Seorang gadis yang baru saja keluar dari kamar mandi itu menatap jam dinding yang berada di atas nakas. Gadis itu masih menggunkan jubah mandi berwarna biru muda dan juga handuk yang membungkus rambut panjangnya. Ia menatap jam yang masih menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas menit. Itu artinya ia masih punya waktu sekitar dua jam sebelum pergi ke studio untuk melakukan pemotretan sebagai brand ambassador produk skincare.
Beberapa saat yang lalu, Valerio yang memang bekerja sebagai fotografer dan satu job bersama dirinya menelpon. Dia mengatakan bahwa pukul sebelas nanti pemotretan akan dilaksanakan.
Gadis itu kemudian berjalan menuju walk in closet untuk berganti pakaian. Ia mengambil satu buah kaos polos berwarna biru muda dan juga satu buah celana kulot jeans berwarna snow blue.
"Cocok gak sih?" Tanya Alisya kepada dirinya sendiri. Ia berdiri di depan cermin full body yang memperlihatkan penampilan dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Alisya mengernyit bingung. Sejak kapan dirinya peduli terhadap penampilannya. Sejak dulu ia sama sekali tidak pernah peduli terhadap penampilannya. "Sejak kapan gue peduli penampilan?"
"Ah, bomat," ujar gadis itu tampak bodoh amat.
Cewek itu kemudian keluar dari dalam kamarnya lalu berjalan keluar rumah. Ia mengambil sepasang sepatu sneaker berwarna putih miliknya lalu berjalan santai menyusuri komplek. Ia memang sengaja tidak membawa kendaraan sendiri untuk memperpanjang waktu sebelum pergi ke studio. Rencananya ia akan pergi ke sebuah taman yang berada tak jauh dari rumahnya lalu pergi ke studio dengan menggunakan taxi.
"Suasana baru," ujar Alisya dengan begitu bersemangat. Cewek yang berjalan di bahu jalan dan telinganya tersumpal oleh handset itu tampak begitu bergembira.
Bola mata cewek itu mengedar mengamati sekeliling taman yang begitu ramai dan dipenuhi anak kecil. Tanpa sadar, ujung bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman kecil dan menampilkan sebuah lesung pipi. Matanya menyipit bagaikan bulan sabit. Ya, Alisya sangat menyukai anak kecil.
Kaki-kaki jenjangnya berjalan membawanya menuju sebuah penjual es krim yang berjualan pinggir jalan. Cewek itu memesan satu cone es krim rasa coklat favoritnya.
"Lama gak kesini, Neng," kata penjual es krim yang kerap disapa mang Ujang. Mungkin, karena Alisya selalu bolak-balik setiap harinya untuk memeli es krim membuat pria itu semakin hafal dengannya. Namun sudah hampir seminggu ini cewek itu sama sekali tak menampakkan batang hidungnya.
"Banyak kerjaan, Mang," jawab Alisya setelah menerima satu cone es krim. Setelah membayarnya, Alisya kemudian berjalan menuju bangku yang berada di sepanjang jalan. Ia mendudukkan dirinya diatas bangku besi paling ujung dan juga paling dekat dengan segerombolan anak kecil yang sedang bermain.
Tenang, suasananya sangat tenang. Bahkan suara anak kecil yang saling sahut bersahut itu sama sekali tidak menggangu ketenangannya saat ini. Ia memejamkan matanya menikmati semilir angin yang berhembus menerpa kulit wajahnya.
Sedetik setelahnya, ia kembali membuka matanya. Matanya mulai memanas ketika mengingat kenangan demi kenangan yang kembali muncul di otaknya. Kenangan keluarga bahagianya kembali muncul. Ia rindu masa-masa itu, ia rindu masa dimana keluarganya masih harmonis dan bahagia.
"Kakak cantik," panggil seorang bocah kecil berusia sekitar lima tahun. Kedua tangannya memegang balon berbentuk Doraemon dan juga Spiderman. Salah satu balon yang berbentuk Doraemon diserahkan ke hadapan Alisya.
"Kakak cantik jangan sedih," Setelah balon tersebut berpindah tangan, bocah laki-laki itu pergi dari hadapan Alisya kembali berkumpul bersama teman-teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMA
Dla nastolatkówIni tentang Alisya... Gadis cantik yang memegang jabatan menjadi waketos. Gadis cantik yang selalu bilang 'gapapa' didalam hidupnya. Gadis cantik yang selalu tersenyum dibalik luka-luka yang ditimbulkan oleh keluarganya. Gadis cantik yang selalu ber...