Everyone has tired, be patient.
*****
Alisya menginjak pedal gas mobil milik Raka dengan kencang. Tanpa memasang sabuk pengaman, gadis itu terus menambah kecepatan laju mobil tersebut. Tak peduli banyaknya orang yang memberikan klakson kepadanya karena aksi ugal-ugalan yang ia lakukan malam ini. Pikirannya kalut, setiap perkataan dan juga perlakuan Letta kepada Raka teringat jelas di otaknya.
Apakah mencintai seseorang sesakit ini? Apakah ia cepat menaruh hati kepada seseorang?
Begitu banyak pertanyaan yang terselubung di hatinya. Ia tak bisa mengungkapkan pertanyaan itu kepada siapapun. Tetapi, air mata yang mengalir di kedua pipinya berhasil mewakili perasaannya.
Ratusan bahkan ribuan pesan masuk ke dalam ponselnya. Ia tahu itu adalah pesan dari Raka. Namun, ia sama sekali tidak menggubrisnya. Cewek itu masih fokus melajukan kendaraan beroda empat tersebut hingga berbelok ke salah satu kompleks perumahan elite.
"Apa resiko mencintai orang sesakit itu?" Tanya Alisya pada dirinya sendiri tepat sebelum ia menginjak rem mobil tersebut.
Alisya keluar dari dalam mobilnya begitu saja. Cewek itu memarkirkan mobil milik Raka tepat di depan gerbang rumahnya. Tanpa mengambil kunci mobilnya terlebih dahulu, ia berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan pelan. Namun sebelum itu, ia sudah menitipkan mobil milik Raka kepada satpam yang berjaga di rumahnya.
"Kak Venus udah pulang belum, Pak?" Alisya bertanya kepada satpam dirumahnya yang kerap disapa Pak Rahmat.
"Sudah, Non. Den Venus udah pulang bareng tuan besar tadi," balas Pak Rahmat.
Seulas senyum tipis terukir di sudut bibir Alisya. "Makasih, Pak," katanya sebelum pergi meninggalkan Pak Rahmat.
Alisya berlari menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Kedua kakinya yang berlari kencang di tangga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Setelah sampai di kamarnya, gadis itu membanting tubuhnya ke atas kasur dengan keras. Bibir bawahnya ia gigit kuat-kuat hingga mengeluarkan darah. Air mata tak absen dari kedua kelopak matanya. Tangannya memukul bantang guling di sampingnya yang tak bersalah.
Ia merasa sakit hati setelah melihat Letta memeluk Raka yang notabennya adalah pacarnya. Terlebih, Letta melakukan hal tersebut secara terang-terangan didepan matanya sendiri. Bisa dibilang, kali ini ia merasa cemburu. Padahal sebelum-sebelumnya, ia tak pernah merasakan apa itu namanya sakit hati. Mungkin ini adalah resiko dari mencintai orang yang salah.
"Kayak gitu doang nangis, beperan!" Alisya mencemoh dirinya sendiri. Cewek itu menghapus sisa air mata yang menempel di pipinya. Barulah setelah dirasa tenang, ia mengambil ponselnya yang sedari tadi terus berbunyi dari dalam saku celananya. Terdapat ratusan pesan masuk yang Raka kirimkan kepadanya.
Alisya berjalan menuju balkon kamarnya yang langsung berhadapan dengan halaman depan rumahnya. Dari atas, ia dapat melihat seorang cowok yang ia yakini itu adalah Raka sedang berdiri di depan pagar. Tanpa sengaja tatapan mata mereka bertemu. Alisya segera membuang muka setelah itu. Ia memainkan handphone yang berada di genggaman tangannya.
Bocil Dancow🥛:
Plng skrng, knci mobl lo msh utuh di dlm mobl.
Raka membaca pesan yang di singkat-singkat dari Alisya dalam hati. Jujur, ia merasa sangat bersalah kepada gadis itu. Andai saja dirinya dan Letta tak bertemu tadi, mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi.
"DENGERIN PENJELASAN GUE DULU, SYA!" Teriak Raka dengan keras dari luar pagar rumah Alisya. Tak peduli jika ada orang yang menegurnya karena berteriak malam-malam seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMA
Teen FictionIni tentang Alisya... Gadis cantik yang memegang jabatan menjadi waketos. Gadis cantik yang selalu bilang 'gapapa' didalam hidupnya. Gadis cantik yang selalu tersenyum dibalik luka-luka yang ditimbulkan oleh keluarganya. Gadis cantik yang selalu ber...