakaian, bahkan namanya pun berbeda. Di pesta malam itu Benjamin memanggilnya Kiev. Padahal di Casa de Madam Belle dia tak pernah dipanggil dengan nama itu."

Mario yang awalnya hanya berpura-pura tertarik mendengarkan cerita hidup seorang pelacur, hanya untuk menghargainya, kini mulai menyimak.

"Maaf aku terlalu banyak bicara."

"Tidak apa-apa, aku senang kau nyaman bicara denganku. Tadi kau bilang orang ini di panggil dengan nama yang berbeda?"

"Ya," Seraphina menyahut. "Bahkan dia juga bicara dalam bahasa yang berbeda. Dia selalu menggunakan bahasa inggris dengan logat Spanyol ketika bicara dengan orang Amerika. Tetapi saat yang dipanggil Kiev itu bicara pakai bahasa inggris yang fasih, logatnya jauh berbeda dengan logat biasanya."

CLIMAXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang