35. Masih sayang?

89 6 4
                                    

Aku terlalu cepat jauh kedalam pesona indahmu hingga tak sadar jika aku sudah terlalu jauh mencintaimu

-Alisya Calista Graham

*****

Pagi ini, Alisya memang sengaja untuk berangkat sekolah dengan menaiki sepeda motornya sendiri. Jika hari-hari biasanya ia akan dijemput lalu berangkat sekolah bersama Raka. Lain halnya dengan hari ini, ia lebih memilih untuk berangkat sekolah sendiri daripada menunggu Raka untuk menjemputnya. Bukannya kenapa-napa, namun ia masih malas jika harus bertemu atau melihat wajah Raka untuk saat ini. Banyangan kejadian tadi malam masih berputar jelas di ingatannya.

Suasana jalanan yang mulai dipadati oleh pengendara motor membuat Alisya sedikit memelankan laju motornya. Lagian, jam masih menunjukkan pukul enam lewat dua puluh menit. Jadinya ia masih memiliki waktu untuk bersantai sebelum berangkat sekolah.

"If I got locked away. And we lost it all today. Tell me honestly, would you still love me the same?. If I showed you my flaws. If I couldn't be strong. Tell me honestly, would you still love me the same?"

Mulutnya secara otomatis menyanyikan sebuah lagu dengan judul 'locked away'. Lagu favoritnya itu berhasil membuat suasana hatinya yang semula berantakan berangsur-angsur membaik. Bahkan ia rasa, berkendara sambil bernyanyi dapat sedikit menghilangkan beban yang bertumpuk di pundaknya.

"Would you still love me the same?" Ia mengucapkan satu bait lirik terakhir sebelum motornya berbelok di parkiran SMA Dharmawangsa.

Parkiran motor SMA Dharmawangsa kini terlihat ramai oleh siswa-siswi yang sedang memarkirkan motornya disana. Kebanyakan, para murid SMA Dharmawangsa akan menggunakan motor untuk transportasi berangkat dan pulang sekolah. Jangan heran jika sepagi ini parkiran sudah terlihat sangat ramai.

Selesai dengan urusan motornya, Alisya pun berjalan memasuki koridor gedung SMA Dharmawangsa. Ia terus berjalan hingga sampai di depan ruang kelasnya. Ia memperhatikan kondisi kelasnya yang terlihat sangat ramai sekarang. Tidak, lebih tepatnya memperhatikan segerombolan anak remaja yang duduk melingkar di meja paling belakang pojok kanan di samping jendela. Disanalah teman-teman satu geng-nya sedang berkumpul.

Tanpa menghampiri teman-temannya terlebih dahulu, Alisya langsung duduk di kursinya yang berada di barisan kedua dari depan. Ia melempar tas ranselnya ke atas meja lalu menjadikan tas tersebut sebagai bantalan. Gadis itu memejamkan matanya sambil meunggu bel masuk berbunyi.

"Alisya kenapa?" Bisik Galang di telinga Valerio.

"Entah," balas Valerio cuek lalu melanjutkan mencatat pr yang memang belum ia selesaikan tadi malam. Memang kebiasaannya adalah selalu mengerjakan tugas rumahnya di sekolah. Sangat berbeda jauh dengan kakak kembarnya. Valeno memang bisa dibilang dengan murid yang cukup ambis. Semua pekerjaan rumahnya pasti akan ia kerjakan malam hari sebelum berangkat sekolah ataupun pagi hari setelah bangun tidur.

"Samper gih," titah Arrayan kepada Raka. Cowok itu menepuk pundak ketuanya sebanyak dua kali untuk menyalurkan kekuatan.

Raka melirik sebentar ke arah Arrayan untuk meminta pendapat. Melihat anggukan kecil dari kepala wakilnya itupun membuat dirinya segera bergegas untuk menghampiri Alisya. Jujur saja, ia masih merasa sangat bersalah kepada Alisya. Semalaman ia tak bisa tidur karena terus memikirkan masalahnya dengan gadis itu. Puncak rasa bersalahnya adalah ketika ia mengirimkan ucapan selamat ulang tahun kepada Alisya namun tak kunjung mendapat balasan hingga sekarang. Jangankan balasan, dibaca saja tidak.

"Lisya?" Panggil Raka lembut sembari menyingkirkan rambut panjang gadis itu yang menutupi wajahnya.

"Hm?" Alisya menjawab lewat gumanan pelan tanpa merubah posisinya sekarang. Matanya enggan untuk dibuka. Seolah-olah ada magnet yang menempel disana. Ia tak menghiraukan kehadiran Raka yang kini sudah ikut duduk di sampingnya.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang