Chapter 37 - sans coeur

18.1K 1.5K 225
                                    

Brussels Narcotics Departement.

"Kau lihat cara kerja mereka? Mereka bisa menangkap Rui Lander dengan mudah namun tak ada yang bergerak sama sekali." Mario menyalakan rokoknya dengan geram saat ia keluar dari kantornya.

"Kau yakin Birdie tak memberikan informasi palsu?"

"Birdie membawaku langsung pada bedebah itu. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, Mateus. Dia kembali setelah mendapat pasokan dari orang Amerika yang baru. Entah siapa kaki tangan Harsh kali ini."

"Hei, sepertinya gadis itu mencarimu."

Mario mengikuti arah pandang Mateus dan menemukan Seraphina sedang tersenyum dan melambai padanya. Kedua tangannya menenteng sebuah paperbag dan menunggu Mario menghampirinya.

"Dari pada kau marah-marah, temui dia. Dinginkan kepalamu dan adik kecilmu dengan sentuhan hangatnya, kawan."

Mario membuang rokoknya, menggilasnya kasar dengan sepatu sebelum ia datang menghampiri Seraphina. "Ada apa, Seraphina?"

"Aku membawakanmu makan siang."

"Maaf tapi aku sedang sibuk."

"Tapi kau bilang saat ini kau sedang tidak punya pekerjaan dan bosan tidak melakukan apa-apa di kantor. Kupikir kita bisa makan siang bersama."

"Sekarang aku punya sesuatu yang harus kulakukan. Pulanglah, nanti kuhubungi."

"Aku memasaknya khusus untukmu—"

"Aku tak punya waktu sekarang, Seraphina. Seorang teman sudah menungguku. Dan lain kali jangan datang ke kantorku lagi."

Seraphina tampak kecewa dan jengkel namun tanpa mengatakan apa-apa lagi. Dia berbalik dan pergi dari sana. Dia membuka tong sampah dan membuang paperbag berisi makan siang itu. Mario menghembuskan nafasnya antara lega dan merasa bersalah. Namun saat ini bukan waktu yang tepat untuk urusan wanita. Setelah melihat Seraphina menghilang di belokan jalan, Mario pun berkendara dengan mobilnya menuju sebuah kedai kopi terpencil di sudut kota Brussels yang sering di gunakan oleh para buruh tambang.

Orang yang hendak ditemuinya sudah duduk menunggu dengan secangkir kopi.

"Adriano, lama tak bertemu. Apa kabarmu?"

Adriano menepuk pundak Mario sekali sebelum mereka berdua duduk di kursi yang saling berhadapan. "Baik, Mario. Sudah lama sekali tak bertemu, bukan?"

"Hampir dua tahun."

"Kenapa kau mengajakku bertemu? Pasti bukan karena kau rindu aku. Ada masalah?"

"Selalu ada masalah, bukan?"

"Ya, kau benar. Kalau tidak ada masalah, tak akan ada polisi." Adriano mengucapkan dengan nada mengejek. Ia lalu memanggil seorang pramusaji untuk membawakan kopi kepada temannya itu. "Jadi apa masalahnya?"

"Aku mendengar sesuatu tentangmu," kata Mario. "Lebih tepatnya aku dengar tentang kelompokmu. Aku baru tahu ada kelompok semacam itu di Brussels. Kuakui kalian punya tujuan yang baik, namun jangan salah, bukan berarti aku akan mengagumi kalian."

"Jadi apa kalian para polisi akan menangkap kami?"

"Tidak sekarang," Mario menggeleng. "Aku sudah mengenalmu cukup lama di kepolisian. Kau salah satu polisi yang baik yang kukenal. Karena itu aku percaya padamu."

CLIMAXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang