Diatas ranjang tidur yang berada di pojokan kamar. Di tengah-tengah kamar besar yang sangat sunyi dan juga gelap. Dibalik buku diary berwarna biru yang menutupi wajahnya. Disanalah Raka berada. Cowok itu menutup wajahnya dengan buku diary yang dibiarkan terbuka. Disamping tempat tidurnya, ada Cemong yang senantiasa menemani hari-harinya.
"Miauww..."
Raka terkesiap mendengar suara Cemong yang seharusnya tidak mengagetkan. Matanya membelak kaget saat jam di dinding menunjukkan pukul 3 pagi. Ia sama sekali tidak bisa tertidur malam ini karena terus-terusan memikirkan keadaan Alisya. Serentetan teror itu cukup membuatnya semakin kepikiran. Mungkin, ia baru saja tertidur pulas sejak pukul 2 tadi dan sekarang ia dibangunkan oleh hewan kecil itu.
Tangannya terulur untuk mengambil anak kucing berbulu lebat tersebut lalu menaruhnya ke dalam gendongannya. Ia membelai buku kucing tersebut dengan sangat lembut persis ketika ia mengusap lembut rambut Alisya. Hanya ada dua insan yang bisa mendapatkan belaian lembut darinya. Yaitu Alisya dan juga Cemong. Ia memperlakukan keduanya dengan sangat spesial.
"Mong, lo tau nggak? Gue ketemu cewek cantik yang berhasil bikin gue jatuh hati. Dia itu orangnya cerewet tapi lucu kalau lagi ngoceh. Pipinya kayak bakpao apalagi kalau makan. Dia juga bandel kayak lo yang suka keliling komplek sendirian padahal nggak tau jalan pulang,"
Melihat ekspresi datar dari kucing tersebut membuat Raka gemas sendiri. Ia menekan hidung kucing tersebut dengan gemas. Jika biasanya ia menekan-nekan pipi Alisya layaknya bakpao, kini ia menekan hidung Cemong dengan pelan sebagai pengganti pipi Alisya.
Raka menurunkan kucing tadi dari gendongan. Tangannya beralih mengambil buku diary berwarna biru yang berada di samping kirinya. Dibukanya buku tersebut dengan pelan. Dalam cover berwarna biru tersebut, terdapat sebuah foto polaroid dua orang remaja yang tengah berpegangan tangan. Salah satu tangan tersebut terpasang sebuah benda yang sangat umum digunakan oleh seorang pasien di rumah sakit, infus. Diatas foto tersebut terdapat tulisan tangan khas cowok yang tidak bisa dibilang bagus dan tidak bisa dibilang jelek.
My Life After Your Presence
Tulisan dengan gaya lettering yang terbuat dari spidol berwarna biru muda dan biru tua itu terlihat sangat menarik. Kombinasi warna yang pas membuat tulisan itu sangat menyatu dengan warna sampul buku.
"Mong, temenin gue nulis diary, ya?" Pinta Raka kepada kucingnya.
Raka turun dari atas kasurnya lalu berjalan menuju meja belajar. Dengan kondisi lampu kamar dimatikan dan hanya diterangi oleh sinar dari lampu belajarnya. Raka mulai menorehkan ujung spidol biru miliknya membuat serangkaian kata-kata didalam buku diary tersebut. Seulas senyum tipis yang terlihat sangat manis itu tak pernah absen dari wajahnya.
Apa kalian sadar? Sejak awal Raka membuka halaman demi halaman buku diary tersebut. Isinya dominan dengan warna biru. Ada sebuah alasan dibalik itu semua. Ya, tentu saja jawabannya adalah Alisya. Ia membuat buku diary tersebut untuk Alisya.
"Mong, bagus dikasih foto atau enggak?" Tanya Raka kepada Cemong yang masih asyik bermain selimut diatas kasur.
"Miauww..."
Raka tertawa kecil. Anak kucing itu seolah-olah menjawab pertanyaannya. Ia membuka loker meja belajarnya. Diambilnya sebuah kotak yang didalamnya tersimpan banyak sekali foto-foto polaroid dan juga beberapa barang yang menurutnya sangat penting.
Ia mengambil sebuah foto seorang cewek yang sedang memegang bola basket di tangannya. Dengan pelan dan rapi, ia menempelkan foto tersebut ke buku diary-nya yang sudah terdapat beberapa tulisan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMA
Teen FictionIni tentang Alisya... Gadis cantik yang memegang jabatan menjadi waketos. Gadis cantik yang selalu bilang 'gapapa' didalam hidupnya. Gadis cantik yang selalu tersenyum dibalik luka-luka yang ditimbulkan oleh keluarganya. Gadis cantik yang selalu ber...