58. Topeng Baja

68 6 2
                                    

"Bagaimana caraku untuk tetap tersenyum sedangkan topeng bajakubsudah mulai retak?"

-Alisya Calista Graham-

"Topeng baja itu nggak akan pernah berlaku ketika lo lagi sama gue,"

-Anandraka Agam Gentala-

*****

Malam hari ditemani dengan cahaya rembulan yang begitu terang menyinari gelapnya malam, Raka bersama Arrayan tengah berada di balkon kamar rumah Arrayan. Aktivitas yang tengah dilakukan oleh kedua cowok itu adalah melacak nomor hp orang yang telah mengirim teror kepada Alisya. Tadi, sebelum Raka mengembalikan ponsel Alisya kepada pemiliknya, ia sudah terlebih dahulu mencatat nomor peneror itu untuk dilacak bersama Arrayan sekarang.

Mungkin, satu jam adalah waktu yang cukup lama bagi semua orang. Namun untuk Raka dan Arrayan pada malam hari ini terasa begitu cepat. Mereka berdua sudah menghabiskan kurang lebih satu jam setengah untuk mencari tahu identitas seseorang yang meneror Alisya selama ini.

"Yan, ketemu!" Seru Raka merasa puas dengan kerja kerasnya malam ini. Akhirnya, usahanya malam ini tidak sia-sia.

"Mana? Mana?" Tanya Arrayan tidak sabaran.

Raka mengarahkan ponselnya kepada Arrayan yang menunjukkan identitas diri seseorang. Lelaki itu segera membaca informasi rinci tersebut secara detail lalu menatap Raka kebingungan.

"Lo kenal orang ini siapa?" Tanya Arrayan dengan muka bingungnya.

"Gue kayak nggak asing sama namanya," balas Raka sembari berpikir keras untuk mengingat-ingat.

"Greysia," Raka mengetukkan kuku jarinya diatas meja kayu yang berada di balkon kamar Arrayan sambil membaca nama seseorang yang tertera di handphonenya.

Greysia, nama seseorang yang muncul ketika Raka melacak nomor hp peneror itu.

"Gue inget!" Seru Raka tiba-tiba. "Gue baru inget kalau nama pacarnya Kak Venus itu Grey. Tapi gue nggak tahu nama panjangnya siapa,"

"WTF! Kalo bener orang yang nggirim teror itu pacarnya Kak Venus, harusnya dia juga ikut benci dong sama Kak Venus. Orang Alisya aja diteror habis-habisan kayak gini, harusnya dia juga benci sama Kak Venus," ujar Arrayan dengan opininya. Tetapi walaupun ucapannya barusan adalah opini, tetapi ia sudah sedikit yakin jika ucapannya sembilan puluh persen benar.

Raka menghembuskan nafas kasar sembari memijit keningnya yang terasa pusing memikirkan semua hal ini.

"Gue curiga kalau pelakunya ini nggak cuma satu orang doang," ujar Raka.

"Kenapa lo mikir gitu? Nggak menutup kemungkinan juga, kan, kalau yang nggirim teroris itu cuma satu orang doang. Alias si Greysia," balas Arrayan mengutarakan pendapatnya.

"Coba lo pikirin lagi deh teror-teror ekstrem yang selama ini Alisya dapat. Apa lo nggak curiga kalah pelakunya itu lebih dari satu,"

Arrayan mengangguk ikut setuju mendengar jawaban Raka barusan. "Tapi tunggu dulu, Rak. Bisa aja ada satu orang yang punya dendam sama Alisya terus dia cari anak buah buat kirim semua teror ini ke Alisya,"

"Bisa jadi. Masalahnya disini adalah kita masih belum nemuin titik terang yang jelas buat masalah ini. Semuanya masih abu-abu,"

Raka menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi yang tengah ia duduki sekarang. Kedua matanya ia pejamkan sembari menikmati sejuknya angin malam. Begitupun dengan Arrayan.

"Rak, apa alasan lo bisa suka sama Alisya?" Tanya Arrayan tiba-tiba.

"Nggak ada alasan kenapa gue bisa suka sama dia. Rasa suka itu muncul tiba-tiba waktu pertama kali gue ketemu sama dia. Alisya itu kayak punya aura tersendiri yang bikin gue tertarik buat deketin dia," jawab Raka dengan santai.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang