"Hati-hati." kata Kiev saat membantu Kashi naik ke atas sebuah perahu kayu.
"Tunjukkan padaku apa yang kau bawa."
Usai melambaikan tangan sekilas pada seorang nelayan yang mau menyewakan perahu untuk mereka, Kiev mengeluarkan dua botol berbentuk persegi berukuran setelapak tangannya dari saku jaket kulit hitamnya. "Tequila. Satu untukmu, satu untukku."
Kashi merebut satu botol kemudian membaca tulisan yang tercetak di belakangnya. "Kadar alkohol 30%," Kashi menatap Kiev. "Apa-apaan ini? Aku ingin yang lebih keras dari ini."
"Apa-apaan katamu? Kau tak akan sanggup lebih dari ini."
"Sok tahu."
"Jangan anggap remeh. Coba dulu, kalau kau kuat akan kucari yang 90%." Kiev membukakan tutup botol untuk Kashi lalu mengedikkan dagunya sebagai perintah supaya Kashi mencobanya.
Kashi menatap Kiev sejenak. Malam itu dia begitu tampan dengan jaket kulit hitam, celana hitam dan sepatu boot hitam, duduk berdampingan dengannya di atas perahu yang mulai terombang-ambing di permukaan air. Garis-garis wajahnya semakin tegas di bawah cahaya bulan. Pesonanya begitu kuat—menguar dari setiap tatapan dari bola mata dan suaranya yang berat—hingga terasa sulit untuk memalingkan mata dari sana.
Sambil menekuk kakinya, Kashi pun mulai meneguk minuman dari botolnya. Namun wajahnya tiba-tiba berubah. Keningnya berkerut. Dan ia langsung memuntahkan apa yang baru saja diminumnya.
"Apa ini?"
"Kenapa?" tanya Kiev pura-pura kebingungan.
"Kenapa rasanya seperti kecap?"
"Kecap? Tak mungkin."
"Coba saja sendiri."
"Tidak."
"Ayo, minum."
Kiev pun meneguk dari botolnya sendiri dan membuat ekspresi seperti seseorang yang memang sedang minum kecap. "Kau benar, ini seperti kecap. Tapi aku suka."
Dengan wajah penuh tanda tanya, Kashi meneguk minumannya sekali lagi, merasa-rasa. Lalu ia menyipitkan matanya curiga saat melihat ada kepura-puraan di wajah Kiev. Ia langsung merebut botol milik pria itu namun dia menghindar secepat kilat.
"Kau pasti menipuku," kata Kashi. "Kemari, aku mau coba punyamu."
"Menipu apanya? Sama saja."
"Aku tak percaya."
"Minum saja punyamu sendiri. Jangan sia-siakan, susah mendapatkan barang itu."
"Itu hanya kecap!"
Tangan Kiev terus bergerak menghindar, menyembunyikan botolnya. Perahu bergoyang hingga Kashi jatuh ke dalam pelukannya.
Namun sesaat kemudian, ia berhasil mengambil botol tersebut dari tangan Kiev. Usai satu tegukan, ia bergidik dan membuka mulutnya, mengeluarkan suara decakan, dengan mata menyipit merasakan sensasi yang sedikit terbakar di lidahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLIMAX
RomanceLeonelle #3 Kashi Patlers adalah seorang psikiater yang bertugas menyembuhkan Kiev Leonelle, pria yang mengalami gangguan mental akibat trauma masa kecil yang hebat. Trauma tersebut telah memunculkan sisi gelap di dalam jiwa Kiev. Namun sanggupkah K...