46. Letta dan Enemy

63 5 0
                                    

Dirangkul oleh luka. Dikuatkan oleh rasa. Dibahagiakan oleh cinta. Dan pura-pura tertawa agar tetap bahagia.

-Alisya Calista Graham

*****

Suasana ruangan OSIS tempat dimana para anggota OSIS tengah mengadakan rapat terasa begitu ramai. Semuanya terlihat saling berkerjasama satu sama lain dengan cara bermusyawarah untuk mengambil keputusan. Tak ada satupun diantara mereka yang bekerja, mereka saling mengeluarkan pendapat satu sama lain sehingga dihasilkan sebuah keputusan yang mereka setujui bersama-sama.

"Oke, berdasarkan musyawarah yang telah kita laksanakan barusan. Kegiatan bazar tahunan akan kita laksanakan bulan depan. Itu artinya, kita masih punya waktu kurang lebih empat Minggu lagi untuk menyiapkan semuanya. Gue harap, dengan waktu yang tidak bisa dibilang singkat itu kita bisa menyiapkan segala persiapannya dengan matang sehingga acara yang akan kita selenggarakan berjalan dengan lancar,"

Para anggota OSIS yang mengikuti rapat kali ini mengangguk menyetujui perkataan Raka. Dengan jiwa penuh rasa tanggungjawab, mereka semua bersiap mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran demi terlaksananya kegiatan bazar tahunan yang akan mereka selenggarakan sebentar lagi.

"Masih banyak sekali yang harus kita siapkan mulai sekarang. Kalian siap untuk berkontribusi dalam kegiatan kali ini?"

"Siap, ketua!" Balas mereka serempak.

Raka mengangguk lalu menatap wajah para anggotanya satu per satu. "Ada tambahan?"

"Ada," suara lemas Alisya menginstruksikan mereka. "Beberapa waktu lalu kita udah bahas sedikit tentang persiapan bazar. Gimana kalau kita bikin setiap kelas buat menyiapkan dua stand. Yang satu stand makanan, yang satunya lagi stand hasil karya?"

"Ide bagus. Lagian, sayang nggak sih kalau anak-anak SMA Dharmawangsa punya karya tapi nggak dipamerin ke publik," sahut Reza dengan otak pintarnya.

"Sip! Udah dua puluh lima persen persiapannya. Gue bakal mulai bikin proposal bazar mulai hari ini," timpal Dania selaku sekretaris OSIS. Hal itu pun diangguki oleh Reyhan yang juga sebagai sekertaris dua.

"Nggomong-nggomong siapa yang mau beli perlengkapan buat bazar?" Tanya Reza dengan sedikit kerutan di dahinya.

Letta yang mendengar itupun sontak menatap Raka dengan tatapan menggoda. "Biar gue sama Raka aja yang beli. Lagian, gue kan bendaharanya,"

"Nggak! Gue sama Alisya yang beli. Urusan uang bisa kita atur," tolak Raka mentah-mentah. Mana mungkin ia pergi bersama dengan perempuan lain sedangkan pacarnya sendiri pun juga sebagai anggota OSIS.

Air muka Letta langsung berubah drastis. Ia menatap Raka dengan penuh kekecewaan. Dia tak menyangka jika Raka akan menolak mentah-mentah ajakannya. Padahal dulu, waktu mereka masih mempunyai hubungan Raka selalu saja menuruti keinginannya.

"Kok sama Alisya, sih? Kan gue bendaharanya. Ngapain sama dia?"

"Alisya wakil gue dan dia juga berhak ikut untuk urusan ini," balas Raka dengan nada dingin.

"Ya elah, Lett. Maksa banget sih lo? Biarin mereka berdua yang belanja," timpal Dania tanpa memalingkan wajahnya dari laptop. Ia sudah mulai disibukkan untuk membuat proposal bazar bersama Rayhan sekarang.

Letta mendengus kesal. Gagal sudah rencananya untuk pergi berduaan bersama Raka. Dalam diam, ia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat hingga membuat buku-buku jarinya memutih. Matanya menatap tajam ke Alisya yang kini tengah menidurkan kepalanya diatas meja. Semuanya salah Alisya, jika saja gadis itu tidak hadir di kehidupan Raka mungkin dirinya sudah bahagia bersama Raka. Mungkin, ia akan sedikit bermain-main dengan Alisya sekarang.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang