"Ini waktunya berkata jujur, kan?"
?
*****
Raka membopong tubuh lemas Alisya kedalam markas. Terlihat dari luar markas tersebut sangat ramai karena beberapa anggota inti Airon gang sedang berkumpul. Tak banyak bicara, Raka langsung menidurkan Alisya diatas sofa yang berada di ruang tengah markas. Kondisi Alisya yang begitu memprihatinkan saat ini berhasil mencuri perhatian para sahabatnya. Alhasil, mereka semua yang tadinya sedang bersenda gurau satu sama lain dibuat panik bukan kepalang melihat Alisya yang babak belur.
"Rak, Alisya kenapa?" Tanya Valerio panik sendiri.
"Kita habis dicegat Raymon sama pasukannya," balas Raka seadanya. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil air sekaligus lap untuk membersihkan wajah Alisya yang dipenuhi darah. Tadi, sewaktu diperjalanan menuju markas hidung Alisya kembali mimisan dan juga kembali memuntahkan darah. Entah sudah sebanyak apa cairan merah yang gadis itu muntahkan malam ini.
Beberapa saat kemudian, Raka kembali dengan membawa sebaskom air dan handuk kecil di tangannya. Ia duduk di ujung sofa lalu menjadikan pahanya sebgai bantalan kepala Alisya. Dengan telaten, cowok itu membersihkan setiap bercak darah yang mengotori wajah cantik Alisya. Tak ada rasa jijik sama sekali ketika ia membersihkan wajah Alisya. Justru yang ada hanyalah rasa bersalah karena telah lalai dalam menjaga Alisya.
Alisya meringis pelan sambil memejamkan mata menikmati seluruh rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya.
"Raka... Sakit..."
"Ya ampun, Sya, lo kok bisa sampai seperah ini, sih? Emang lo diapain aja sama Raymon?" Tanya Valerio khawatir sekaligus tak tega melihat kondisi Alisya yang begitu mengkhawatirkan sekarang. Apalagi masalah ini bersangkutan dengan Raymon, musuh bebuyutan Airon gang.
"Ambilin kotak obat, buruan!" Titah Raka kepada Valerio bersamaan dengan bunyinya notifikasi di ponsel Alisya. Valerio yang merasa diperintah itupun segera mengambil kotak obat yang berada didalam kamar markas, sedangkan Raka masih sibuk membersihkan wajah Alisya.
"Rak, ada yang nggirim pesan," ujar Alisya pelan seraya memberikan ponselnya kepada Raka tanpa memeriksanya terlebih dahulu.
+62780279xxxxx
Hahaha, lemah!
Kedua alis Raka saling menaut membaca pesan singkat yang dikirimkan melalui ponsel Alisya. Otaknya itu masih susah mencerna isi dari pesan tersebut. Lemah? Apa maksud pesan tersebut. Mengapa otak encernya itu sangat sulit untuk mencernanya.
"Apa ini ada sangkut pautnya sama Raymon? Kan dia yang udah bikin Alisya kayak gini," batin Raka didalam hati. Segala hal-hal negatif seketika memenuhi isi kepalanya. Apalagi ketika mengingat kejadian sore tadi disaat ia melihat Letta sedang mengunjungi markas geng Enemy. Ataukah ini semua adalah sebuah rencana yang dibuat oleh seseorang untuk mencelakai Alisya.
Karena tak ingin membuat Alisya semakin kepikiran akan hal-hal negatif, Raka pun menghapus pesan tersebut sekaligus memblokir nomornya. Ia tak mau melihat Alisya terjebak didalam lubang masalah lagi. Baginya, sudah cukup penderitaan yang Alisya alami selama ini.
"Siapa yang kirim pesan, Rak?" Tanya Alisya seraya merubah posisinya menjadi duduk.
"Oooh, itu Dania nggirim file proposal bazar," balas Raka tentu saja berbohong. Beruntung gadis itu langsung percaya begitu saja akan alibinya.
Tak berselang lama setelah itu, Valerio datang dengan membawa sekotak obat ditangannya. Ia memberikan kotak obat tersebut kepada Raka lalu melanjutkan aktivitas makannya yang sempat tertunda. Cowok itu duduk diatas karpet berbulu sambil menonton serial televisi yang tengah menampilkan sinetron cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMA
Teen FictionIni tentang Alisya... Gadis cantik yang memegang jabatan menjadi waketos. Gadis cantik yang selalu bilang 'gapapa' didalam hidupnya. Gadis cantik yang selalu tersenyum dibalik luka-luka yang ditimbulkan oleh keluarganya. Gadis cantik yang selalu ber...