18. Rumah Saat Ada Masalah

102 11 14
                                    

Orang lain kan taunya kita bahagia aja gitu, mereka gak tau secapek apa usaha kita buat nguat-nguatin diri sendiri.

-Alisya

*****

Setelah sampai di sekolah, Alisya memang tidak langsung pergi ke kelasnya terlebih dahulu. Gadis itu langsung bertugas di depan gerbang bersama Raka untuk mengecek perlengkapan siswa-siswi. Setiap harinya, anggota OSIS akan bergantian untuk bertugas di depan gerbang mengecek perlengkapan siswa-siswi.

"Seragam lo masukin, jangan kayak bencong!" Kata Alisya saat melihat seragam salah satu murid cowok itu tidak dimasukkan kedalam celana. Ia memang paling tidak suka dengan murid yang berpenampilan berantakan sepeda ini.

"Potong kuku lo sekarang atau gue yang potong!" Katanya lagi kepada murid yang berada di hadapannya. Punggung tangan murid itu dipukul beberapa kali menggunakan penggaris oleh Alisya.

Cowok yang bernama Jeno itu langsung menyembunyikan kuku-kuku panjangnya di belakang badan. Bukannya kenapa-napa, tetapi ia tak tega jika harus memotong kuku yang telah ia panjangkan selama kurang lebih satu bulan.

Tatapan mata khas pemimpin milik Alisya menyorot tajam tepat di kedua manik mata Jeno. Jeno memang salah satu perkumpulan murid berandal yang selalu membuat onar di sekolahnya. Tak heran jika cowok itu sudah sering keluar masuk ruangan BK karena ulahnya.

"Potong sekarang atau gue yang potong!" Tegas Alisya lagi.

"Kak, baju saya udah saya masukin. Saya boleh masuk kan?" Ujar murid yang tadi disuruh Alisya untuk memasukkan bajunya kedalam celana.

Alisya mengangguk membolehkan. Setelahnya, ia kembali menatap Jeno yang masih berada di hadapannya dengan datar namun menakutkan. Kedua tangan cowok itu disodorkan di hadapan Alisya membuat Alisya mengernyit bingung. Ia menaikkan sebelah alisnya guna bertanya.

"Kakak aja yang potong kukunya," sahut Jeno dengan nada genit.

Ternyata, ucapannya itu didengar oleh Raka yang memang berada tak jauh dari hadapan mereka. Cowok itu mendekat ke arah Alisya lalu menyatukan jari-jari tangannya dengan jari tangan Alisya. Dengan tatapan tak suka ia menatap Jeno yang berada di hadapannya. Berani-beraninya cowok itu menyuruh pacarnya.

"Dia cewek gue,"

Hanya tiga kata tetapi berhasil membuat Jeno langsung kicep. Kedua bola matanya melotot tak percaya saat Raka mengatakan hal tadi. Jujur saja, Jeno adalah salah satu cowok yang memang menyukai Alisya sejak awal dirinya masuk sekolah. Hatinya terasa diremukkan mendengar itu.

"She is my girl. dare you touch even told him. you die right now!" Ujar Raka penuh penekanan. Ia yakin, cowok di depannya kini tidak padam dengan maksud ucapannya barusan. Bukan bermaksud merendahkan atau atau mengejek, tetapi ia jelas tidak suka perkataan Jeno kepada Alisya barusan. Ya, bisa dibilang ia cemburu.

"Gak tau bahasa Inggris?" Tangannya dengan nada remeh. "Dia cewek gue. Berani lo sentuh bahkan nyuruh dia. Mati lo sekarang juga!"

"Ma-maaf, Kak," ujar Jeno lalu berlari menjauh dari sana. Ia benar-benar malu sekarang. Terlebih, tak sedikit pasang mata yang melihatnya tadi.

Setelah kepergian Jeno, Alisya buru-buru melepas genggamannya dengan Raka. Ia merasa malu karena sekarang banyak pasang mata yang menatap mereka berdua. Gadis itu sedikit menjauh dari Raka untuk melanjutkan pengecekan yang sempat tertunda barusan.

"Masuk," ujar Alisya setelah mengecek perlengkapan atribut salah satu siswa. Kaos kaki, ikat pinggang dan dasi siswa tersebut semuanya terlihat lengkap dan rapi. Tapi tunggu, ia merasa tidak asing kengan cowok dihadapannya saat ini.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang