Obat ini terlalu manjur hingga aku berhasil menghilangkan semua rasa sakitku. Namun sayangnya, obat itu akan hilang seluruhnya bersamaan dengan kepergiannya.
*****
Venus memasukkan satu pil obat penghilang sakit kepala kedalam mulut Alisya lalu menyodorkan segelas air putih kepada gadis itu. Pasalnya, setelah mimisannya berhenti, Alisya terus merengek karena merasakan sakit kepala yang amat sangat. Entah hal apa yang membuat Alisya semenderita itu.
"Sakit, Kak..." Rengeknya sambil memegang kepalanya yang semakin lama semakin berdenyut sakit. Ia terus memukul kepalanya dengan kepalan tangannya sendiri.
"Pusingnya nggak bakal hilang kalau kepalanya terus dipukul. Justru, itu bikin kepala Lisya tambah sakit. Jangan dipukul, oke?" Ujar Venus lalu memegang tangan Alisya agar tidak terus-menerus memukul kepalanya sendiri.
"Sakit, Kak... Kepala Lisya sakit..."
Alisya tahu, penyebab sakit kepala yang dirinya rasakan sekarang karena ulahnya sendiri. Sebelum tidur, ia seolah kehilangan kesadarannya. Ia membenturkan kepalanya ke tembok yang membatasi kamarnya. Ia membenturkan kepalanya ke tembok tak bersalah yang selalu menjadi sasarannya. Ia membenturkan kepalanya berkali-kali ke tembok yang selalu melindungi dirinya dari kejahatan dunia.
Iya, ia tak akan pernah merasa tenang sebelum merasakan apa itu sakit dalam arti berbeda. Ia hanya ingin ketenangan dalam hidupnya. Namun, dunia selalu melarangnya untuk itu. Dunia terlalu berisik kepadanya. Dan juga... Jahat kepadanya.
"Jujur sama Kakak, apa yang udah kamu lakukan sampai bikin sakit kayak gini?" Tanya Venus meminta penjelasan. Laki-laki itu berjalan naik ke atas kasur lalu ikut merebahkan dirinya di samping tubuh Alisya.
Venus berbaring menghadap ke adiknya itu. Salah satu tangannya mengelus kening Alisya untuk memberikan kenyamanan. Sebuah kebiasaan unik mereka berdua sejak dulu yang sangat sulit untuk mereka tinggalkan. Alisya merasa nyaman jika mendapat elusan di keningnya. Terutama jika berasal dari tangan besar Kakaknya.
"Lisya benturin kepalanya ke tembok lagi?" Tebak Venus tepat sasaran.
"Sulit buat nggak dilakukan," balas Alisya dengan mata terpejam.
"Lisya tahu fungsi tembok untuk apa?"
"Untuk... Berlindung dari kegelapan dunia,"
"Terus?"
Alisya menggeleng pelan. Kepalanya masih terasa berputar seperti gasingan. Ia merasakan sebuah ketidaknyamanan sekarang. "Menurut Lisya, fungsi tembok cuma itu. Untuk berlindung dari kegelapan dunia,"
"Terus kenapa kamu gunain tembok nggak bersalah itu sebagai sasaran emosi kamu?" Tanya Venus dengan salah satu alis terangkat tanda bertanya. Tangannya masih terus mengelus kening adiknya dengan lembut. Pandangan matanya mengarah ke wajah Alisya yang terlihat pucat.
Tak ada jawaban dari Alisya. Gadis itu hanya diam sambil menunggu Venus melanjutkan perkataannya.
"Tembok kokoh yang ada disekeliling kamu itu untuk ngelindungin kamu. Untuk nyembunyiin kamu dari kejahatan dunia. Untuk bikin kamu ngerasa aman. Tembok itu bukan untuk dipukul-pukul. Bukan untuk tempat ngebenturin kepala juga," Venus mengakhirinya dengan helaan nafas panjang.
"Sejahat-jahatnya dunia. Tembok adalah benda mati pertama yang bisa ngelindungi kamu dari segalanya,"
Hati kecil Alisya tersentil mendengar nasehat Kakaknya itu. Betul, memang betul apa yang dikatakan Venus barusan. Benda mati pertama yang selalu bisa melindunginya dari kejahatan dunia adalah tembok. Dimanapun ia berada, dan jika disitu ada tembok kokoh disampingnya. Maka ia akan selalu merasa aman.
![](https://img.wattpad.com/cover/341756063-288-k680904.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMA
Teen FictionIni tentang Alisya... Gadis cantik yang memegang jabatan menjadi waketos. Gadis cantik yang selalu bilang 'gapapa' didalam hidupnya. Gadis cantik yang selalu tersenyum dibalik luka-luka yang ditimbulkan oleh keluarganya. Gadis cantik yang selalu ber...