Alisya mengernyitkan dahi bingung kala melihat sebuah mobil taxi online terparkir manis di halaman rumahnya. Kebingungannya semakin bertambah ketika dirinya melihat pak Tayyib- supir pribadi dirumahnya mengeluarkan beberapa koper dari dalam taxi tersebut.
"Siapa yang pulang?" Alisya bertanya didalam hati.
Setelah memarkirkan motornya, cewek itu berjalan menuju pintu utama rumahnya. Tanpa memencet bel terlebih dahulu, Alisya langsung masuk ke dalam rumahnya.
Kini Alisya sudah berada di kamarnya. Ruangan besar bernuansa biru putih yang semula gelap gulita sekarang sudah terlihat lebih terang setelah ia memencet saklar lampu. Kamar Alisya memang bisa dibilang cukup besar, tetapi sangat kosong isinya. Didalamnya pun hanya terisi sebuah ranjang tidur king size, meja nakas yang berada di sampingnya, meja rias, cermin full body, meja belajar dan juga satu buah tv.
Alisya melompat ke atas kasur empuknya lalu memejamkan matanya. Tubuhnya sangat lelah hari ini hingga membuat dirinya terlelap. Terdengar suara dengkuran kecil keluar dari mulut gadis itu. Bahkan, ia sama sekali belum mengganti baju sekolahnya dengan baju santai dirumah.
Cekelek!
Pintu terbuka dan menampakkan seorang laki-laki berumur kurang lebih 21 tahun. Matanya mengedar mengamati setiap sudut ruang kamar Alisya.
Langkah kakinya berjalan menuju tempat tidur Alisya. Sejenak ia memandang wajah tenang Alisya yang sedang tertidur. Sangat tenang, itulah ekspresi wajah yang diperlihatkan oleh Alisya saat sedang tidur.
"Nggak kangen kakak?" Tanya laki-laki itu. Kakak? Iya, itu adalah Venus-kakak laki-laki Alisya yang pergi melanjutkan kuliah kedokterannya ke luar negeri selama enam tahun terakhir.
Laki-laki itu mulai membenarkan posisi tidur Alisya. Menyelimutinya hingga batas dada lalu mematikan lampu yang sebelumnya menyinari kamarnya.
Alisya menggeliat pelan saat merasakan tidurnya sedikit terganggu. Matanya mengerjap pelan lalu perlahan terbuka. Sepasang bola mata cantik itu mengedar sana sini sebelum stuck di satu titik, wajah Venus.
"Hai," sapa Venus sambil tersenyum.
Gadis itu terdiam sejenak memahami suasana yang terjadi di sekitarnya. Setelah tersadar bawa seorang yang berada didepannya itu adalah kakaknya, Alisya refleksi bangun dari tidurnya lalu memeluk Venus dengan sangat erat. Pelukan yang sangat ia nantikan selama enam tahun belakangan ini.
"Ini beneran kak Pluto?" Tanya Alisya memastikan. Cewek itu mengerjapkan matanya dua kali untuk memastikan apakah ia berada di dunia nyata atau hanya ilusi yang ia buat seperti hari-hari biasanya.
Venus terkekeh pelan. "Venus bukan Pluto," koreksi lelaki itu.
Alisya kembali memeluk kakaknya dengan erat. Menikmati setiap belaian lembut tangan milik Venus di rambutnya. Ia Merasakan sedikit kehangatan yang sudah hilang dari hidupnya. Meyakinkan kembali pada dirinya sendiri bahwa seseorang yang ia peluk saat ini memang benar Venus, bukan orang lain.
"Lisya nggak mimpi kan?"
Venus perlahan mengendorkan pelukannya dengan Alisya lalu menatap dalam wajah adik kecilnya itu. Ia tersenyum tulus sembari berkata. "Ini nyata, Lisya,"
"Kalau nyata kenapa kakak nggak marah pas Lisya panggil Pluto tadi?" Alisya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.
"Mau kakak marah?" Tanya Venus dengan alis yang di naik turunkan.
Alisya mengangguk mantap. Matanya menatap sebuah bantal tidur yang berada di sampingnya. Dengan mengulas senyum manis, tangannya mengambil bantal tersebut lalu memukulkannya ke kepala Venus.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAMA
Teen FictionIni tentang Alisya... Gadis cantik yang memegang jabatan menjadi waketos. Gadis cantik yang selalu bilang 'gapapa' didalam hidupnya. Gadis cantik yang selalu tersenyum dibalik luka-luka yang ditimbulkan oleh keluarganya. Gadis cantik yang selalu ber...