17. Hanya Menumpang

107 11 8
                                    

Pada dasarnya, aku bukan anak yang diharapkan oleh keluarga. Bahkan mereka tak lebih mengganggapmu dari sekedar sampah!

-Alisya

*****

"Kematian Mama tidak ada sangkut pautnya dengan Alisya, Pa," ujar Venus berusaha menjelaskan.

"SEMUANYA SUDAH JELAS, VENUS!" Bentak Darius dengan murka. "PENYEBAB KEMATIAN MAMA ITU KARENA ULAH ALISYA! DIA YANG BUAT MAMA CELAKA!!"

"Papa akan menyesal setelah mengetahui semuanya!" Ancam Venus sebelum emosinya benar-benar memuncak.

Darius tertawa remeh mendengarnya. Kedua tangannya menggenggam tangan Nata yang berada di sampingnya. Tak cukup sampai disitu saja, ia juga mencium puncak kepala wanita itu.

"Venus gak ngelarang Papa buat nikah lagi sana dia. Tapi Venus minta Papa biar bisa adil buat beri kasih sayang sama anak-anak Papa. Ingat, anak Papa bukan cuma dia doang,"

"Papa tidak pernah menganggap anak itu sebagai darah daging Papa. Dia hanya pembawa sial yang hidup menumpang selama bertahun-tahun di rumah ini!" Balas Darius sangat santai. Bahkan, perkataan menohok hati itu keluar secara gamblangnya dari mulut Darius. Venus benar-benar tak habis pikir.

"Apa Papa tau seberapa rusaknya mental Alisya di usianya yang masih sangat muda? Apa Papa tau seberapa sakitnya di kucilkan keluarganya sendiri? Apa Papa tau kalau Alisya nangis tiap malem sambil nyakitin dirinya sendiri? Papa gak tau apa yang alisya rasakan sekarang. Tapi Venus tau, Venus dapat ngerasain semua yang dirasakan Alisya," terang Venus panjang lebar. Matanya memerah hendak menangis.

"SAMPAI KAPANPUN ITU PAPA GAK AKAN PERNAH ANGGAP ANAK PEMBUNUH ITU SEBAGAI DARAH DAGING PAPA!!" Urat leher Darius semakin terlihat jelas. Ia masih mengingat dengan jelas kejadian beberapa tahun lalu.

"CUKUP, PA, CUKUP!!" Bentak Venus dengan keras. Ia sudah cukup muak dengan perlakuan Papanya yang seakan-akan tidak pernah menganggap alisya sebagai darah dagingnya.

"Venus bakal tetap rawat dan bela Alisya sampai bikin Papa sujud di kakinya!" Kata Venus penuh penekanan lalu pergi berjalan meninggalkan Darius dan dua orang wanita disana. Tak tanggung-tanggung, ia juga membanting pintu utama rumahnya dengan keras.

Cowok itu berjalan menuju mobilnya yang terparkir manis di halaman rumahnya. Ia meletakkan kepalanya di atas stir mobil. Kepalanya terasa pusing sekarang. Masalah yang menimpa Alisya belakangan ini cukup membuatnya kepikiran. Terlebih lagi, sumber dari masalah ini adalah Papanya sendiri. Barulah setelah pikirannya tenang, ia menjalankan mobilnya menyusuri jalanan malam hari yang sepi ke apartemen.

*****

Venus masuk kedalam kamar apartemen dan mendapati adiknya sudah tertidur pulas di atas kasur. Sedangkan di sampingnya, ada Raka yang menumpukkan kepalanya di atas ranjang sembari mengelus puncak kepala Alisya. Posisinya terlihat sangat tidak nyaman karena terduduk di atas kursi. Sedangkan teman-teman yang lainnya berada di rumah tamu apartemen.

"Mau pindah gak?" Venus menggoyang bahu Raka supaya cowok itu terbangun dari tidurnya. Karena Raka memang mudah terbangun itupun langsung membuka matanya. Wajahnya terlihat kagok saat melihat Venus yang sudah berada di hadapannya.

"Mau pindah gak? Ngak nyaman kalau tidur disitu," ujar Venus lagi.

Raka menggeleng lalu berdiri dari duduknya. Ia terus memperhatikan setiap perlakuan Venus kepada Alisya. Cowok itu terlihat sangat menyayangi adik perempuannya. Dilihat dari sinar matanya dan juga perlakuannya, dapat ia simpulkan kalau Venus benar-benar menyayangi Alisya.

"Boleh ngobrol sebentar?" Tanya Venus kepada Raka yang berada di belakangnya. Cowok dibelakangnya mengangguk tanda mengiyakan perkataan Venus. Entah apa yang ingin dibicarakan oleh kakak laki-laki Alisya itu.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang