Warning!
Adegan kekerasan tidak untuk ditiru‼️
*****
Happy reading!!
.
.
.Setiap kali gue mau mundur pasti ada aja yang seakan-akan nunjukin masih ada harapan.
-Alisya
*****
"Mandi, makan, minum obat, terus langsung tidur, oke? Pacarnya Raka gak boleh sakit," ujar Raka sebelum Alisya berlalu dari hadapannya. Jujur saja, pikirannya kalang kabut memikirkan cewek itu. Ia sangat mengkhawatirkan keadaannya.
"Oke,"
Alisya mulai berjalan meninggalkan Raka yang masih berada di dalam mobil memasuki rumahnya yang tampak ramai. Tak biasanya rumahnya seramai ini. Bahkan, setiap harinya rumah itu selalu sepi. Hembusan nafas kasar keluar dari mulutnya. Ia memantapkan hatinya sebelum memasuki lebih dalam rumah tersebut. Entah kenapa, perasaannya mendadak menjadi tidak enak.
"Papa ngak mungkin mengkhianati Mama kan?" Tanyanya seakan tak percaya melihat seisi rumahnya saat ini. Satu lagi, dua orang yang saling memakaikan cincin pertunangan itu semakin membuat hatinya tergores perih. Itu Papanya.
"PAPA!"
Teriak Alisya di depan pintu membuat seluruh orang yang berada di dalamnya menoleh tanpa terkecuali. Cewek itu menghampiri Papa-nya yang hendak memasangkan sebuah cincin pertunangan kepada seorang wanita yang ia yakini itu adalah Nata.
"Siapa kamu manggil-manggil saya Papa?" Tanya Darius seolah-olah tak mengenal Alisya. Pria itu menatap penuh amarah kepadanya.
Alisya memandang Darius tak percaya. Sehina itukah dirinya sampai-sampai Papanya tak mengakuinya? Hatinya terasa diremukkan mendengarnya. Cewek itu memejamkan matanya kuat-kuat untuk menahan air mata yang hendak keluar.
"Saya Alisya, darah daging anda!" Balas Alisya dengan tegas. Entah atas dorongan apa cewek itu berani mengatakannya. Seolah-olah ada kekuatan yang mengharuskan dirinya mengatakan itu.
Darius menatap Alisya dengan sorot kemarahan. Alisya benar-benar menghancurkan pesta pertunangan yang sudah ia rancang jauh-jauh hari sebelumnya. Semua tamu-tamu yang berada di sana sontak tak percaya mendengar penuturan dari Alisya. Tak sedikit dari mereka yang berbisik-bisik tentangnya.
"Saya tidak pernah mempunyai anak seperti kamu!"
Perkataan Darius bagaikan godam yang menghantam dirinya. Matanya memanas karena tak menyangka bahwa Papanya akan berbicara seperti itu didepan semua orang. Jujur saja, rasanya ia ingin menghilangkan saat itu juga. Anak mana yang tidak sakit hati jika tidak di anggap ada oleh orangtuanya? Itu yang dirasakan Alisya sekarang, sakit hati yang mendalam ditambah rasa malu karena diperlakukan layaknya seekor anjing yang harus selalu menurut kepada keluarganya. Hilang sudah Papanya yang selalu berperilaku manis kepadanya.
Alisya berusaha tersenyum demi menghormati tamu-tamu yang sekarang tengah menyaksikan keduanya. Kedua tangannya terkepal kuat dan juga bergetar karena menahan amarah. Kedua kaki gadis itu perlahan bergerak mundur. Tanpa lama-lama, gadis itu pergi berlari menuju kamarnya. Tak peduli dengan orang-orang yang menatapnya dengan bingung dan aneh.
"Saya lihat anak itu dulu," kata Darius meminta izin kepada tamu-tamu undangan yang datang. Dirinya benar-benar merasa malu sekarang. Ia akan memberikan pelajaran berharga kepada Alisya.
Darius membuka pintu kamar Alisya yang tertutup dengan kasar. Kilat amarah terpancar jelas dari mata hitam legam milik Darius. Pria itu berjalan menghampiri Alisya yang duduk bersila diatas lantai. Ia mencengkram pergelangan tangan Alisya dengan sangat erat membuat anak gadisnya merintih kesakitan. Tak hanya itu, setelah beberapa saat mencengkeram pergelangan tangan Alisya, Darius menghempasnya dengan kasar sehingga membuat tubuh Alisya menabrak tembok kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMA
Teen FictionIni tentang Alisya... Gadis cantik yang memegang jabatan menjadi waketos. Gadis cantik yang selalu bilang 'gapapa' didalam hidupnya. Gadis cantik yang selalu tersenyum dibalik luka-luka yang ditimbulkan oleh keluarganya. Gadis cantik yang selalu ber...