"Rayyan kemana?" Tanya Kevin kepada para sahabatnya yang berada di teras markas. Sejak awal dirinya datang ke markas, ia sama sekali tak melihat Arrayan. Bisanya dimana ada Aldara disitu ada Arrayan. Namun, tidak untuk hari ini. Ia hanya melihat Aldara yang sedari tadi berguman tak jelas.
Sepulang dari studio foto tadi, Alisya, Raka dan Valerio pergi ke markas yang kebetulan berada tak jauh dari situ.
"Halaman belakang mungkin," balas Valerio menduga. Biasanya, halaman belakang adalah tempat yang Arrayan tuju ketika sedang ada masalah dengan Aldara.
Aldara melirik sinis ke arah Kevin dan Valerio. "Jangan sebut nama dia!" Tegurnya membuat mereka berdua bergidik ngeri. Wajahnya semakin tertekuk sebal.
Alisya yang duduk di samping Aldara itu pun melemparkan bantal sofa yang berada di tangannya hingga membuat sahabatnya berdecak kesal. "Eleh, nanti juga bucin akut lagi,"
"Diem atau gue lakban mulut lo," Aldara mengambil lakban yang kebetulan berada dibawah kursi.
Galang yang mendengar ucapan dari Aldara itu pun meringis. Dia merubah posisinya menjadi duduk. "Cewek kalau lagi berantem kayak kesurupan reog,"
Bugh!
Satu buah bantal melayang ke kepala Galang membuat cowok itu mengaduh kesakitan. Pasalnya, akibat pukulan bantal dari Aldara tersebut membuat kepala belakangan terbentur oleh tembok.
"Sialan," umpat cowok itu.
Valerio dan Kevin tertawa ngakak melihat wajah Galang yang terlihat sangat mengenaskan.
"Sabar, Man," Kevin menepuk pundak Galang sebanyak dua kali.
"Baru aja mau move on. Eh, malah kebentur tembok, inget lagi kan," balas Galang sembari memegang kepalanya yang terasa berdenyut karena terlalu banyak memikirkan seorang cewek yang baru saja memutuskan hubungan dengannya.
"Kangen Velin," ujar Galang sembari memeluk tangan Kevin dengan mesra. Ia terus melontarkan nama cewek yang sampai saat ini masih belum bisa membuat dirinya move on.
Kevin yang merasa ngeri dengan sahabatnya itu pun lantas menjauhkan tubuhnya dari jangkauan Galang. "Jangan deket-deket gue! Mau homo lo!?"
"Siapa yang homo?" Tanya Galang setelah menjauhkan tubuhnya dari Kevin.
"Awas lo deket-deket gue lagi dan buat ayang Lita cemburu!" Balas Kevin menggebu-gebu.
Mereka semua yang berada disana lantas memasang wajah hendak muntah. Terlebih lagi Alisya dan Valerio, kedua remaja itu memang sama sekali belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Jadi mendengar kata 'ayang' membuatnya bergidik ngeri.
"Se-serius lo manggil Lalita ayang?" Tanya Valeno setengah tidak percaya.
Kevin mengangguk mantap. Baginya itu adalah sebuah keistimewaan yang ia berikan untuk kekasihnya.
"Kenapa? Iri lo?" Tanyanya setengah meledek.
"Iri enggak jijik iya," balas Valeno. Memang hanya Valeno lah seorang cowok yang sangat pintar dalam hal meng-roasting seseorang.
"Awas kemakan omongan sendiri," peringat Alisya.
Valeno mendelikkan matanya. "Gak akan!"
Raka yang sedari tadi hanya diam kini menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah para sahabatnya itu. Cowok itu sama sekali tidak berniat untuk ikut nimbrung di pembicaraan kurang topik seperti itu.
Cekelek!
Pintu utama markas terbuka dari dalam membuat obrolan mereka semua terhenti. Tampak seorang cowok dengan penampilan kusut dan juga rambut acak-acakan itu keluar dari dalam markas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMA
Teen FictionIni tentang Alisya... Gadis cantik yang memegang jabatan menjadi waketos. Gadis cantik yang selalu bilang 'gapapa' didalam hidupnya. Gadis cantik yang selalu tersenyum dibalik luka-luka yang ditimbulkan oleh keluarganya. Gadis cantik yang selalu ber...