40. Cahaya Terang

78 6 3
                                    

Suramnya hidupku digantikan dengan kecerahan olehmu.

-Alisya Calista Graham-

Lampu terang ini akan terus menyala hingga kita ditakdirkan untuk terus bersama-sama.

-Anandraka Agam Gentala-

*****

Alisya berlari sekuat tenaga menjauhi keramian pesta pernikahan sampah yang baru saja dihadirinya. Sungguh, ia merasa menyesal telah datang kesana. Sehina itukan dirinya dimata mereka? Apakah kedudukannya di sini hanya sebagian sampah? Atau hanya sebagai bayangan?

Perasaan sakit hati yang paling dalam seketika terpendam di hatinya. Hati yang tadinya sudah tergores perih dengan kaca kini kembali tergores dengan kaca yang lebih tajam dan juga dalam. Perasaannya sakit, sakit sekali.

Dikegelapan malam yang dingin, tak ada satu orangpun yang memeluknya untuk memberi kehangatan. Tak ada satu orangpun yang peduli terhadap keadaannya sekarang. Bahkan Venus, kakak laki-lakinya itu pun sama sekali tidak tahu akan kejadian barusan.

Sendiri, ia benar-benar sendiri sekarang.

"Mama... Lisya capek disini..." Lirih Alisya pelan.

Alisya berjalan keluar dari kawasan hotel sambil terus menangis sesegukan tanpa henti. Matanya sedikit mengabur karena terdapat lapisan bening yang menggenang di pelupuk matanya. Sejenak, ia berhenti berjalan untuk melepas high heels yang cukup menggangu jalannya. Gadis itu menenteng sendal tinggi itu lalu kembali berjalan tanpa arah keluar dari kawasan hotel.

"Dunia nggak adil sama gue. Setelah Mama yang diambil dari dunia, sekarang giliran kasih sayang Papa yang diambil. Apa besok kasih sayang Kak Venus juga bakal diambil?" Tanya gadis itu sambil memikirkan bagaimana keadaannya dihari esok.

Tanpa terasa, kini ia telah sampai di sebuah taman kota yang memang berada tak jauh dari hotel tempat diberlangsungkannya pesta pernikahan Papanya. Gadis itu berdiri tanpa alas kaki apapun di tangga melingkar yang mengitari seluruh bagian taman. Dihirupnya udara segar malam ini untuk menggantikan rasa sesak yang kian menyeruak di dadanya.

Suasana yang tenang tetapi ramai berhasil membuat suasana hati Alisya mulai membaik. Walaupun tak sepenuhnya membaik, tetapi itu cukup membuatnya merasa lebih tenang.

"Cantik nggak boleh nangis,"

Seseorang secara tiba-tiba datang dan memeluk tubuh rapuh Alisya dari belakang. Aroma tubuh lelaki itu sungguh tak asing di hidungnya. Pelukan lelaki itu dari belakang juga sangat nyaman baginya. Entah seoramg siapa yang berhasil membuatnya merasakan sebuah kanyamanan yang luar biasa sepeti ini.

Sandal high heels yang dipegangnya kini ia jatuhnya secara spontan saat tangan dingin lelaki itu menutup kedua matanya. Perlahan, ia memegang tangan dingin itu lalu menyingkirkannya dari matanya. Ia tak menatap wajah lelaki itu. Justru, ia malah memejamkan matanya untuk mengirup dalam-dalam aroma mint dari tubuh seorang lelaki yang sedang memeluknya.

"Diamond-nya Raka nggak boleh nangis,"

Akhirnya, Alisya tahu siapa seseorang yang kini tengah memeluknya. Sebuah sebutan yang sangat familiar di telinganya.

"Raka," beo gadis itu tak percaya.

"Iya, Raka disini jadi rumah buat diamond-nya," Raka berbisik di telinga Alisya dengan mata terpejam. Cowok itu menarik nafas dalam untuk menghirup aroma tubuh yang menempel di tubuh Alisya. Aromanya sama persis dengan seorang bayi yang baru dimandikan.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang